Suara derap kaki menggema di pelosok koridor sekolah. Sunyi membungkus pagi itu. Terlihat seorang siswi berdarah campuran yang bermata bulat, hidung mancung dan bibir sexy yang menghiasi wajahnya, serta rambut coklat panjangnya yang di biarkan bebas terurai tengah berjalan dengan begitu santai. Sesekali ia menguap, ngantuk. Begitulah yang dirasakan siswi itu.
Langkahnya terhenti di sebuah kelas. Ia melempar tas dan menghempaskan bokongnya. Tangannya menelungkup diatas meja. Ia akan melanjutkan aktivitas tidurnya yang sempat terputus tadi pagi. Tak lupa ia memasangkan airphone di telinganya. Suara lantunan musik dan sepoian angin pagi menghantarnya menuju alam mimpi dengan begitu cepat.
Menit demi menit telah berlalu. para siswa dan siswi berdatangan, memenuhi kelas yang tadinya sepi.
"Dasar kebo, nggak di rumah, ga di sekolah kerjanya cuma tidur. Woy Tal, bangun nggak lo!" seru Quena menepuk pelan pundak siswi yang bernama Kristal Avelyna Andreas itu.
"Apa sih, Na? ganggu orang tidur aja." kata Kristal.
"lo udah ngerjain pr yang di kasih sama Bu Eka?" Tanya Quena.
"Udah."
"Beneran? Dapat hidayah dari mana, lo?" kata Quena heboh sendiri. Pasalnya hal itu adalah kejadian yang amat langkah. Siapa sih yang nggak kenal sifat Kristal? Orang paling cuek yang pernah Quena temui di belahan bumi ini. Tapi jangan salah, Kristal akan menjadi sosok yang sangat perhatian jika menyangkut tentang orang terdekatnya.
"Tal, di cariin Kak Nathan tuh." seru Nadine membuat Kristal tiba-tiba memperbaiki posisi duduknya.
"Acieee di cariin ama si doi," goda Quena.
"Sirik aja, lo!" kata Kristal memperbaiki poninya sambil berjalan menuju pintu kelas.
Entah diajak kemana, Kristal pergi bersama Nathan. Senyuman terukir jelas pada keduanya.
"Na, si Kristal lagi kemana, tuh?" Tanya Dava yang sedari tadi memperhatikan Kristal.
"Mana gua tau" kata Quena yang sedang membaca novel, cuek. Namun sesaat kemudian ia menghentikan aktivitas membacanya, Quena membalikkan posisi duduknya ke arah Dava.
"Kapan lo bisa jujur?" Tanya Quena tiba tiba.
Dava menaikkan sebelah alisnya tanda tak paham.
"Maksud lo? Jujur tentang apa?""Jujur sama perasaan lo sendiri" kata Quena yang membuat Dafa kembali bingung.
"Dav, gue nggak buta, lo suka kan ama si Kristal?" tanya Quena penuh penekanan.
"Nggak tuh." jawab Dava.
"Gue cuma mau nasehatin lo, kalo lo nggak mau jujur sama perasaan lo, penyesalan selalu datang belakangan, Dav" kata Quena sambil berlalu meninggalkan Dava yang duduk termenung menyerap kembali kata-kata kata tadi.
***
Nilam sesekali melirik kearah Genta yang sedang fokus mengerjakan tugas kelompok, ada tatapan kagum yang terpancar dari sudut matanya.
Si Genta kalo lagi fokus, kok gantengnya nambah?
"Nil, nanti kalo semua informasinya udah gue cari, lo bisakan atur strukturnya?" Tanya Genta yang masih fokus pada layar laptop sedangkan lawan bicaranya sedang sibuk dengan pikirinnya yang melayang layang. Entah kemana.
Klo tiap kelompok gua sama lo mah nggak papa dah tugas gua numpuk, ikhlas guaa pake banget malahan.
"Nil? Lo bisa, gak?" Tanya Genta lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Happy Or Sad Ending
Teen FictionPLAGIAT? DILARANG MENDEKAT! "Oke, gue kecewa." "Na tapi--" "Stop! Gak ada yang perlu dijelasin, semua udah jelas. Kalian bukan teman yang baik buat gue." kata Quena sembari terus menahan sesak yang mengepul di dalam dadanya. Di tersenyum nan...