Six

198 75 37
                                    

Pagi ini Rey beraktifitas lebih cepat dari biasanya. Hari ini adalah jadwal kuliahnya yang kali kedua setelah pertemuan awal yang ia lakukan empat kali dalam sebulan. Rey selalu menyiapkan sarapan sendiri dan tak malu untuk membawanya ke kampus. Kali ini menu sarapannya masih sama, yaitu telur dan tofu.

Meski tak pernah ke korea, kebiasaan Rey tidak berbeda jauh dengan orang yang tinggal di korea pada umumnya. Salah satunya adalah sarapan telur dan tofu.

Orang-orang korea sangat menyukai olahan telur yang dikreasikan dengan berbagai macam lauk pauk. Ditambah dengan hidangan tofu yang menggugah selera yang sangat nikmat disantap saat masih hangat. Tapi Rey hanya membuat tofu kecap porsi kecil dengan menambahkan sedikit nasi di kotak makanannya.

________________

📲Ting!

[-Juni-
Aromanya lezat]

________________

[Sarapan pagiku hari ini.
Apa kau mau?
-Rey-]

_______________

[-Juni-
Tidak, untukmu saja.
Hwaiting!]

________________

[Gomawo
-Rey-]
_

________________________________

.
.
.

Tidak lama setelah mereka berdua saling mengirim chat, tiba-tiba saja ada panggilan masuk di ponsel Juni.

Nomor pribadi? Siapa yah?” batinnya.

Juni ragu untuk menjawab telepon dari nomor yang tidak ia kenali. Namun rasa penasaran lebih besar dari keraguannya.

“Halo?” Juni menjawab telepon itu dengan suara pelan.

“Ya, halo Juni. Ini saya, Sam,” jawab seorang lelaki pemilik nomor baru itu, rupanya dia adalah Si mentor piano.

“Ya, ada apa?” Nada bicara Juni berbeda dari sebelumnya, cukup judes.

“Bisa kita bertemu hari ini?”

“Sepertinya bisa, tapi hanya sebentar saja.”

“Oke, saya akan jemput kamu 15 menit lagi. Tolong shareloc yah.”

“Kau saja yang shareloc, nanti biar aku pakai motor”

“Tapi…,”

“Ditunggu shareloc-nya.” Seketika Juni menutup telepon dari Sam tanpa kata-kata penutup apa lainnya.

Sam sempat merasa bingung atas sikap Juni terhadapnya. Beberapa detik setelah itu, Sam mengirimkan lokasi untuk mereka berdua bertemu.

Born Ga Cafe? Kenapa janjiannya disana, itu terlalu jauh.” Hatinya menggerutu.

Namun, tetap saja Juni berniat untuk bertemu dengan si Mentor itu.

35 menit kemudian........

Juni tiba di Born Ga Cafe. Terlihat dari kejauhan seorang lelaki sedang melambaikan tangan kearahnya.

I'm sorry [Complete ✓️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang