Chapter 1

26 0 0
                                    

Hari ini, adalah hari pertama , dimana semester 3 perkuliahan akan segera di mulai .

    Namanya Devani willia. Perempuan  dengan kulit khas wanita Indonesia, menyukai banyak hal , terutama yang indah . Menyukai alam, menggemari musik dan bermain musik, sport, dan juga menulis .
Namun , ada satu hal di antara itu yang menjadi paling utama . Menulis .
Yaaa wanita ini bisa menjadi sangat takluk hanya pada secarik kertas kosong dan satu buah pena . Menurutnya dengan menulis apapun bisa dia ungkapkan .
      Tidak ada hal yang lebih baik bagi Vani  untuk meredakan risaunya selain menulis dan memetik gitar .
Pendapatnya pada dirinya adalah , dia bisa menjadi pendengar yang baik , tapi tidak pandai menceritakan tentang dirinya pada orang lain . Kecuali , hal itu memang sudah tidak bisa dia tampung sendirian .

        "Mhhhhhh...udah pagi" . Samar samar cahaya mentari pagi mulai terlihat masuk lewat celah kecil jendela kamar Vani , menyilaukan pandangannya .
Dia melirik jam yang tersimpan di atas laci kamarnya, waktu sudah menunjukan pukul 6.00 . Dia bergegas menuju kamar mandi .

Hari ini hanya dia penghuni rumah satu satunya , karena yang lain sedang dengan urusannya masih masing . Papa Vani adalah seorang militer yang di tugaskan di pelosok terpencil di negeri ini . Hal ini tentunya biasa bagi Vani , karena sejak kecil dia sering dalam situasi seperti ini .
Makanya dia sudah terlatih, terlatih untuk mengendalikan rindu pada Papanya . Walaupun mereka sering terpisah , tapi komunikasi antar mereka berdua tidak pernah terputus . Begitu kuat ikatan batin keduanya, mereka sangat dekat, bahkan Papa Vani masih menganggap Vani sebagai anak kecil . Mereka masih sering bercanda sambil berlari lari . Aneh mungkin bagi orang lain yg melihat,  untuk usia Vani yang sudah masuk fase remaja akhir , masih bercanda dengan cara berlari lari . Tapi bagi Vani , itu membuatnya sangat dekat dengan Papanya .
      Pernah suatu hari Papa bertanya pada Vani tentang masa depannya, dan Vani belum bisa memberi jawaban apa apa pada Papanya yang terlihat garang namun sangat lembut memperlakukan anaknya ini , karena wanita ini masih merasa dirinya belum pantas untuk memikirkan hal itu, Vani tau apa yang di singgung ayahnya tempo hari tentang masa depannya nanti selain dari cita citanya, papanya menanyakan bagaimana nanti dia akan berumah tangga dan mendapat jodoh, jika dia tidak pernah mengenalkan lelaki manapun pada Papanya ini . Papanya tentunya paham betul usia Vani seharusnya sedang menikmati hal itu . Namun sampai sekarang, Vani belum pernah membawa siapapun untuk sekedar menjadi teman ngopi papanya ini . Lupakan hal ini, menurut Vani terlalu cepat, jika dia harus dengan memikirkan lelaki di sela perkuliahannya .
Saat papanya akan pergi ditugaskan , Vani mengantarnya hanya sampai pelabuhan , dan melihat Papanya pergi dengan kapal laut. Sebenarnya ada perasaan khawatir akan ayahnya , namun Vani sudah di ajari papa dan ibunya sejak kecil untuk selalu tegar menghadapi suatu apapun, Vani yakin dia memiliki papa yang tangguh dan hebat, dia seorang militer , Vani percaya ayahnya akan segera pulang dan memeluknya kembali setelah tugas negara selesai di tunaikan Papanya .

      Setiap hari Vani menghabiskan waktu bersama di rumah hanya dengan ibunya . Kebetulan hari ini, ibunya sedang tidak ada dirumah, karna ada tuntutan pekerjaan di luar kota, yang harus melibatkan dirinya pergi malam tadi .
Dibanding dengan ibunya , Vani lebih dekat pada Papa nya . Tapi tetap ,bagaimanapun dia juga sangat menyayangi keduanya . Hanya saja dua duanya nampak jarang menghabiskan waktu bersama setelah Vani mulai dewasa .
Vani tak pernah mempermasalahkan hal itu . Dia sudah berpikir jika kini masanya untuk dia menitik hal yang benar benar akan membuat masa depannya cerah .
Dia hanya mengatakan

      "Aku cuma mau lelaki seperti papa, tapi bukan tentara"

       "Gimana sih kamu , katanya mau lelaki kayak papa, tapi bukan tentara, papa ini kan tentara sayang"

       "Pokonya , dia harus kayak papa sesayang itu sama aku , dan bukan tentara "
  
       "Papa yakin sayang, kamu akan mendapatkan lelaki yang lebih baik juga dari papa, papa tidak akan menuntut kamu untuk mendapatkan lelaki yang seperti apa, nanti jika waktunya tiba, bawa pilihanmu itu , papa akan mendukungmu sepenuh hati nak"  sambil memeluk Vani dengan erat Papanya mengatakan hal membuat hati Vani terenyuh .
       
         "Vani sayang papa , gak akan Vani kecewakan papa . Papa sama ibu harus panjang umur ya"

"Nunc Scio Quid Sit Amor "Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang