18. I love you like I'm gonna lose you

1.8K 122 17
                                    

Desahan lembut terlepas dari bibir Sisilia setiap kali Ambrosio bergerak menghujam di belakangnya. Bulan keemasan di langit gelap terlihat kabur seolah tertutup kabut. Mereka  menghadap ke bulan, merangkak di teras taman kamar mereka di malam yang dingin semilir itu seperti sepasang mamalia malam, melenguh menikmati senyap kegelapan. Semua tanaman dan serangga malam di taman itu menjadi saksi penyatuan tubuh mereka. Jemari Sisilia bertahan di pinggiran teras dan dia bisa melihat bulir-bulir keringat menetes dari dagunya karena tubuhnya berguncang kuat. Cengkeraman tangan kasar pria itu di pinggulnya menahan tubuhnya agar tidak terjungkal. 

"Sisilia, itoshī anata," Sisilia, sayangku, bisikan Ambrosio meniup tepi daun telinganya, membuat Sisilia tertawa lemah. "Ugh!" erang Ambrosio ketika tubuhnya memberikan sentakan keras dalam tubuh istrinya. Ia melepaskan semburan kuat dan hangat yang memadamkan api birahi dalam tubuh mereka. Sisilia nyaris setengah sadar merasakan luapan kenikmatan yang diberikan Ambrosio padanya.

"Huuufh ...." Ambrosio mengembuskan napas lega dan menjatuhkan tubuhnya sembari mendekap Sisilia ke selimut tipis yang teronggok bersama setelan kimono dan yukata mereka, menjadi alas berbaring di lantai teras itu. Batang lelakinya masih bersarang dalam tubuh wanitanya dan Ambrosio tidak berniat mencabutnya. Biarkan berada di sana sampai meresap dan mengeras lagi. Kakinya yang berotot padat bertaut di kaki halus milik Sisilia. 

Tetsuya tidur lelap dalam kamar dan biasanya berbaring di antara mereka. Daripada mengganggu anak itu, mereka mengalah dengan melakukan latihan mereka di luar kamar. Lagi pula, langit malam itu terlihat sangat indah dan udara tidak terlalu dingin. Suara napas mereka yang menderu perlahan menjadi lebih lembut dan tenang. 

"Ada apa?" tanya Ambrosio lembut sembari mengecup puncak kepala Sisilia. "Kau tidak banyak membuat suara seperti biasanya. Biasanya lebih nyaring dan memakiku berulang-ulang. Apa ada sesuatu yang mengganggumu?"

Jari jemari bertaut erat seperti tubuh mereka. Lengan Ambrosio melingkupi dadanya dari belakang, memberinya kehangatan dari dinginnya udara malam. Sisilia mengecup lengan itu dan mengirup bau tubuh prianya. "Aku khawatir akan terdengar penghuni lain dan mengganggu mereka." Sisilia beralasan. "Kau terlalu mempedulikan hal yang tidak penting," kilah Ambrosio, "kau wanitaku dan semua orang tahu apa yang kulakukan jika aku bersamamu. Atau kau ingin kita pindah ke apartemenku saja, jadi kita bisa berduaan tanpa kau merasa terganggu."

Berduaan di sana mabuk dalam kemesraan, percintaan itu akan menjadi mimpi indah yang membuatnya tersiksa ketika bangun karena menyadari dirinya telah sendiri. Sisilia segera membuang jauh pikiran itu. "Tidak, Ambrosio. Aku suka di sini dan ini rumahmu, aku hanya belum terbiasa."

Ambrosio mempererat dekapannya. "Tentu saja kau harus terbiasa di sini, kelak kau akan menjadi nyonya rumah ini. Anak-anak kita dibesarkan di sini dan aku akan melatih mereka setiap hari di dojo." 

Lihat 'kan? Amabrosio sudah merencanakan kehidupannya jauh ke depan. Jadi, bagaimana dia bisa meninggalkan pria ini? Sisilia menarik napas dalam dan mendesah lelah. Mungkin ucapan Otou-sama terlalu menghantuinya. Ambrosio sangat memperhatikannya dan sedikit saja kerisauan pria itu pasti merasakan. Semakin dia menginginkan pria ini, rasa takut kehilangan akan semakin besar pula.

Sisilia memutar tubuhnya, melepaskan milik Ambrosio dari celah tubuhnya. Cairan mereka tumpah ruah di bawah sana. Dia mendempetkan dadanya ke dada padat Ambrosio, memberikan keleluasaan pria itu meremas pipi pantatnya. Dia menatap ke dalam mata kelam Ambrosio. "Selain menggunakan racun, orang itu juga menggunakan U666 dalam ramuannya. Kita tidak tahu apa yang akan kita hadapi, Ambrosio. Apakah seekor monster atau seseorang yang sakit jiwa. Selagi masih ada waktu, aku akan fokus meneliti zat itu dan siapa tahu aku bisa menemukan penawarnya." Siapa tahu dia bisa meneliti zat lainnya sehingga bisa kembali ke laboratorium di Kutub Utara dengan membawa konsep penelitian baru, Sisilia menjadi bersemangat dan optimis lagi untuk meneliti.

Wajah Ambrosio langsung cemberut. "Apa kau akan kembali ke Kutub Utara? Sisilia, katanya kau cuti sampai batas yang tidak ditentukan. Apa-apaan itu? Apa kau membohongiku?"

Sisilia duduk dan menarik pipi pria itu dengan gemas. "Siapa yang mau ke Kutub Utara? Aku tidak bohong soal cuti itu. Ambrosio, aku tidak akan meninggalkanmu di tengah situasi ini. Aku ingin bilang padamu, ijinkan aku menggunakan Azteca Lab. Aku akan mengerjakan eksperimenku di sana."

*
*
*

Sisilia dan pekerjaannya seperti tumbuhan dan sinar matahari. Pekerjaan membuatnya hidup dan bergairah. Jika sudah disibukkan dengan pemeriksaan dan penelitian, Sisilia bisa melupakan seluruh kehidupan duniawi. Namun sesekali dia akan berhenti untuk makan, tidur dan buang air.

Azteca Lab adalah laboratorium yang dibentuk Ambrosio atas kerja sama dengan Xin Corp. Azteca Lab mengkhususkan penelitian onkologi serta berbagai penyakit kelainan genetik  di wilayah Asia. Peralatannya modern. Sistem keamanan umum dan sistem keamanan biologis  yang terstandar. Fasilitas penunjang yang mendukung keoptimalan penelitian, tempat itu seperti rumah mewah bagi para peneliti. 

Bangunan berlantai lima itu terletak di pinggiran kota, berjarak beberapa blok dari Universitas T, tempat Sisilia pernah mengenyam pendidikan master bidang laboratorium medik. Setelah sarapan pagi, Ambrosio membawa serta Tetsuya mengantar Sisilia ke Azteca Lab. Mereka mengenakan pakaian kasual seakan ingin pergi jalan-jalan. Istrinya itu membawa koper besar, tempat dia menyimpan kotak sampel sucinya, serta barang-barang pribadi lainnya.

Seorang pria bersetelan jas menyambut mereka di teras depan Azteca Lab. Namanya Kenji Himura, Kepala Keamanan Azteca Lab. Mulai hari itu, Sisilia memegang kendali penuh laboratorium tersebut dan Kenji mengusahakan apa pun permintaan Sisilia demi kelancaran penelitiannya.

"Selamat pagi, Nyonya!" sapa Kenji sambil membungkuk hormat. Ia lalu membawakan barang-barang Sisilia ke dalam bangunan.

"Mommy!" seru Tetsuya sambil melonjak minta digendong. Sisilia menggendong anaknya dengan riang. Ambrosio mengiringi. "Lihat, Baby Tae, di sini tempat Mama bekerja. Namanya laboratorium. Apa kau mau melihat ke dalam? Yuk, kita lihat sama-sama!" 

Sisilia membawa Tetsuya melihat-lihat ruang depan dan ruang istirahat saja, karena laboratorium merupakan tempat terbatas dan berisiko terpapar beragam bahan kimia dan radiasi alat sehingga yang tidak berkepentingan dilarang masuk. Meskipun begitu, anak itu tampak senang bisa menghabiskan waktu bersama ibunya.

Hari beranjak siang dan Sisilia ingin segera memulai pekerjaannya. Dia menggendong Tetsuya hingga ke halaman depan Azteca Lab. "Sekarang, Mama bekerja dulu, ya, Tae-tae pintar-pintar di rumah dan patuhi Papa." Sisilia mengecup dahi Tetsuya sebelum Ambrosio mengambil Tetsuya dari ibunya. "Ayo, Tetsuya, Okaa-san harus bekerja, saatnya kita pulang." Tak ingin berpisah dari ibunya, anak itu menangis keras. "Mommy ...!" raungnya dengan tangan berusaha menggapai Sisilia. "Tidak apa-apa, Tae-tae, jangan menangis, Mama akan pulang secepatnya, Mama janji!" seru Sisilia berusaha menghibur Tetsuya.

Ambrosio melayangkan ciuman kilat di bibir Sisilia. "Aishiteiru!" Aku cinta padamu, gumam Ambrosio, membuat Sisilia tercenung. "Semoga berhasil dengan penelitianmu, Istriku, kami berdua akan selalu setia menunggumu." Sisilia hampir remuk melihat kepergian Ambrosio dan anaknya. Ini bukan perpisahan yang sebenarnya, tetapi dia sudah begitu rentan. Bagaimana mungkin dia sanggup meninggalkan dua makhluk manis yang begitu mencintai dan memujanya?

Ambrosio masuk ke mobil bersama Tetsuya dan anak itu masih menangis ketika mereka saling melambaikan tangan. Setelah mobil membawa mereka jauh dari tempat itu, Ambrosio menatap Tetsuya di pangkuannya. "Hentikan tangismu, Tae-tae," ujar Ambrosio lembut. Ia mengelus rambut putranya dengan penuh kasih sayang. "Percayalah, Mommy-mu hanya pergi sementara, bukan meninggalkanmu selamanya. Jadi berhenti cengeng dan tunggu dia dengan sabar, Mommy pasti akan sangat bangga denganmu!"

*
*
*

(23/02/2020)

Play In Deception 2: Camouflage (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang