Prolog

32 4 8
                                    

Hari-hari yang sulit kulalui sendiri, menahan rasa sesak yang datang tiba-tiba.

Melihatmu baik-baik saja membuatku merasa tidak adil.

Kenapa harus aku?

Sulit untuk berdamai pada hati yang sudah kau patahkan.

Terlalu menyakitkan hingga dibutakan oleh rasa benci yang kian menggunung.

Mungkin itulah alasan membencimu,

Suatu kejujuran yang harus kau tau, jauh di lubuk hati ini masih tersimpan namamu.

-Anindira Clarissa


Saat Kean sudah memegang knop pintu langkahnya terhenti dan berbalik arah, melihat kearah wakilnya sekaligus sahabatnya,

"Akmal, tolong anterin Dira ya ketemu Pak Yusuf" Akmal yang sedang bermain ponsel pun mendongak kearah Kean lalu mengangguk sekali.

Dira hendak berbicara, tapi Kean terlebih dahulu membuka pintu dan berlari. Dira pun menghela nafas kasar dan memasukan laptopnya ke tas.

"ayo" Dira menutup matanya sebentar. Suara itu, ia membencinya.

Dira berdiri sambil menggendong tasnya, "ga usah, gue bisa sendiri."

Dira berjalan melewati Akmal dan menutup pintu dengan keras, lalu berlari ke arah toilet. Ia menutup pintu dan menguncinya, punggungnya tersandar di pintu.

"sakit Mal, sakit." Lirih Dira lalu terisak.

Rasa sakit itu tak pernah mereda, bahkan semakin sakit hanya karna melihat atau mendengarnya saja.

Kenapa cinta pertamanya harus berakhir seperti ini? orang yang dulu ia sebut pacar kini berganti menjadi mantan, orang yang dulu ia sayang kini ia benci.

Best (Ex) BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang