Hari Sabtu tak ada bedanya dengan hari biasanya. Aku masih ditemani dengan setumpuk soal latihan untuk ujian akhir yang tinggal menghitung hari.
Aku mengarahkan pandanganku ke depan. Tian menatap laptopnya dengan raut serius. Suasana cafe yang cukup sepi membantu konsentrasinya untuk menyelesaikan tugas makalah yang sudah tertunda hampir 2 minggu.
"Hei, kenapa melihatnya begitu? Bosan dengan tugas-tugasmu?" Tian sadar jika daritadi kuperhatikan.
Aku menggeleng kecil. "Kemarin, katanya Wira, dia udah lama nggak ketemu kamu."
Tian menghentikan aktifitas mengetiknya.
"Wira?" tanyanya memastikan. Aku mengalihkan pandanganku ke tugas yang sedang kukerjakan.
"Iya, kamu lupa ya kalo Wira udah pindah ke sekolah aku sekarang." tuturku pelan.
"Baru inget sekarang. Kamu udah lama nggak cerita soal Wira,"
"Aku sama dia juga udah lama nggak ketemu. Kemarin aja pas nunggu ayah jemput," bantahku.
"Manusia mudah untuk berubah, Run. Kecuali waktu berpihak kepadanya. Dan aku nggak tahu apakah waktu berpihak ke kamu sama aku."
Tian memalingkan perhatiannya menuju layar laptopnya lagi.
Aku diam-diam menghembuskan napas yang sempat tertahan. Detik terus berlalu tanpa sebuah pembicaraan yang berarti.
Aku melihat jam tanganku, lalu merapikan tugas yang belum sepenuhnya selesai. "Tian, aku ada tugas di luar. Mau ikut nggak?"
"Boleh. Dimana?"
"Di Taman Selatan Kota. Tapi ada Shenya juga disana, nggak apa-apa?" tanyaku sedikit ragu.
Tian bergegas merapikan laptopnya dan beranjak dari kursinya. Dia mengelus pelan rambutku.
"Mau gimana lagi kalau kamu yang minta? Ayo, nanti jalannya tambah macet hari libur gini." Dia menatapku penuh arti.
"Tapi,..." Tian sudah menarik tanganku sebelum aku menyelesaikan kalimatku.
-db-
"Udah lama juga ngga kesini. Terakhir pas kelas 2 sma," gumam Tian.
Tian memandang suasana Taman Selatan Kota yang cukup ramai oleh orang sekitar. "Janjian sama Shenya dimana?"
Aku berpaling dari layar ponsel. "Shenya katanya udah nunggu di tempat biasa kita ketemuan. Yuk!"
Setiap jengkal taman ini sudah melekat kuat di otakku. Ini adalah tempat dimana aku menghabiskan quality time bersama Shenya.
"Aruuun, sini!" seru Shenya dari kejauhan. Aku sontak berlari ke arahnya.
"Sorry ya Shen, agak telat dikit," ucapku terbata karena lelah sehabis berlari.
"Santai aja kali! Sendiri aja ke sini?"
Aku menoleh ke belakang dan melihat Tian yang masih berjalan ke arah kami berdua dengan santainya.
"Enggak kok. Sama Tian."
"Tian? Seriously?" selidik Shenya.
"Halo," sapa Tian. "Kamu Shenya kan? Arun sering cerita tentang kamu, jadi aku tahu."
Shenya terdiam sesaat. Memperhatikan Tian dari ujung rambut hingga ujung kaki.
"Shen, biasa aja kali kalau liatin," kataku sambil mengibaskan tanganku di depan wajahnya.
Shenya tersadar dari lamunannya.
"Maaf maaf, habis aku baru tahu, ternyata ini Kak Tian yang sering kamu ceritain," elaknya. "Salam kenal, Kak."
Tian tersenyum kecil mendengar pernyataan Shenya.
"Oke, silahkan kalau mau ngerjain tugas. Lin, aku mau muter-muter dulu ya."
Tian meninggalkan kami berdua.
Aku mengangguk mengiyakan.
"Ayo kita selesaiin tugasnya, biar nggak kesorean pulangnya," ajakku. Shenya mengangguk perlahan.
Entah mengapa, Shenya terlihat berbeda hari ini.
Mentari sudah mulai menyembunyikan sinarnya. Aku dan Tian pamit pulang duluan pada Shenya.
"Hm.. nggak mampir dulu?" tawarku. Kami sudah sampai di depan rumahku.
"Kayaknya malam ini aku langsung balik aja."
"Pulang, kan?" tanyaku memastikan. Tian tidak bergeming. "Yasudah, hati-hati. Oh ya, besok kamu ada acara di kampus kan? Jangan tidur larut malam," aku mengakhiri keheningan yang tercipta.
Tian tersenyum kecil. Tangannya meraih rambutku dan mengacaknya pelan.
"Jangan lupa belajar buat ujian akhirmu juga."
Lengkungan kecil terbentuk di wajahku. Aku segera melangkah masuk ke dalam rumah.
Dari dalam rumah aku melihat Tian menyalakan mesin motornya, lalu perlahan menghilang dari pandangan.
Ah, susah juga jujur pada perasaanku sendiri. Perasaan yang sudah mulai luntur oleh hempasan angin selatan.
-db-
YOU ARE READING
Datatitaya
General FictionPercayalah akan ada akhir dari apa yang pernah mulai. (hiatus dulu ya nulis ini, mampet tapi dapet sebuah pencerahan menulis yang lain hehe)