"Nah, jadi gue maunya pentas seni tahun ini harus lebih meriah dari tahun sebelum-sebelumnya, La," ujar Devan pada Calla yang kini berjalan di sampingnya melewati koridor sekolah, mereka baru saja keluar dari ruang osis.
Devan yang menyandang sebagai ketua osis, dan Calla sebagai wakil ketua osis mengharuskan mereka untuk lebih sering berinteraksi, mengingat banyaknya kegiatan yang akan diselenggarakan di sekolahnya nanti, yang tentu saja akan membuat mereka sibuk setengah mati.
"Kita masih punya waktu dua bulan buat persiapin semuanya, Dev."
"Waktu dua bulan sangat sebentar buat gue, karena banyak banget yang harus kita persiapkan, belum lagi kita harus urus segala tetek bengeknya," Devan menoleh menatap Calla, "gue mau waktu dua bulan ini di manfaatin dengan sebaik mungkin, bukan malah dijadiin buat leyeh-leyeh nggak jelas dan akhirnya malah keteteran pas mau hari-H. Itu yang bikin acara jadi ancur berantakan," ujarnya.
Calla tersenyum mendengar penjelasan Devan, dia sangat memahami betul sikap Devan yang ingin segala sesuatunya berjalan dengan sempurna. Bahkan Devan rela melakukan apapun agar acara berjalan dengan sesuai rencana. Sungguh, memang tidak salah Devan di angkat menjadi ketua osis. Dan, dia pun tidak salah kalau selama ini sangat mengagumi sosok Devan.
"Ngerti kan maksud gue?" tanya Devan tiba-tiba, membuyarkan lamunan Calla barusan.
Calla sempat terkesiap, namun tidak lama dia segera mengangguk mengerti. "Gue bakalan berusaha semampu gue, biar acara ini sukses, Van."
"Bagus! Gue percaya sama lo, La. Dan kalau bisa, gue mau dari sekarang lo mulai datang ke kelas-kelas untuk mendatai, hal apa aja yang akan mereka tampilin nanti. Biar sisanya, gue yang urus."
Calla berpikir sejenak, lalu kembali mengangguk, "Okey. Ada lagi?"
"Untuk sekarang sih itu dulu. Tapi, mungkin ke depannya gue bakalan lebih sering minta bantuan lo. Sedikit merepotkan mungkin, nggak apa-apa, kan?" Devan kini menatap Calla, bertanya untuk meminta persetujuan dari Calla.
Kalau buat lo, di repotin tiap hari juga gue nggak masalah. "Nggak apa-apa, lagipula ini udah jadi tugas gue sebagai wakil lo kali."
Devan terkekeh mendengar jawaban Calla, tangannya dengan cepat mengusap lembut rambut Calla, merasa gemas. "Emang cuman lo doang yang paling bisa di andelin, La."
Calla tersenyum, pipinya tiba-tiba memanas di perlakukan seperti ini oleh Devan.
"Woah, Al. Bini lo di elus-elus kayak begitu, masa lo diem aja?"
Calla dan Devan yang mendengar itupun langsung menoleh ke belakang, dan mendapati tiga orang cowok yang kini berjalan menghampiri mereka.
Calla mendengus, matanya menatap kesal ketiga cowok yang kini berjalan semakin dekat. Alghar and the genk! Pasti mau bikin rusuh!
"Masih gue lihatin, Gas. Walaupun gue lagi mikir, kayaknya enak kalau tangannya gue patahin"
Devan yang mendengar itupun seketika menatap kedua tangannya, merasa ngilu. Dia tahu, sangat tahu, seberapa beringasnya seorang Alghar di sekolah.
"Kurang kerjaan banget ya lo bertiga! Mau ngapain sih? Ngikutin gue lagi?" ketus Calla yang kini menatap galak ketiga cowok di hadapannya.
Alghar Mahaprana, cowok titisan dedemit yang tidak pernah membiarkan Calla merasa tenang, di tambah kedua temannya Bagas dan Owen yang sama tidak warasnya, yang selalu membuat Calla setiap harinya selalu naik darah. Sungguh, dia sudah kehabisan cara untuk membuat ketiga makhluk astral ini enyah dari hidupnya.
"Sayang, tenang. Nggak boleh galak-galak begitu deh sama temen-temenku." Alghar terkekeh melihat respon Calla, yang terlihat sangat menggemaskan di matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alghar
Ficção AdolescenteCalla Leteshia, gadis cantik yang sedang menyesali tindakannya dulu. Kenapa dia malah mengabaikan seorang Alghar Mahaprana? Sampai akhirnya membuat Alghar memutuskan untuk tak memedulikannya lagi. Dan Alghar Mahaprana yang sangat menyesali keputusa...