"Perilakumu yang tidak aku sukai dulu adalah kenangan terindah yang aku sukai sekarang"
~Faeza Langit Dermantara~
***Kakinya melangkah turun dari dalam angkot kuning yang mengantarnya dari sekolah tadi. Tapi seperti ada sesuatu yang mengganjal pada pikiran perempuan cantik itu. Hingga ia menoleh kearah belakang untuk memastikan orang yang memata-matai nya tapi sayang, tidak ada satu orang pun disana.
Telah dipastikan bahwa tidak ada orang yang berada dibelakang nya atau lebih tepat memata-matai, baru lah ia membalikan badannya untuk memasuki sebuah rumah besar bercat warna putih yang terletak tak jauh dari gang, tempat dimana ia menunggu angkot.
Kaki kirinya terlebih dahalu melangkah memasuki rumah berwarna putih itu, tidak ada ketuk pintu atau bahkan menekan bel rumahnya. Ia tau, tidak akan ada yang menyambutnya pulang ketempat yang paling membosankan itu kecuali kamar tidurnya.
Nayla merebahkan dirinya keatas kasur setelah ia mengganti seragam sekolah nya dengan kaos putih polos dan celana yang pendeknya selutut.
Ting tong ting tong
Suara bel dari pintu utama terdengar nyaring ditelinga Nayla yang tengah sibuk membaca novel. Lagi lagi suara itu terdengar sangat mengganggu.
Kemana para penghuni rumah?
Lagi-lagi lamunan Nayla terbuyarkan dengan suara bel rumah nya yang tidak mau berhenti sedari tadi. Langkahnya terhenti di depan pintu rumah, lalu membukanya untuk mengetahui siapa orang yang mengganggu acara nya.
"Haii" Suara khas laki-laki itu membuat Nayla tersadar dari lamunannya. Tebak siapa yang datang, kehadiran seseorang yang tidak ingin Nayla lihat.
"Hm?" Tanya Nayla kepada orang yang telah mengganggu acara Nayla siang ini. Nayla tidak suka berbasa-basi.
"Gue mau main" dilanjutkan dengan cengiran lebarnya yang menonton kan sederet gigi putihnya. Tidak mau ambil pusing, akhirnya Nayla membalikan badannya dan memasuki rumahnya tapi sebelum itu dia menutup pintunya tanpa sepatah katapun.
"Nayla" terdengar orang tadi memanggil nama Nayla yang dengan seenak jidatnya menutup pintu tanpa menyuruh sang tamu masuk. Tapikan ini rumah Nayla, jadi hak dia juga kan ya?
"Buka pintunya atau gue dobrak?" dan sekarang laki-laki itu mulai mengancam Nayla. Nayla tau betul dengan gelagat orang ini, ia tak pernah main main dengan ucapannya. Nayla yang masih setia berada dibelakang pintu itu dengan berat hati kembali membukakan pintunya.
"Gue mau bicara" laki-laki itu masih menunggu respon dari perempuan yang berada tepat didepannya ini. Sedangkan Nayla, dia sebenarnya tidak mau bicara dengannya. Nayla menatapnya datar, dengan tatapan kosongnya dia hanya diam sedari tadi. Untuk merespon pertanyaan saja enggan rasanya.
"Lo diam, gue anggap lo mau" Nayla sedikit bingung dengan tingkah laki-laki didepannya ini. Rasanya dia tidak kenal dengan pria ini, tapi mengapa laki-laki ini seperti mengenal dirinya dengan baik?
"Gue mau lo maafin gue" ucapnya dengan sungguh-sungguh atau hanya pura-pura saja?
"Sorry, kita nggak kenal" balasnya datar tanpa menatap sang lawan bicara.
"Gue tau, lo kenal gue kan Ayla?" sambil berusaha menggapai kedua tangan gadis didepannya ini. Tapi naasnya Nayla langsung menepis tangan laki-laki yang mengganggu waktu nya itu.
"Nayla" ucapnya dengan penuh penekanan.
"Gue tau lo itu Ayla" balasnya dengan cepat dan tak lupa tangan nya yang mengacak-acak rambut perempuan yang sedari tadi dipanggilnya Ayla ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meet Again ; Ketika Kisah Belum Usai [End✓]
Fanfiction[COMPLETED] "Ayla gue itu perhatian engga kayak lo yang cuek, Ayla gue itu orang nya sabar engga kayak lo yang pemarah, Ayla gue juga orang yang ramah engga kayak lo yang dingin" ucap Langit dengan penuh penekanan. "Gue bukan Ayla! Lo perlu ke THT"...