Felix menatap lekat surat yang ada di tangannya. Ia sudah membaca isi surat itu berkali-kali, tapi belum memutuskan ingin membalas surat itu atau tidak.
Sial! Maki Felix dalam hati.
Sejak kapan sih, membalas surat dari Valerie menjadi merepotkan seperti ini?
Dikirimi surat, ya langsung dibalas saja. Diajak jalan-jalan juga, ya langsung pergi saja. Kenapa sih dia harus berpikir keras untuk masalah sepele seperti ini?
Sial! Lagi-lagi Felix memaki dalam hati.
Ini semua gara-gara gosip murahan yang sudah menyebar luas di istana! Dan juga gara-gara Alex yang memberitahukannya perihal gosip itu. Seandainya saja Alex tidak bilang padanya, maka dia akan terus mengabaikan soal gosip itu dan bebas menemui Valerie.
"Aku harus bagaimana, Valerie?". Felix memejamkan matanya merasa lelah dengan semuanya. Baik itu tentang pekerjaannya yang menumpuk maupun tentang hatinya.
Ada apa dengan hatinya?
"Kenapa juga aku menuruti keinginan Valerie untuk mengikutsertakan dia dalam pelatihan itu?! Agh, sial!". Felix menyesali keputusannya. Ia melempar asal surat yang dipegangnya keatas meja lalu bergegas pergi dari perpustakaan pribadinya.
Ia tidak mau berlama-lama lagi berada diantara buku-buku. Ia ingin jalan-jalan sebentar untuk menghirup udara segar dan menenangkan pikiran.
Sebenarnya Felix sangat malas untuk keluar dari kediaman pribadinya. Ia tidak mau bertemu dengan orang-orang munafik yang ada di istana. Didepannya mereka tersenyum ramah dan memberi hormat, tapi dibelakangnya mereka terus saja menjelekkannya. Namun Felix benar-benar tidak tahan lagi terus berada dalam perpustakaan. Ia lebih suka menyelinap keluar istana untuk bersenang-senang daripada harus terkurung dalam istana dan belajar.
Baru beberapa langkah Felix keluar dari perpustakaan, ia kebetulan bertemu dengan ayah Valerie, tuan Charles. Tuan Charles tampaknya sedang terburu-buru, tapi begitu melihat Felix sedang berjalan dari arah berlawanan, beliau menyempatkan diri untuk menyapa Felix.
"Selamat siang, pangeran Felix". Sapa tuan Charles dan asistennya lebih dulu. "Segala keagungan dan kejayaan Abyssinia beserta anda".
"Selamat siang, tuan Duke, sir Edward". Felix balik menyapa, tak kalah sopannya.
"Tumben sekali melihat pangeran Felix ada di istana". Tuan Charles melirik ke arah tempat Felix keluar tadi. "Apalagi anda baru saja keluar dari perpustakaan".
Felix menatap wajah ayah Valerie tanpa ekspresi. Haruskah ia membalas sindiran beliau atau dibiarkan saja?
Tidak boleh, biar bagaimanapun tuan Charles adalah ayah Valerie. Orang tua dari teman baiknya, sekaligus tangan kanan Baginda Raja. Ia tidak boleh membuat beliau tersinggung meskipun ia sedang kesal dan butuh tempat pelampiasan.
Lagipula tuan Charles juga pasti sedang kesal karena putri tersayangnya sedang marak dibicarakan orang. Felix yakin kalau beliau sudah mendengar tentang gosip murahan itu. Tidak mungkin tidak.
Dan sumber utama kenapa gosip itu bisa tercipta adalah karena dirinya. Jadi dia harus sabar dan berlapang dada. Itu baru namanya pria sejati.
Go Felix!
Semangat!
Felix diam sesaat lalu menarik nafas dalam-dalam. Harus sabar dan tetap tenang. "Terima kasih untuk perhatiannya, tuan Duke. Kebetulan hari ini saya punya banyak sekali pekerjaan sehingga tidak bisa keluar menemui Valerie. Tolong sampaikan salam saya pada Valerie kalau tuan Duke sudah pulang rumah nantinya".
Sir Edward, asisten tuan Charles, yang kebetulan berada ditengah pembicaraan antara Felix dan tuan Charles jadi panik sendiri. Pasalnya, meskipun mereka terdengar sedang berbicara dengan santai, tapi aura yang keluar disekitar mereka terasa mencekam. Ia bingung harus membela siapa? Lebih baik dia tetap diam dan terus mendengarkan ocehan mereka.
Cari aman...
Tuan Charles tertawa paksa. Rasanya ingin sekali mencekik leher Felix, kalau saja dia bukan seorang pangeran. Dan meskipun Felix hanya pangeran kedua, dia tetaplah anggota keluarga kerajaan. Menyakitinya sama dengan cari mati. "Sudah pasti akan saya sampaikan salam anda kepada putri saya. Karena itulah, pangeran Felix tenang saja. Mulai detik ini, anda tidak perlu repot-repot datang ke rumah kami untuk menyapa Valerie. Biar nanti saya saja yang akan terus menyampaikan salam dari pangeran Felix".
Felix menatap tajam manik mata tuan Charles. Bukannya tadi ia sudah berusaha untuk sabar dan berbicara dengan sopan. Lalu ada apa ini? Mengapa beliau melarang Felix untuk bertemu dengan Valerie, setelah enam tahun mereka berteman?! Enak saja! Tidak akan pernah Felix biarkan hal itu terjadi!
"Sepertinya anda tidak mau kalau saya berteman lagi dengan Valerie, tuan Charles. Atau mungkinkah hanya perasaanku saja?". Tanya Felix memastikan. Kalau sampai tuan Charles mengiyakan pertanyaannya ini, lihat saja apa yang akan Felix berani lakukan nanti.
Tuan Charles balas menatap Felix tajam. Ia tidak takut ditatap seperti itu, sekalipun ia seorang pangeran. Tapi tuan Charles tidak mau cari masalah, ia selalu berprinsip untuk hidup tenang bersama keluarganya. Jika ia tetap mempertahankan keegoisannya supaya Valerie berhenti berteman dengan Felix, ia yakin Felix akan melakukan sesuatu yang nekat dan membuat hidupnya sengsara.
Beliau jadi serba salah.
"Pangeran Felix sepertinya sudah salah paham dengan kata-kata saya tadi". Tuan Charles akhirnya mengalah. Mengalah untuk menang.
"Oh.."
"Maksud saya, pangeran Felix sedang sibuk sekarang, jadi pangeran Felix tidak perlu repot-repot mengunjungi Valerie hari ini. Anda bisa datang besok".
"Baiklah, jika tuan Charles memaksa".
Sama sekali tidak memaksa..aku mohon jangan datang lagi ke rumah.. tuan Charles jadi ingin menangis. Kenapa dia harus dipermainkan anak kecil seperti ini.
Harga dirinya yang terluka, hanya bisa diekspresikan beliau dengan tersenyum lemah. "Kami tunggu kedatangan anda, pangeran Felix. Kalau begitu, saya permisi dulu".
"Silahkan...". Kata Felix mempersilahkan tuan Charles dan asistennya untuk pergi.
Sosok tuan Charles dan asistennya sudah berjarak cukup jauh dari tempat Felix berdiri. Ia terus menatap kedua sosok itu sampai benar-benar menghilang dari pandangannya.
Sesaat Felix merasa cukup bersalah karena meskipun ia sudah berusaha untuk sopan, tapi sepertinya ia tetap saja telah menyinggung perasaan tuan Charles.
Secara mendadak disuruh menjauh dari Valerie, Felix benar-benar tidak bisa melakukannya. Ia belum siap berpisah. Kehadiran Valerie amat sangat penting dalam kehidupan Felix. Oleh sebab itu, Felix masih butuh waktu untuk mengikhlaskan kepergian Valerie. Ia akan pelan-pelan menjauhi Valerie, sampai akhirnya dia bisa terbiasa tanpa kehadirannya.
Sampai hari itu tiba, dia akan berusaha menjadi teman yang baik untuk Valerie.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let's Play Game: Nikky & The Magic Stone
Fantasía⚠️WARNING ⚠️ 🌸KARYA SENDIRI🌸 [ONGOING] Gabby yang sedang asyik bermain game baru pemberian temannya, tiba-tiba masuk kedalam game. "Kau harus memenangkan hati sang pangeran untuk mendapatkan batu ajaib itu". Kata narator kepada Gabby saat Gabby te...