berpikir untuk berarti

50 10 3
                                    

Beberapa hari terakhir, aku sering merenungkan kematian. Kematian tidak pernah membuatku takut. Namun jujur saja, memikirkan tentang "bagaimana aku mati" yang membuat bulu kudukku meremang. Bagaimana caraku meninggal kelak? menghirup gas di gunung layaknya Soe Hok Gie? Memuntahkan peluru ke kepala sendiri semacam Kurt Cobain? Diracun di udara seperti Munir?

Entah bagaimana cara matiku kelak, yang pasti hidup di dunia ini hanya satu kali. Itu berarti kita cuma akan mengalami satu kali dilahirkan, satu kali menjadi anak kecil, satu kali menjadi dewasa, dan satu kali meninggal. Satu kali dan tidak lebih. Di hidup kita yang hanya satu kali ini, apa perlu kita membuang waktu dengan mengurusi yang tidak perlu, menghakimi yang kita tidak tahu, dan memusuhi hal yang kita tidak mengerti?

Coba pandangi langit dan bilang kepadaku, apa mungkin Tuhan menciptakan kita hanya untuk terkekang dalam satu ruangan, sekolah terus - menerus, bekerja mati - matian, kemudian lupa menikmati hidup? Aku rasa tidak. Kurasa, kita diutus ke muka bumi untuk tujuan yang lebih besar. Aku yakin kita ditempatkan di galaksi bima sakti, diantara alam raya yang maha luas, bukan untuk terjebak dalam rutinitas semu.

Manusia sering kali di gerakan oleh dua hal: rasa takut dan rasa cinta. Rasa takut cenderung membuat kita labil akan pilihan - pilihan konservatif, membuat kita enggan keluar dari zona nyaman, membela ego kita sendiri, dan menganggap keputusan kita sudah betul. Padahal, kita hanya terlalu takut untuk mengambil keputusan yang benar benar kita inginkan hanya karena kita senang membayangkan yang tidak tidak. Sementara, rasa cinta membuat kita berani menyatakan, berani mengikuti kata hati, berani keluar untuk melihat dunia. Toh, hidup di dunia ini hanya satu kali.

Jadi, luangkan waktumu sejenak. Nikmati kebahagiaan kecil di dalam harimu. Tertawalah, bersyukurlah. Entah jalur apa pun yang kita ambil, ujungnya dari sebuah kehidupan adalah kembali ke tanah.

Jika di kemudian hari aku berpulang, jangan tangisi aku seperti orang orang yang telah mendahuluiku. Sesungguhnya, aku tidak pernah menyesal telah hidup sejauh ini dan menyentuh hidupmu dengan cara yang bahkan kita berdua pun takkan mengerti.

Jika mereka bertanya kepadaku apakah aku menyesal, jawabanku adalah "tidak". berhasil ataupun gagal, aku bangga hidup diatas keputusan yang kubuat sendiri.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 18, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

berpikir untuk berartiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang