'destiny'

3K 289 91
                                    

˙·٠•●🅁🄾🅂🄴🅁🄴🄽 🄿🅁🄴🅂🄴🄽🅃🅂●•٠·˙ ˙

.

.

.

.

...



Enjoy!



ⓙ~ⓡ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ⓙ~ⓡ

Di sebuah ruang tamu, terlihat seorang pemuda manis dan berperawakan mungil sedang duduk menonton televisi yang menayangkan drama.


Matanya terus fokus pada layar tv itu. Tak ingin melewatkan sedetikpun adegan dalam drama tersebut.




Renjun, si mungil itu masih belum mau beranjak dari posisi nya. Terus menonton drama kesukaannya dan bahkan terbawa suasana hingga berteriak dan ikut menangis.


Kemudian mata dengan bulu tipis namun panjang nan lentik itu melirik jam di dinding. Lalu merengut setelahnya.


Tangan kurusnya meraih remote TV lalu mematikannya. Tak peduli lagi dengan drama yang masih berlangsung. Lalu melangkahkan kaki mungilnya ke dalam kamar.


Belum sempat tangannya mencapai gagang pintu, telinganya mendengar suara langkah kaki dari arah bawah.


Sudah pulang rupanya. Begitu pikir Renjun.

"Aku pulang" seru sebuah suara berat dari bawah.

Renjun memutar badannya dan kembali berjalan berlawanan dengan pintu kamarnya. Lalu berhenti di ujung tangga. Melihat bagaimana orang yang ia tunggu juga sedang menatapnya dari bawah dengan tersenyum begitu tampan.


Jaemin. Masih berdiri di ujung tangga bawah, mendongak menatap sang kekasih dengan senyuman tampannya.


Penampilannya sudah tak begitu rapi seperti pagi tadi saat ia berangkat ke kantor. Jas yang tersampir di pundak kanannya, lengan kemeja yang di gulung sampai sebatas siku lalu dasi yang sudah mengendur, dan jangan lupakan rambut yang agak berantakan itu. Tetap saja terlihat tampan dan keren.


"Kenapa kesini?" Renjun akhirnya membuka suaranya. Meskipun terdengar begitu dingin dan sinis.

Jaemin masih menampilkan senyuman, "Memangnya tidak boleh? Ini kan apartemen ku" membalas dengan nada yang sengaja ia buat sombong.

Renjun mendengus kesal mendengar Jaemin berkata seperti itu. Namun juga tak berniat untuk beranjak dari sana.


Jaemin menaiki tangga dengan masih menatap sang kekasih; yang ia yakini sedang merajuk dan marah padanya.


Kaki jenjang berbalut celana kain mahal itu berhenti tepat di hadapan si manis. Jaemin berdiri di posisi lebih pendek dari Renjun, jadi wajah mereka menjadi sejajar.

Tangannya terulur untuk mengelus pelan pipi yang sedikit tembam dan memerah alami itu.

"Kau marah, hm?" Jaemin bertanya dengan nada lembut.

"Menurut mu?" namun si manis membalas dengan nada yang masih sama, sinis.

Jaemin menghela nafasnya pelan, kemudian mengecup pipi kiri si manis. Dan menggenggam tangannya.

"Maaf.. Aku memang salah, tak memberi mu kabar selama dua hari ini dan menghilang begitu saja.."


Renjun masih diam, tak ingin menanggapi namun Jaemin yakin jika Renjun menunggunya untuk melanjutkan penjelasannya.


"..aku pulang ke rumah, Ayah dan Ibuku yang meminta. Tentang perjodohan itu lagi. Yangyang sangat dekat dengan Ibu, sayang. Jadi aku mohon, bersabarlah sebentar lagi, okay? Aku janji akan segera memutuskan pertunangan konyol ku dengan Yangyang dan melamarmu.. Tolong Renjun, aku tak bisa jika harus melepas mu"

Jaemin menatap Renjun yang masih belum juga bergeming, masih diam namun matanya berair, pertanda akan menangis.

"Hiks.." nah, satu isakan lolos dari bibir plum si manis.

Jaemin buru-buru merengkuh tubuh mungil itu. Mendekapnya erat dan mengelus rambut halus kesayangannya.

Jaemin terus merapalkan kata maaf untuk si mungil. Sungguh, ia benar-benar tak bisa untuk melepas sosok mungil di pelukannya ini, namun ia juga belum bisa membatalkan perjodohan yang orangtuanya inginkan.

"Hiks.. Jangan.. Hiks- ugh jangan pergi Jaem.. Aku menyayangimu dan aku akan menunggumu hiks.." Renjun berkata lirih sambil terisak.

Jaemin yang mendengar itu langsung melonggarkan pelukannya dan menangkup wajah manis kesayangannya.


"Terimakasih, sayang.. Terimakasih" lalu di kecupnya bibir plum itu, ia rindu sekali dengan Renjun.

Dua hari ia tak bisa bertemu dengan kekasihnya yang manis ini, bahkan melihat pun tidak. Berkirim pesan juga tak bisa. Ia benar-benar tidak bisa jauh dari Renjun.

Hubungan mereka yang tidak pernah di ketahui oleh siapapun. Dan terjalin secara diam-diam, Jaemin yang sudah menyukai Renjun dari lama, dan Renjun yang juga terpikat oleh pesona Jaemin. Hingga mereka memilih menjalin hubungan di belakang semua orang.

Renjun benci ini. Ia benci ketika ia harus menjadi egois, memilih mempertahankan egonya dengan menjalin hubungan dengan bosnya sekaligus tunangan dari sahabatnya sendiri; Yangyang.

Namun ia bisa apa? Semua sudah terjadi, ia mencintai lelaki yang sedang memeluknya erat ini. Begitupun sebaliknya. Jaemin juga mencintai Renjun, sangat. Lebih dari Jaemin mencintai dirinya sendiri.





÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷





Jaemin menatap lembut manik coklat yang berhiaskan bulu mata tipis namun panjang nan lentik itu. Lalu jemarinya terulur untuk membelai pipi merah yang basah karena air mata itu.


"Jangan menangis lagi, aku sakit melihatnya"

Renjun mengangguk pelan dan tersenyum kecil setelahnya.

Jemari panjang Jaemin masih setia membelai pipi tembam si manis, lalu wajahnya ia dekatkan dan dapat Jaemin rasakan bibirnya yang tersapu oleh deru nafas lembut dari Renjun.

Bibir keduanya menyatu. Sang dominan yang melumat lembut bibir sang submissive, saling menyalurkan perasaan rindu yang membuncah.







End.



Ini harusnya markren.. But, aku ubah..





Tertanda,
Ren.




Don't forget for
👇

With You〈Jaemren〉✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang