Hujan mengguyur Jakarta di senin pagi yang ramai. Sema orang sibuk untuk memulai hari mereka. Dan aku duduk di balcony menseruput teh hangat buatan mama sambil menikmati hiruk - piruknya kota Jakarta. "Johny, kamu sudah siap ke sekolah ? " suara mama yang lembut terdengar oleh ku. " sudah ma, aku tidak sabar ma" lalu mama berlutut di depan ku dan tersenyum " mama tau nak, tapi mama khawatir anak – anak yang lain membully kamu karena kamu berbeda" aku tersenyum dan berkata " tidak apa – apa mama aku akan baik – baik saja, sekolah akan menyenangkan dan aku sudah menunggu – nunggu hari ini" mama tersenyum lebih lebar dan mata nya dengan bangga. Mama mengecup pipi ku lalu mendorong kursi rodaku mengantarkan ku ke sekolah.
Namaku Johny Anderson, aku lahir di Jakarta pada tanggal 14 Februari tahun 2004. Ya, aku lahir tepat di hari valentine, hari kasih sayang. Aku cacat sejak lahir. Kata kedua orang tua ku aku mengalami kecelakaan saat aku masih bayi jadi kedua kaki ku cacar. Tapi aku tidak pernah mendapat jawaban pasti mengenai kecelakaan itu. Oleh karena itu, aku selalu sekolah homeschooling dan aku merasa sendirian.
"Selamat Pagi anak – anak, hari ini kita kedatangan murid baru, silahkan maju ke depan dan perkenalkan dirimu". Seorang wanita sekitar berumur 30 tahun memanggilku untuk ke depan kelas. Aku mendorong kursi roda k uke depan kelas. Setelah di depan kelas rasa gugup menyelimutiku dan aku menunduk malu berkata "Hai semuanya aku Johny Anderson, dan ini pertama kali aku masuk sekolah" tepat selesai aku berbicara aku melihat ke kelas dan mereka semua menatap ku dengan tatapan bingung, mengejek, dan iba. Kecuali satu anak yang duduk di bagian depan kelas "Hai Johnny, selamat datang di sekolah aku Adam Black, ketua kelas". Dan dengan secepat itu aku merasa lebih baik, akhirnya seorang teman bernama Adam, murid teladan dan ketua kelasku.
Sekolah terasa begitu cepat berlalu, dan hari pembagian rapot akhir semester pertama pun tiba. Ternyata aku mendapatkan ranking 1 di kelas ku, aku mengalahkan Adam dari rapot sebelumnya. Kedua orang tua bangga pada ku dan guru- guru pun juga.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------
"LEO!" aku teriak kencang sambil berjalan di Lorong sekolah. Leo dan teman – temanya berputar dan menatap aku "apaan ?" jawab leo jutek dan sok jagoan. "Gua butuh bantuan lu!" jawab aku dengan tegas. "hmph, siapa lu sampe bisa minta tolong ke gua" Leo membusungkan dadanya berlaga jagoan. "Gua adalah orang yang bisa bikin hidup lu dan keluarga lu berakhir hanya dengan pernyataan tentang bokap lu ke bokap gua" aku tersenyum sinis penuh kemenangan. Leo pun mendengus kesal sambal memutar bola matanya "apa yang bisa gua bantu buat lu ?" "Gua butuh lu dan teman – teman lu untuk ngebuat si cacat di kelas kita menderita karena dia sudah bikin reputasi gua rusak" aku berkata kepada Leo dengan penuh amarah dan rasa benci. "okay, tapi lu harus pegang janji lu untuk jaga rahasia gua, kalau lu gagal gua bisa berbalik ke lu". "Gua janji" Begitulah aku membuat perjanjian dengan Leo, Adrian, Brandon, dan Charlie sekumpulan anak – anak berandalan kelas 10 di sekolah ini.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Bagian yang paling menyenangkan di sekolah setiap harinya adalah jam istirahat. Para siswa biasanya ketawa Bersama teman – teman mereka, berbagi cerita, mengerjakan pr yang sudah harus dikumpulkan atau mereka ke kantin untuk membeli jajanan seperti aku. "Pak, bakso nya yang biasa satu ya" aku memesan sambal meyodorkan uang kepada tukang bakso langganan ku. Aku mengayuh kursi roda ke sebuah meja kosong di ujung kantin, seperti biasanya. Semangkuk bakso hangat yang aku pesan pun tiba di dan aku menyantapnya dengan lahap. 'Kring....Kring....' bel tanda istirahat telah selesai dan siswa siswi pun mulai berhamburan kembali ke kelas. Aku menunggu hingga kantin kosong agar aku dapat jalan dengan lebih leluasa. Namun, hari ini hal tersebut tidak terjadi. Empat orang teman sekelas ku menghampiri ku. " Eh Johnny, apa kabar nih ?" kata seorang yang bernama Leo. Dia adalah anak nakal dari kelasku. Aku hanya terdiam dan menunduk. "Eh lu bisa ngomong nga sih ? atau bisu juga ? " ledek Brandon sambal mendorong kepalaku. "Tuli juga nih kayaknya, ah dasar cacat "sahut Charlie. Leo mendengus "Ah bikin kesel lu" tiba aku merasakan rasa perih di pipiku, Leo menonjoku. Rasanya sakit hingga menjalar ke kepala ku. Perlahan aku meraba pipiku yang nyeri. Belum reda rasanya, aku kembali merasakan rasa perih di mata ku disusul dengan perutku. Dan yang terakhir membuat ku jatuh dari kursi rodaku.
YOU ARE READING
Save Me
Teen FictionCerita seorang anak laki - laki yang malang. Namun, kisahnya memngajarkan suatu pelajaran hidup yang berharga buat kita.