Sedikit ilmu, semoga bermanfaat!
Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain jika kamu bertaqwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara dengan mendayu-dayu sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya.” (Al Ahzab: 32)
Saudariku, ayat ini turun untuk memperingatkan kita agar lebih berhati-hati dalam mengeluarkan suara kita. Allah juga melarang wanita untuk tidak berkata dengan lemah lembut dengan laki-laki yang bukan mahromnya, Peringatan itu pun semula Allah turunkan untuk Laki-laki di zaman Nabi yang kita tahu bahwa keimanan mereka lebih kuat dan akhlaknya lebih bagus daripada laki-laki di zaman sekarang.
Plakkk
Sebuah tamparan keras mendarat di pipinya, Azam terkesiap mendapat tamparan yang pertama kalinya dari sang ayah.
Wajah Yai Abdullah sudah memerah menahan amarah "Berani kamu sekarang, siapa yang mengajarimu membantah ucapan orang tua, siapa?" Bentak Yai Abdullah
Azam terdiam, jantungnya berdetak tak karuan. Ia baru pertama kalinya melihat Yai Abdullah semarah ini.
"Jawab!!"
"Jawab Azam!! Darimana kamu belajar membentak orang tua? Apa selama ini saya kurang membimbing mu. Dimana letak otakmu wahai anak Adam? Apa masih kurang Abi membimbingmu selama ini" Yai Abdullah menunduk.
Pikiran seorang kyai besar itu kini telah ambyar, hatinya hancur. Bagaimana tidak, tingkah anaknya yang bergelar Gus dan seorang Hafidz, lulusan dari Yaman yang biasanya bersikap sopan santun kepada orang tuanya, namun kini ia telah berubah.Belum lagi kepulangan anak sulungnya.
"Abi" Diam-diam Azam mencuri pandang kepada sang ayah
Yai Abdullah tetap menunduk, kelopak matanya yang mulai berkeriput mulai basah, karena ia meneteskan air mata "Abi telah salah membimbing mu, Gus. Sehingga kamu mampu melawan kepada ora—"
Sebuah pelukan yang amat erat membekukan Kyai Abdullah, sampai-sampai ia berhenti berkata. Azam? Ya Azam yang memeluknya dengan erat.
"Maafkan azam Bi, maafkan azam. Azam memang salah telah mengambil keputusan yang salah. Dan telah membentak Abi, maafkan Azam. Azam khilaf bi. Dan soal Abi gagal membimbing azam itu tidak benar, Abi sangat benar dan rutin memberikan bimbingan buat Azam" lalu Azam melepaskan pelukannya.
Azam meraih kedua tangan Yai Abdullah, diusapnya tangan kokoh yang mulai berkeriput itu oleh jari-jarinya lalu ia menciumnya secara bersamaan.
"Azam, sayang sama Abi. Abi jangan bilang bahwa Abi telah gagal membimbing azam" lirihnya
Yai Abdullah, mengusap rambut Azam menggunakan tangan kanan. Seulas senyum terbit di bibir Azam.
"Jangan ulangi kesalahanmu nak."
Azam langsung mengangguk, lalu keduanya saling berpelukan. Sedangkan di ambang pintu nyai Fatma tengah mendengarkan pembicaraan suami dan anaknya, bahkan sejak suaminya marah ia sudah berada disana.
Ceklekk
Pintu terbuka, sehingga Azam dan Yai Abdullah melepaskan pelukannya.
Nyai Fatma tersenyum "Lanjutkan saja pelukannya, umi gak akan menggangu kalian"
Azam tersenyum, lalu ia mendekat kearah uminya dan menuntunnya mendekati Yai Abdullah. Azam berada ditengah-tengah mereka. Tangan kirinya di simpan di pundak sang ayah, sedangkan tangan kanannya di simpan di pundak sang umi.
"Azam sayang sama kalian" lirihnya
Nyai Fatma memegang kedua pipi anaknya "Sekarang yang tersisa cuma kamu, hanya kamu Gus. Berjanjilah, bahwa kamu tidak akan menyakiti kami lagi"
KAMU SEDANG MEMBACA
Imamku Pilihan Abi [TERBIT]✓
RomanceAbi hanyalah sebagai perantara dalam kisah cintaku. Karna yang menyatukan aku dengannya bukan Abi melainkan Allah. #Imamku_Pilihan_Abi #Pondok_Pesantren #Rumah #Gus_Azam #Ning_Zahra