***
Beberapa bulan berikutnya...
Acara pertunangan Laila dan Oxy kini tengah diadakan, Oxy menuntun sebuah cincin untuk masuk ke jari tangan Laila.
Malam ini Laila sangatlah cantik, Oxy berusaha menjadi saudara yang baik dengan menuruti pesan Lidya dalam melanjutkan hidupnya.
Cincinpun telah tersemat kepada tangan kekasihnya, Oxy tersenyum menatap senyuman yang tercipta di wajah Laila. Pesta diadakan dengan sederhana -hanya untuk Oxy- tanpa Aluna dan Lidya serta Zhiro. Aluna tidak kunjung kembali setelah kematian Lidya dan membuat Oxy harus merayakan kebahagiaan bersama Lulu dan Gio.
Hanya orang terdekat yang lelaki itu undang, ia tidak ingin merasakan sakit karena Lidya tidak berada dalam keramaian pestanya. Hanya berjumlah sedikit namun menenangkan.
Para tamu undangan berlalu lalalng berpamitan untuk pulang dan meninggalkan kemegahan rumah beserta pestanya. Malam semakin larut hingga cahaya bulan menjadi semakin berani untuk menyilaukan mata.
Menyisakan beberapa teman SMA Laila, Oxy menyapa mereka namun sial!
***
Lidya dan yang lainnya bergegas masuk ke dalam rumah Lathfierg. Telah beberapa bulan ia tidak menjejaki di rumah ini.
Ia menatap ke arah sekitarnya -di luar rumah- masih terdapat pemuda yang menghadiri pesta walaupun yang lainnya berangsur untuk pergi.
Zhiro langsung menerjang pintu dengan keras sampai mereka tersentak kaget. Namun yang terjadi sebaliknya. "Kita terlambat."
"Bagus! Roh Lidya ataukah Lidya yang berhasil lepas dari mautnya," kekeh lelaki yang tengah menyandera Gio. Sementara itu Laila mengunci pergerakan Oxy dan ada seorang wanita yang mengunci pergerakan Lulu.
Pasukan yang dibawa Gio tidak berani menyerang, nyawa pimpinannya lebih mereka pertimbangkan daripada emosinya. Sekali sayat, pisau itu dapat memisahkan kepala dari tubuh Gio.
"Bagaimana kau akan mati jika kami telah mati?" sarkas Zhiro sembari menatap tajam ke arah Rivano, lelaki itu merupakan dalang dari percobaan pembunuhan Lidya baik di gudang maupun di kantornya. Hanya saja, Lidya terlalu licik untuk orang yang licik.
"Tentu saja aku akan mati secara sendirinya," kekeh Rivan dengan lantang. Sebuah sergapan singkat dialami oleh Lidya, pasukan Rivan berhasil mengunci pergerakan lehernya dengan samurai yang membentuk persegi.
"Bagaimana sekarang kau akan membunuhku? Bisa aku ulangi, membunuhku atau membunuh istrimu?" sindir Rivan. Hal yang tidak mungkin untuk dilakukan seorang Zhiro ketika dia dihadapkan dengan salah satu pilihan 'kematian Lidya'
"Jatuhkan samuraimu!" perintah Rivan dengan cepat. Ngilu mendengar dentingan senjata pun terdengar di penjuru rumah.
Seperti terhipnotis Zhiro langsung menjatuhkan samurainya untuk kehidupan Lidya yang kini tengah dipertaruhkan. Mereka mengunci pergerakan Zhiro dengan perlakuan yang sama.
Kini tangan Lidya diborgol ke belakang. Rivan tidak ingin membuatnya berisiko dengan kematian mengenaskan di dalam jebakan yang ia buat sendiri.
"Oxy!.." teriakan Aluna terhenti ketika melihat kondisi orang yang sedari tadi bersamanya kini sepertinya menyerahkan diri.
"Tangkap Aluna!" teriak Rivan menggema.
Zhiro langsung menoleh ke pintu dan menemukan gadis pemberani dengan sedikit akal itu diam mematung. "Lari!''
Namun, Aluna kalah cepat. Ternyata benar firasat Lidya, lelaki yang berada di luar bukanlah tamu baik-baik dan mungkin tamu yang tidak diundang.
"Bodoh," decih Zhiro menatap kebodohan Aluna yang datang pada saat yang tidak tepat. Aluna hanya menatap Zhiro dengan tatapan datar.
Bagus, mereka tertangkap satu sama lain. Semuanya disergap menggunakan senjata tajam kecuali Lidya yang dengan tenangnya berdiri tanpa ada beban sedikitpun.
"Apa yang kalian inginkan?" desis Oxy sedikit berbisik ke arah Laila. Rasa cinta yang ada malah menggugur menjadi benci yang tidak berkesudahan. Oxy sama sekali tidak berniat menghilangkan rasa bencinya.
"Mudah saja, lelaki payah dan tidak tau diri ini bernama Rivan Wijaya sangat menginginkan harta kalian, sepupu dari Gino Efriwijaya. Mereka haus akan harta namun mereka terlalu payah dan membayar gadis tak tau diri yang berniat memenggal kepalamu itu. Mereka terlalu pemalas hingga membuat eksekusi kematianku yang telah aku rencanakan," kekeh Lidya tanpa diminta. Mata Rivan berkedut dengan amarah yang bergejolak untuk ia luapkan kepada wanita yang telah mengoceh itu. Ia menampar Lidya dengan keras sampai merobek sudut bibir Lidya.
"Hentikan perlakuanmu!" geram Zhiro melihat istrinya diperlakukan dengan kasar.
Lidya meludah ke sembarang tempat, ia bertingkah dengan sangat menantang. Tentang rencana Lidya, hanya dia yang tau dan Zhiro menunggu aba-abanya entah apapun itu.
"Kau marah?" tanya Rivan dengan sangat polos.
"Aku hanya mempertimbangkan kematianmu," gumam Zhiro dengan santai ketika melihat Lidya sempat tersenyum.
"Tenanglah Zhiro, lelaki ini baru dapat merasakan menyiksa seseorang walaupun dia terlihat lemah. Kau pikir kau licik?" tanya Lidya dengan tenang lalu tertawa kecil. "Kelicikan siapa yang lebih kuat? Aku atau kau? Dengan menahan kami dan memborgolku? Lalu kau dengan baik hatinya menyodorkan surat pemindahan kekuasaan dan kami seperti terhipnotisnya menandatangani itu demi nyawa kami namun akhirnya kami juga akan kehilangan nyawa? Sangat klasik! Seluruh kekuasaan Groye, Lathfierg, dan Guarda telah aku pindahkan ke tangan seseorang," ujar Lidya mematahkan semangat lelaki itu.
"Beraninya kau! Berikan semuanya atau kau akan bunuh!" bentak Rivan sembari mencekik leher Lidya dengan kuat.
"Membunuhku? Kau paham? Lihat kau sangatlah bodoh! Bagaimana dengan nasib gadis polos yang kau ubah menjadi gadis material seperti itu. Dan Gino pasti dia sangat kecewa membuat seorang lelaki payah menjadi penjalan rencananya," decih Lidya sembari menggelengkan kepalanya. Merasa miris.
"Apa yang kau maksud?!" bentak Rivan agar Lidya lebih cepat memberitahukannya.
"Menurutmu apa yang ku maksud? Jika kau menghabisi nyawaku maka kau akan menghilangkan kekayaan tiga keluarga ini dengan sia-sia!" kekeh Lidya tertawa geli. Seorang mafia yang tak berakal lebih, paduan yang menarik.
"Akan ku bawa kau bertemu dengan Gino! Semoga saja dia membunuhmu dengan mentah-mentah!"
"Baguslah, telah lama aku tidak bertemu dengan seorang pengkhianat itu," kekeh Lidya terdengar riang. Ia menatap satu persatu anggota keluarganya.
Mereka dikejutkan oleh pasukan Lidya yang menerobos pintu. "Lepaskan Lidya dan Zhiro!"
Rivan dengan cepat menodongkan senjata ke kepala Lidya. "Jika kalian ingin pimpinan kalian wafat dengan segara maka majulah satu langkah."
Lidya terkekeh. "Turunkan senjata kalian dan beri kami ruang untuk pergi. Biarkan lelaki tak tau diri ini merasakan puncak kejayaannya dan akhirnya aku akan mengembalikan waktu pada saat dia menjadi pemuda yang tidak berdaya."

KAMU SEDANG MEMBACA
Leave The World with Yourlove [Lathfierg Series] [End]
RomanceBook 3 of Lathfierg Series Tuntutan ekonomi yang menjadi penyebab masuknya Laila Nurfajah ke dalam kehidupan Oxyvier Lathfierg. Ditambah lagi dengan pekerjaan Oxy yang semakin memadat membuatnya harus mencari pengganti Lidya dengan segera. Mereka be...