Enam

383 12 3
                                    


Kesalahan terbesarku adalah membiarkan hati ini terjebak oleh pesonamu

***
Aku melangkah menyusuri lorong kampus, kulihat Radit sedang bercengkrama dengan Citra diselingi senyuman yang selalu membuatku terpesona padanya. Bagaimanapun juga aku masih sangat mencintainya.

Aku berjalan menuju kelas, namun semua mata menatapku membuat ku mengerutkan kening. Apa ada yang salah dengan penampilanku?

"suitt...suiitt... Penampilanmu hari ini sangat memukau" ucap seorang pria sambil berjalan melewatiku.
Ya..hari ini aku mengubah penampilanku menjadi lebih dewasa. Bukankah Ben menyukai wanita dewasa...seperti ibuku.

Dress maroon tanpa lengan dengan panjang diatas lutut yang menampilkan lekuk tubuhku. Jangan lupakan lipstik berwarna merah menyala seperti yang biasa ibuku pakai. Aku merubah penampilanku supaya Ben bertekuk lutut padaku.

"Ara ?" Aku memicingkan mata melihat Radit menghampiriku sendirian.

"Ada apa kau memanggilku ?" tanyaku sambil menatapnya tajam.
Ku amati dia yang sedang melihatku dari ujung kepala sampai ujung kaki.

"Aku hanya ingin bicara denganmu dan minta maaf atas apa yang sudah kulakukan padamu. Bukannya aku ingin menghianatimu hanya saja aku sangat mencintai Citra."

Kualihkan pandanganku mencoba mencegah air mataku yang mendesak ingin keluar. Sakit..sakit sekali rasanya mendengar dia mengucapkan cinta ke wanita lain.

Tangannya berusaha menggenggam tanganku tapi segera kutepiskan. Perasaanku rasanya campur aduk

"Ara aku benar-benar minta maaf, bukan maksudku ingin melukaimu."

"Kenyataanya kamu sudah melukaiku dit. Kenapa kamu tega melakukan semua ini. Apa aku sudah tidak ada artinya lagi dihidupmu ?"

"Maaf Ara....hatiku saat ini hanya untuk Citra."

"Brengsek...pergi kau dari sini. Jangan pernah menampakan dirimu lagi didepanku.

***
Aku meneguk wine ku berkali-kali. Menghilangkan penat mencoba melupakan semuanya. Apa aku tidak boleh bahagia ? Oh.... Tuhan kenapa takdirku seperti ini.

"berhentilah meminum itu." kutolehkan kepalaku ke arah suara itu. Kutatap dia dengan senyuman sinis. Kenapa dia ada disini ? Ahhh... Mungkin dia sedang mencari wanita jalang yang ingin ditidurinya. Dasar pria brengsek.

"lepaskan" kuhentakkan tanganku mencoba melepaskan cengkramannya.
Dia menarikku paksa menyeretku keluar dari club.

Dia mendorongku kedalam mobil dengan kasar

"Kenapa kau selalu mengganggu hidupku?"

"Lihatlah dirimu. Apa pantas kau memakai pakaian kurang bahan di tempat ini? Semua pria hidung belang itu melihatmu seperti ingin menelanjangimu."

"ciiihhh....apa pedulimu ?"

"ke hotel ya pak." perintah Ben pada supirnya.

"Apaa...? Mau apa kau membawaku ke hotel ?"

Mobil berhenti didepan hotel. Ben memaksaku keluar dan menarikku secara kasar. Mencoba menepis genggamannya namun percuma saja, tenaganya terlalu kuat.

"Heiii....lepaskan aku. Aku mau pulang kenapa kau membawaku kesini." teriak Ara histeris.

Ben mendorongku memasuki salah satu kamar hotel. Dia mengunci pintu dan membuang kuncinya. Saat dia mencoba mendekatiku aku mundur perlahan menjahuinya. Aku benar-benar takut melihat tatapannya.
Apa kejadian kemarin bakal terulang lagi ?? Oh....tidak ini tidak boleh terjadi.

"berhenti disana brengsek, kau mau apa ?" desisku sambil menjauh darinya yang terus melangkah mendekatiku.
Tangannya berhasil meraih bahuku dan dengan sekali tarikan Ben merobek pakaianku membuatku melotot tak percaya.

"Aku benci melihatmu memakai pakaian seksi seperti ini Ara, tubuh indahmu hanya boleh kau perlihatkan padaku. Mengerti ?" ucap Ben ditelingaku.

Ara masih diam terpaku ditempatnya, sedangkan Ben duduk disofa sambil mengambil handphone di saku jas nya terlihat ingin menelpon seseorang.

"Aku butuh pakaian wanita lengkap dengan dalamannya, ingat jangan pakaian yang terbuka." Ben langsung mematikan telfonnya.

Ben menatap tajam Ara yang berjalan menuju ranjang.

"Apa ? Kenapa kau melihatku seperti itu ?"

Ara menatap Ben waspada. Bagaimanapun dia hanya berdua dikamar hotel ini.

"Maaf atas perlakuanku tadi, kamu boleh istirahat selagi menunggu sekretarisku datang mengantarkan pakaianmu. Aku akan menunggu di mobil."

Setelah mengatakan itu Ben keluar dari kamar meninggalkan Ara sendirian.

Ara dibuat bingung dengan sikap Ben padanya. Tadi dia terlihat sangat marah padanya dan apa yang dikatakannya barusan terdengar sangat lembut.

"sudahlah lebih baik aku tidur daripada memikirkan pria brengsek itu."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 09, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Antara Cinta dan Dendam (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang