Mungkin Harus Memulai Lagi

3.7K 87 0
                                    

Memasuki sebuah kamar antik penuh dengan pernak-pernik seorang wanita. Tempat tidurnya memang klasik tapi terlihat cantik dengan tinggi selutut dengan sudut yang dihiasi tiang unik yang dikelilingi horden putih membuat pantas menjadi kasur untuk seorang putri. Di dekatnya ada lemari pakaian yang dipenuhi ghaun-gaun bermode tahun 90-an. waoow, aku ingat gaun ini pernah dipakai si Marilyn Monroe di sampul film The Prince and The Showgirlnya. "Ibumu pasti sangat cantik ya, dia memiliki gaun-gaun mode kelas dunia. Aku yakin dia pasti terkenal dulunya." Si Bangsat hanya diam dan dia sepertinya membuka sebuah laci di dekat kasur ibunya. "Sekarang berbaliklah sebentar!" Hmm... apa yang dia lakukan? Turuti sajalah. Lama sekali aku menunggunya. "Sudah? Aku sudah pegal." Tidak ada balasan lalu dia memegang rambutku dan menyentuh pundakku. Apa-apaan si Bangsat ini? Apa dia sengaja membawaku kesini untuk bisa menjebakku lagi? Langsung saja kutarik badanku dan mencoba menghindarinya. Saat kucoba berbalik dia seperti kaget dan memegangi leher dan pundakku. Aku kehilangan keseimbangan dan melah mendorongnya. Dia linglui dan jatuh ke atas kasur otomatis aku ikut jatuh juga.

Oppss... Kami berdua di atas kasur sekarang. "Hei... jika sudah begini, aku tidak bisa menahan lagi."  Apa ini kesalahanku? Dia yang mau berbuat yang tidak-tidak dan aku hanya membela diri tuh. Aku tak mengharapkan keadaan ini. Sial! Di posisi seperti ini aku tak bisa lari lagi. Gawat...si Bangsat ini mendekat. Habislah aku. Kenapa badanku tak bisa bergerak. Dia mengangkat tangannya dan akan memegang leherku. Apa dia akan memulainya? "Aku memang sangat menginginkanmu tapi aku sangat menghormati ibuku. Kalau bukan karena dia aku sudah melahapmu sekarang karna saat ini kau yang memulainya. Jika kau ingin, ayo kita lakukan di kamarku!" bisiknya sambil kembali ke posisinya semula. Kami duduk bersila di atas ranjang itu. "Maaf aku tak bermaksud. Kukira kau akan mendekapku tadi." Sambil kulihat dia terlihat kesal. "Ini yang ingin kuberikan. Tapi kau menghancurkan momentnnya. Kulihat sebuah kalung bermata batu yang indah tergantung di tangannya. Indah sekali. Ternyata tadi dia ingin memberiku kejutan dan itu kalung berharga. Sial, mata batinku berteriak marah dan kesal. Dia berdiri dan meninggalkanku. Hah...lihat perlakuannya. Cihh...tidak bisa ditebak sama sekali. Kuikuti dia rasanya aku sedikit takut kehilangan dirinya. Ada apa  denganku sekarang? Sikapnya yang berbeda tidak seperti dulu itu membuatku sedikit kaget dan penasaran.

Di pesta ini rasanya sangat sepi. Apa aku tak bisa punya teman satu saja? Kenapa rasanya aku minder melihat mereka? Kuperhatikan semua orang nampak berkelas sekali dilihat dari bahan pakaian dan perhiasan yang membalut tubuh mereka. Wahhh...sangat mewah. Si Bangsat itu entah kemana? Dia meninggalkanku sendirian. Sekarang aku harus bagaimana?  Oiya...nikmati makanan sajalah. Wah...coklatnya sangat menggoda. Mmm....melumer di piring asti enak sekali. Aku sampai bingung memilih hidangannya. Ini sangat banyak dan semua jenisnya ada disini. Untuk orang kaya ini belum seberapa tuh. Coklat ini bisa mengobati kesalku. Aku ingat coklat dapat merubah mood kan. Dan itu benar aku bisa bahagia disini meski sendirian. "Kalau kau terus melahapnya, pulang dari sini kau bisa jadi Baboon loh." Kudengar seorang pria menegurku membuat santapan coklatku tanggung. "Gadis sepertimu makin manis makan sayuran. Makanan manis memang membuat bahagia tapi jika berlebihan tak baik loh. Kalo butuh yang manis, pandang aku aja nih!" Dia merebut piringku dan memandangku dengan senyuman yang kuakui mirip senyuman termanis milik Jungkook si idol BTS. 

"Apa urusanmu? Aku tidak mengganggumu sama sekali." Kupasang muka kesal karna dia sudah menghentikan aksiku. "Ih jutek amat tapi makin cantik sih!" Cihh...dia menggodaku sekarang ya. Pria ini siapa ya? Dia memang tinggi tapi dengan paras imut itu mirip gadis sekolahan. Aku berani taruhan kalo dia pake wig dan pake baju ketat pasti mirip Jennie Blackpink dan semua cowok mengejarnya. "Kenalkan nama saya Ray teman Mike. Jangan kuatir tuan putri aku akan melayanimu setulus hati. Sang Pangeran berpesan untuk menjagamu 24 jam disini." Hufft...Memangnya aku ini siapa sampai diperlakukan seperti itu. Aku celengekan melihat tingkahnya. "Jangan begitu tuan putri anda membuat saya sedikit tegang." Dia terlihat semakin imut dengan cara bicaranya seperti itu. "Manggil nama saja. Aku Talia dan  berhenti bersikap seperti itu. Apa kau mau berteman?" Aku ingin mengajaknya lebih santai. Kami langsung bercerita satu sama lain. Rasanya bersamanya sangat nyaman. Dia sangat ramah dan mampu memahamiku dengan baik. Dengan terbuka dia menceritakan semua tentang persahabatannya dengan si Bangsat. Tentang persahabatan masa kecil mereka, perilaku kejam, sekolah dan semua yang dia ketahui tentang si Bangsat itu. "Dia adalah pria yang tidak akan menyerah pada tujuannya. Tidak ada yang bisa melawannya jika dia sudah memilih. Aku heran kenapa dia memilihmu? Ada banyak gadis yang mengejarnya dan mereka sangat luar biasa dan memiliki status yang tinggi. Bukan maksud untuk meremehkanmu. Aku hanya ingin tahu cerita tentang kalian berdua meski Mike sering bercerita tentangmu. Ayo ceritakan bagaiman kalian bisa bertemu?" Langsung saja aku diam. Rasanya sangat malu untuk menceritakan hal memalukan itu. "Hei kau. Apa yang kau lakukan kepada gadisku? Jangan dekati dia? Kalau masih ingin isi perutmu utuh, lekas pergi." Wah, ini suara si Bangsat itu ya. "Hei...hei...harusnya kau berterimakasih padaku. Aku sudah menjaganya dari pria-pria yang tak habis-habisnya menatapi si tuan puteri. Hmm...dasar kau,"balas Ray. "Iya...iya...bercanda. Terimakasih ya." Wah, ternyata si Bangsat punya sisi ramah juga.

"Apa kau merindukanku? Baru satu jam kau kutinggal kau sudah merayu pria lain ya." dia menggoda lagi. "Apa maksudmu? Justru aku yang harus bertanya begitu. Kau mengacaukan segalanya padahal aku sudah nyaman dengan dia tadi." kujawab dengan kesal dia membuatku kehilangan akal lagi. "Ayo temui ayahku." Dia menarik tanganku. "Hei...ini terlalu cepat. Kita baru bertemu beberapa kali. Kau kira itu hal mudah?"kutolak ajakannya. "Memangnya kenapa? Aku ingin menikahimu. Lebih cepat lebih baik." Dia menatapku seius. Jantungku berdebar. Apa dia sadar dengan ucapannya? Dia gila. Kutarik napas dalam-dalam. "Bagi kami pernikahan bukanlah sesuatu yang murahan. Berpikirlah sekali lagi apa kau menyukaiku dengan cinta atau obsesi semata. Sekarang saja aku masih menganggapmu si Bangsat. Aku bahkan belum mengenalmu dan masih membencimu." Dia terdiam dan menatapku: "Mungkin aku harus memulai lagi. Membuatmu jatuh cinta."

>>>>Bersambung>>>>>

From ONS to Making Love (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang