part 16

707 27 3
                                    

"Morning sunshine..."
suara manja veranda di sebelah membangunkanku ,aku kaget dan  melotot melihat elihat jam, Jam 12 siang. celingukan ke kanan kiri. Kenapa veranda ada disini?
"Kenapa kok linglung?" suara veranda bergema di kepalaku yang kaget. "Apaan nih?" tanyaku setengah sadar
"Kita ML semalem" jawab veranda dengan tenang.
"ML?!? Masa?!" aku kaget melihat  pakaianku, masih lengkap ternyata. aku sedikit demi sedikit bisa melihat pakaian veranda. Hot pants jeans, Kaos Incubus belel dari jaman dia kuliah, dan aku makin heran. 

"BAHAHAHAHAHAHAHA!" tawa veranda keras, disusul dengan tawa aneh boby dari luar kamar.
"Apaan?!" tanyaku kaget
"Bangun ah!" ternyata veranda menjahiliku.
"Gak bangun-bangun sih elo.... Tau gitu gue blowjobin sekalian" celetuknya kasar.
"Lagian tidur ga pake dikunci kamarnya..." protes veranda
"Mulai ntar malem gue gembok" balasku pelan setengah tak sadar.

Aku bangun dan segera mandi,masih terngiang-ngiang di kepalaku tangis anin dan aksi diamnya seminggu ini. Setelah kejadian itu praktis obrolan di antara kami hanya soal masalah pekerjaan, di luar itu nol besar dan veranda kena imbasnya karena kedekatannya denganku, anin pun jadi menjauhinya. apalagi di awal-awal hubungan kami berdua. dia sempat menyuarakan rasa tidak nyamannya karena aku dan veranda sangatlah dekat. sungguh aneh berada di ruangan berdua dengan anin dengan suasana dingin yang menyelimuti. tak jarang dia dan aku berpandangan, saling melihat. Setelah itu kami refleks membuang pandangan ke tempat lain. Orang-orang di kantorku tidak ada yang berani bertanya kepadaku ataupun aninsoal kami berdua. mungkin mereka ingat waktu kejadian baru saja terjadi, reaksi-reaksi emosional yang kukeluarkan dulu. Kini mereka semua hanya membisu menanggapi kondisiku dengan anin. dalam hati aku berharap semua rasa tidak enak ini segera hilang dan anin bisa lanjut dengan kehidupan percintaannya di tempat lain, tanpa harus memikirkanku yang masih terkatung-katung antara memori gracia dan masa depanku.

Selesai mandi, aku langsung menuju meja makan, mendapati boby sedang nonton TV dan veranda yang sedang memainkan handphonenya di meja makan tanpa suara aku menyalakan rokokku.

Aku menghisap rokokku dalam-dalam.
"Ngapain kesini sih?" tanyaku
"Bali"
"Ngomongin Bali?"
"Iya lah, jadi ikut kan?"
"Jangan mentang-mentang gue baru putus terus langsung setuju pergi sama lo dong" jawabku agak panjang.
"Kalo cuma gue berdua boby, pasti dia disuruh pindah agama terus nikahin gue ama bokap" tunjuk veranda ke boby , boby tersenyum penuh harap.

"Tapi lo jangan ngarep" lanjutnya sambil menyeringai ke arah boby

"Pede amat gue bakal langsung bilang iya" balasku.
"Udah pokoknya bulan ini gajian langsung beli tiket"
"Maksa"
"Kok gak bilang nolak kalo ga mau?"
"Masih belum tau" jawabku pelan.
"Susah amat sih jadi orang nentuin pilihan..." balas veranda

Aku menghela nafas. Bali. Memoriku bersama gracia banyak disana , entah kenapa setelah aku berpisah dengan anin aku merasa agak ringan. mungkin karena aku secara alam bawah sadar lepas dari perasaan tidak enakku kepada anin, yang begitu luar biasa berkorban dan selalu mati-matian ingin menggantikan posisi gracia di dalam kepalaku. di sisi lain hal yang sama membuatku merasa tidak enak padanya. Canggung. Kaku. Kami jadi seperti orang asing lagi.

"Yaudah deh"
"Yaudah apaan?"
"Gue ikut aja"
"Asiiiiiiik" veranda tampak senang mendengarnya aku lebih memikirkan diriku. aku harap kepergianku kesana bersama dengan teman teman baikku bisa membuat perasaan tidak enakku akibat drama tahun ini jadi ringan. Aku ke Bali anin sudah pasti ke Australia. Mudah-mudahan pertemuan dengan kakaknya bisa membuat dirinya cepat melupakanku dan move on.

BastardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang