16. Shella

29 2 0
                                    

Reyhan mematung ketika kedatangan ayahnya, Ibunya menginformasikan kedatangan ayahnya pada jam 7 namun, kedatangan ayahnya sebelum jam yang di tentukan itu membuat tertekan sendiri.

"Akhirnya kamu datang juga," Reyhan tidak menggubris sambutan dari ayahnya, ia berlalu ke kamarnya.

"Reyhan, berhenti dulu," dengan sebal ia berhenti, ia sudah tahu apa yang akan di katakan ayahnya.

"Ayah udah putuskan dan papa udah urus semaunya," Tegas sang papa membuat Reyhan semakin mengeram sampai semua otot Wajahnya menegang.

"Kenapa papa harus ngatur hidup Reyhan, Kenapa papa selalu hancurin kebahagiaan Reyhan, Reyhan selalu nurutin ucapan papa, ngorbanin mimpi Reyhan demi papa, tapi apa balasan papa, kayak gini, hancurin kebahagiaan aku," Teriak Reyhan, sementara mamanya menatapnya penuh iba, ia mengerti perasaan putranya.

"Suatu hari nanti, kamu akan berterimakasih kepada papa karena telah banyak membantu dan mengajarkan mu tentang kehidupan dan mimpi," Reyhan menggeleng sembari membuang nafas kecewa.

"Selama ini, aku selalu banggain papa, selalu jadiin papa motivasi, tapi sekarang aku kecewa banget sama papa," Setelah mengatakan itu Reyhan pergi dengan rasa kekecewaan yang paling dalam.

"Kamu bakal tahu sendiri bagaimana papa ingin kamu bahagia, papa cuma ingin yang terbaik," gumam Reino papa Reyhan, pria beruban itu hanya bisa pasrah dengan anaknya mulai keras terhadapnya, ini semau perihal dirinya, jika bukan karena kesibukannya dalam kerja, ia tak mungkin melupakan putranya, yang selalu di banggakan.

***

R

eyhan terduduk menatap kelap-kelip lampu Tumblr yang terpasang di sekeliling rooftop restoran, Papanya dan mamanya tengah asik berbincang dengan seseorang yang tidak Reyhan tahu.

"Ayo duduk, makan malam spesial untuk dinner kali ini," Kedua pasangan Bayah itu terlihat melempar senyum dan duduk di depan orang tua Reyhan.

"Dimana Shella?" Tanyanya, Kedua pasangan itu tersenyum," Ke toilet, biasa kalau gugup, aku waktu mudah juga gitu, suka gugup bawaannya ke toilet," keempat pasangan itu tertawa, menertawakan masa muda mereka, yang penuh kenangan dan keceriaan.

"Pa,ma?" Keempatnya menoleh menatap gadis cantik dengan dress pink berpadu dengan tas selempang senada bak putri istana.

"Shella ayo duduk," Gadis itu tersenyum canggung dan duduk di depan Reyhan, kalian tahu apa tujuan mereka, menjodohkan Reyhan dengan pilihan sang papa.

"Shella gimana kabar sekolahnya?" Shella meringis, sedikit malu mendapat pertanyaan seperti itu.

"Aku gak di tanya om," sontak sepasang mata tajam kini menatapnya, ini cewek polos atau apa sih.

"Maksud om itu, gimana kamu di sekolah?" Sambar mamanya sembari menyenggol lengannya untuk menjaga sikap.

"Oh.. baik kok om, maaf," mereka hanya terkekeh melihat aksi perempuan itu, kecuali satu orang, Reyhan yang masih menatap gadis itu penuh selidik.

"Kalau Reyhan mau nanya-nanya boleh tuh, sedari tadi kayaknya ngelihatin Mulu," Reyhan tersentak, ia baru sadar memerhatikan gadis itu, bukan tatapan kagum tapi tatap penuh selidik dan tidak suka.

"Gemes banget yah lihat anak jaman sekarang, suka malu-malu, pada dasarnya mah mereka malu-maluin," Reyhan mendesah mendengar ucapan mamanya, sepertinya ia harus mengambilnya permintaan mamanya itu.

"Btw, udah punya mantan berapa?" Reyhan tahu, perempuan seperti di depannya ini suka gonta-ganti pasangan.

"Banyak, kenapa?" Reyhan tersenyum miring, dugaannya benar tepat sasaran.

"Banyak, berarti Lo tipe orang yang suka boring yah," gadis yang bernama Shella itu menatap Reyhan dengan senyum paksa.

"Gak," Ujarnya mendongak agar sedikit menantang.

"Dengar yah baik-baik,  waktu TK aku sekolah sampai tamat belum pernah pindah, waktu SD juga sama SMP pun juga sama, SMA pun sama, gue gak pernah bosan sama sekolah yang gue tempati, sebenarnya gue benar kangen sama mantan teman sekolah gue dulu, kita bolos bareng, di hukum bareng bahkan kita telat bareng, itu kisah kenangan tentang mantan sekolah gue," Reyhan terpaku di tempatnya, sebenarnya yang idiot dirinya apa gadis di depannya sih, rencana Reyhan ingin membuat perempuan itu malu namun, sekarang dirinya yang malu. Sial sekali.

"Nama Lo kayak cewek gue, tapi gak bisa gantiin dia di hati gue," Ujar Reyhan tiba-tiba, tempat yang mereka duduki mendadak menjadi sunyi karena ucapan Reyhan, ia tahu tatapan tajam papanya bakal menyoroti dirinya.

"Eh, lagian siapa juga yang suka sama Lo, asal Lo tahu yah, cewek Lo pasti gak suka sama cowok kayak Lo, kaku tapi ngebelin," mereka yang merencanakan makan malam romantis kini hancur karena Reyhan dan Shella.

Reyhan mengeram kesal," buktinya Lo di selingkuhin," Shella tersenyum mengejek.

"Sok tahu banget sih Lo," Bentak Reyhan membuat seisi meja menyorot ke arahnya

"Reyhan, jaga sikap," Bentak papanya membuat Reyhan bungkam, ia hanya tidak suka perkataan Shella.

"Lagian Tante kok yang ceritain, masa Tante bohong," Mama Reyhan meringis, ia kelepasan menceritakan kisah percintaan anaknya.

"Maaf Rey," Reyhan membuang muka, kenapa ia harus mendapatkan penghianatan secara beruntun.

"Gue izin ke toilet," Reyhan beranjak dari tempatnya, ia benar-benar marah pada kedua orangtuanya, sekaligus kecewa berat.

Ia terhenti di depan balkon hotel, ia menatap perkotaan yang indah karena lampu-lampu rumah bisa terlihat di atas tempatnya berpijak.

"Terkadang takdir itu menyakitkan, tuhan memang mengatur takdir kita, tapi ia  memberikan kita kesempatan untuk mengubah segalanya, meski tidak sempurna," Reyhan menelan ludahnya merasa tersentuh mendengar ucapan gadis itu, Shella.

"Lihat bulan, meski ia kadang sendiri tapi dia mampu bersinar meski sinar yang di pancarkan tidak banyak orang memerhatikan dirinya," Shella tersenyum menatap bulan yang kini sangat bersinar terang.

"Reyhan, maaf banget yah, gua tahu tadi Lo mau ngereceh karena gue kepikiran buat ngerjain Lo, yah makanya gue jawab aja dengan candaan gue, Damai deh," Shella mengacuhkan kelingking ke arah Reyhan.

"Ada syaratnya?" Shella mengerutkan keningnya,  Reyhan tersenyum kearahnya lalu mendekatkan wajahnya ke arah Shella.

"Bantuin gue buat batalin pertunangan ini," Shella membulatkan matanya, tentu saja ia terkejut.

"Kenapa?" Reyhan tertawa mendengar ucapan Shella, pertanyaan yang belum di jelaskan jawabnya pun sudah di mengerti orang lain.

"Gue udah bilang kalau gue udah punya cewek, kata Lo sendiri, kita bisa ubah takdir ini bukan," sepertinya Shella salah bicara, ia mendesah pasrah.

"Tapi kalau dia pergi ninggalin Lo, jangan sungkan buat datang bersandar sama gue," Ujar Shella, ia kembali menatap rumah-rumah di perkotaan yang begitu indah di Padang dari atap.

"Kenapa Lo ngomong gitu?" Shella yang pandangan fokus ke perkotaan di bawa kembali menoleh ke arahnya.

"Takdir kan yang ngatur tuhan, meski kita mau mengubah belum tentu itu kesampaian, yang kita lakukan hanya berusaha dan berjuang," ucapan Shella membuatnya diam di tempat, kenapa perempuan itu selalu membuatnya mati rasa.

"Tenang aja, gue biarin Lo berjuang sama pacar Lo, sampai dapat restu dari papa Lo kan, tapi janji yah, ingat gue selalu," Reyhan masih terdiam, Shella dan Shella sama, meski mereka manusia yang berbeda.

***

Dear Mantan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang