17. Siapa?✓

30 2 0
                                    

Setelah pertemuan terakhir Shella dengan Stif yang membantunya membawa buku, pria itu akhir-akhir ini tidak menampakkan diri, sesuai janjinya yang tidak akan muncul lagi di hadapan Shella, namun kenapa Shella merasa tidak rela ketika pria itu tak menampakkan batang hidungnya.

"Hay!" Sapaan itu berhasil membuyarkan lamunannya, ia tersenyum ke arah Reyhan yang habis dari ruang guru, tentu saja urusan tentang olimpiade.

"Hay!"

"Kamu lapar? Ayo ke kantin?" Shella mengangguk mantap, ia melirik Reyhan entah kenapa jadi aneh seperti ini.

"Kemarin kenapa gak angkat telpon aku?" Reyhan menoleh dan tersenyum ketika wajah cemberut Shella begitu imut menurutnya.

Meski ia sedikit kesal mengingat kemarin malam, tapi ia harus terlihat baik-baik saja di depan Shella, entah sampai kapan kebohongan yang ia ciptakan, dan ia membenarkan ucapan Stif bahwa dia adalah seorang pengecut, tak berani mengakui kebohongan.

"Ketiduran," Shella mengerutkan keningnya," tidur? Bukannya masih petang yah, aku telpon perang loh," Reyhan hanya bisa terkekeh, itu adalah kesulitan ketika kita berbohong, membuat alasan terbaik agar di percayai.

"Kecapean," Shella menghembuskan nafas lalu tersenyum kembali.

"Nanti aku ada jadwal belajar sama Geisha, gak apa-apa kan pulang sendiri," Shella mengangguk meski masih tidak rela, tapi dia tidak boleh egois.

Tak berselang waktu yang lama mereka tiba di kantin, mata Shella terkunci ketika melihat keberadaan Stif yang bercanda-ria bersama teman-temannya, Shella merasa aneh dalam dirinya, entahlah dia merasa bingung sendiri.

"Kamu mau pesan apa," lagi-lagi ia melamun, jika Reyhan tahu yang di pikirkan adakah Stif bisa-bisanya Reyhan marah padanya.

" Nasi goreng," Reyhan mengangkat dan berjalan ke arah kedai nasi goreng, sesekali Shella mencuri pandang ke arah Stif sampai pria itu tak sengaja menoleh dan melihat Shella yang gelagapan ketika gadis itu memandangnya.

Tak lama Reyhan kembali ke bangkunya dengan dua piring nasi goreng, Shella tersenyum menatap Reyhan meski merasa sangat aneh.

"Kamu nanti ada perlu? Atau jalan-jalan sama teman gitu?" Entah kenapa Reyhan menanyakan hal itu, jika memang Shella mau jalan-jalan bareng teman tidak mungkin, ia sama sekali tidak punya teman selain Tommy, pria itu juga sibuk dengan pacarnya kenapa Shella harus ganggu.

"Kenapa?" Reyhan hanya tersenyum, senyumnya terasa sangat aneh..

"Aku cuma mau nanya aja, siapa tahu kamu pergi jalan-jalan, yah sekarang kan rawan banget sama begal, aku takut kamu kenapa-kenapa," Shella mengeleng tidak percaya, ternyata Reyhan khawatir padanya.

"Gak ada, lagian aku malas jalan, dan perlu kamu tahu, teman aku itu cuma Tommy, gak ada yang mau temanan sama aku tahu," akibat Shella yang berselingkuh waktu itu membuat semua mata memandangnya buruk.

"Disini aku yang salah, kamu gak Salah," Shella mengerucuh, jelas-jelas dirinya yang salah karena menyakiti perasaan Reyhan.

"Gimana perasaan kamu kalau aku jalan sama Geisha, cemburu gak?" Mendadak Reyhan memberikan pertanyaan yang belum jelas apa jawabnya, tentu.  Biasanya itu adalah hal mudah untuk di jawab apalagi Shella pernah cemburu akan kehadiran sosok Geisha, kenapa rasa itu sudah menghilang, mungkin karena ia sudah percaya hubungannya dengan Reyhan mungkin makanya ia tidak khawatir.

"Gak kok, aku percaya sama kamu," Mendadak ekspresi Reyhan berubah, dia mendadak tersenyum paksa.

"Kalau sama perempuan lain gimana?" Shella terdiam, kenapa rasanya sama saja.

Namun Shella mendadak bingung untuk menjawab apa, apakah ia harus jujur atau berbohong.

"Aku kan udah bilang aku percaya sama kamu, Aku gak cemburu kok kamu jalan sama perempuan lain, asal tidak ada hubungan lain," Shella terkekeh, Reyhan hanya mengangguk dengan senyum paksa di wajahnya, ia merasa bersalah, Shella sudah sangat mempercayainya.

"Makasih,"

***

Reyhan berdecak ketika mendengar debat antara mama dan anak, siapa lagi jika buka Shella, perempuan yang hendak ia temani ke mall untuk berbelanja, Shella menolak keras jika yang menemaninya Reyhan.

"Shella, kamu mau jadi anak durhaka gak mau nurutin permintaan mama," Shella berdecak kesal, ia melirik Reyhan yang masih duduk diam di ruang tamunya.

"Mama mau jadi PHO karena udah ngerusak hubungan orang lain, gimana kalau pacar Reyhan gak sengaja gitu ketemu di jalan atau di mana gitu, bukan mama yang kena imbasnya tapi aku, karena aku yang jalan sama Reyhan," ujarnya berusaha menjelaskan secara tegas kepada mamanya.

"Si ayam lagi bobo, bobonya sambil nyemil tomat, bodo amat," Shella mematung mendengar pantun mamanya, kenapa mamanya sangat menyebalkan.

"Ayo, udah mau sore nih," tarikan itu membuat Shella urung protes pada mamanya, ia hanya bisa memberikan tinju jauh untuk mamanya, sementara wanita itu memeletkan lidahnya sembari tertawa menang.

"Ishh, Kenapa Lo ada di sini sih, seharunya Lo gak usah datang, ngerepotin aja," Shella menipis tangan Reyhan dan berdecak kesal.

"Jemput Lo lah, masa jemput nyokap Lo," Shella menarik nafas dalam-dalam, kemudian ia menarik tangkai rambutnya sampai Reyhan itu meringis kesakitan.

"Rasain sakit kan," Reyhan mengusap kepalanya yang sakit karena tarikan Shella buat, benar-benar perempuan kurang ajar.

"Apa? Lo mau Jambak rambut gue juga, ayo sini, gue teriak mampus Lo," Reyhan mendesah lalu berjalan meninggalkan Shella yang masih menggeram.

"Nyebelin banget sih,"

Shella berjalan menghampiri mobil Reyhan yang terparkir di depan rumahnya, Dadanya masih memburu karena berdebat dengan dua mahluk yang menyebalkan, mamanya dan kemunculan Reyhan.

"Udah Lo tenang aja, pacar gue gak bakal ke mana mana, dan dia gak bakal ketemu sama Lo, kalau dia ketemu sama Lo palingan juga dia kabur, Lo kan nyeremin," Shella mengepal tangannya menahan emosi, ia membuang muka ke arah jendela.

***

Shella melihat-lihat koleksi baru Butik dress yang ia kunjungi sekarang, semua sama sekali tidak menarik untuknya.

"Rey, bantuin gue milih deh," Reyhan yang sibuk dengan ponselnya menoleh ke arah Shella yang menekuk wajahnya.

"Ck, nyusain banget sih Lo," meski tidak suka ia tetap berjalan ke arah perempuan itu.

"Apa?" Shella menunjukkan baju-baju yang ada di depannya," Pilihin, gue gak bisa milih," Reyhan berdecak, ia menggeser perempuan itu dan mengacak dress di depan sana.

"Lo Rey kan?" Suara itu membuat keduanya menoleh ke sumber suara, ia menatap kaget orang yang ada di depannya. Bibirnya membisu, kakinya menegang, tubuhnya mematung.

Kedua matanya menatap Reyhan tajam, ia mendengus lalu tersenyum miring. Kemudian ia melihat perempuan yang ada di belakang Reyhan, yah Shella. Tentu, perempuan itu bingung karena tidak tahu siapa yang ada di depannya dan suasana mendadak Canggung antara Reyhan dan orang itu.

"Siapa?" Suara Shella membuat orang itu tersenyum miring, agaknya membuat Reyhan semakin mengeram.

"Baru?"

****

Siapa?

Hmmmm

TBC

Dear Mantan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang