O5. ⌇ Sosok Pahlawan.

367 55 16
                                    

LINE!

Olivia : bangun hei dajjal!!!

Jeno terdecak geli, sembari memeriksa sisa notifikasi setelah selesai sholat subuh, cowok itu bergegas turun ke lantai bawah. Siyeon memang selalu punya kebiasaan menjadi alarm sholat subuh Jeno, walaupun Jeno tidak pernah telat bangun sholat dan yang harusnya punya alarm pribadi itu Guanlin, tapi Siyeon tetap melalukannya.

Jeno beranjak setelah memakai seragamnya, turun kelantain bawah —tepatnya dapur, mengeluarkan beberapa lembar roti, selai, telur dan kornet, mulai memasak sarapan ala kadarnya untuk dua porsi, miliknya dan adiknya. Jiheon Maisha Kanubis.

Rumahnya mungkin besar, mudah bagi Jeno untuk membangunkan pembantu rumah tangga agar selalu memasakkan sarapannya. Tapi Jeno enggan, ia dan adiknya hanya tinggal berdua —walaupun bukan secara harfiah. Kedua orangtuanya terlalu sibuk dengan karir yang telah mereka cita-citakan sejak dulu dan baik Jeno ataupun Jiheon tidak ingin merusak itu.

Bagi mereka berdua, keberadaan mereka sudah menjadi polisi tidur bagi kedua orangtuanya, although mereka tentu bukan pihak yang meminta untuk dilahirkan, tapi kedua kakak beradik itu cukup tau diri.

Di luar sana lebih banyak yang bernasib lebih buruk dari mereka, jadi Jeno berusaha untuk mengisi ruang-ruang kosong yang ada mengingat keluarga mereka terlalu hampa.

"Abang masak apatuh!!" Jiheon turun dengan sedikit ribut sambil mengingat rambutnya tinggi-tinggi.

"Pelan-pelan, dek." peringat Jeno walaupun tidak mungkin masuk telinga bebal Jiheon, "Abang masak endog ala sep arnold."

"Idih, bergaya banget."

"Aturan kamu cuma makan ya ora boleh protes-protes!"

Jiheon terkikik geli waktu mendengar aksen jawa Jeno muncul, mereka memang lahir dari orangtua Semarang - Surabaya, tapi tinggal amat sangat lama di Jakarta.

"Abang."

Jeno melirik kedepan Jiheon, gadis dengan fitur wajah tajam yang benar-benar copy-paste dengan Jeno itu pagi ini tampak muram, Jeno tidak tau pasti alasannya —atau sebenarnya sudah tau tapi tidak mau suudzon.

Tapi sedetik kemudian senyum secerah matahari itu terbit bersama dengan gelakan lucu yang menggelitik telinga Jeno, "Aku sudah punya mas crush loh!"

"Hah?!"

🌹

"Kenapa dah muka lo? kayak baju pasar mampang." tanya Siyeon begitu dirinya dan Hyunjin sampai dikelas, bagaimana nggak heran, Jeno tuh kalau lagi badmood keliatan banget, mukanya kusut kayak abis di sikat preman pasar minggu.

Ryujin dan Yeji baru datang jadi ikut merapat ke dekat Jeno, walaupun mereka selalu kesal setengah mampus sama Guanlin dan Hyujin, kalau Jeno beda cerita. Karena ketiga cewek itu sudah mendeklarasikan bahwa Jeno adalah Cokiber mereka. Must protect pokoknya!!

"Ih Abrizan cerita dong! lo kalo rahasia-rahasia'an sama gue, gue gampar ya?!" gertak sambel Ryujin, bukannya berhasil ngegampar Jeno dia malah dapat geplakan dari Yeji, banyak tingkah sih.

Guanlin yang maunya nggak ikut-ikutan kepo akhirnya ikutan mendekat, tapi dia sohiban sama Hyunjin yang daritadi diem aja tapi nguping.

"Kenapa dah itu orang? dari pagi njir kek begitu." bisik Guanlin ke Hyujin, mereka udah kayak cowok-cowok ceriwis dibelakang Siyeon, Ryujin dan Yeji.

"Au, Bongshik dihamilin jantan lain kali." sahut Hyunjin ngawur.

"Wah Bongshik nih emang, betina kurang adab." guman Guanlin dengan gampangnya percaya. Nggak salah sih soalnya kucing kesayangan Jeno alias Yang Mulia Bongshik Hamdan —katanya kalau dirumah dipanggil Baginda Bongshik— ini memang kucing kesayangan Jeno.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 27, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[i] Adicita RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang