5

981 186 37
                                    

Rosie baru sampai di rumah larut malam saat ia mendapati Jae yang sedang melahap mie instan di ruang tamu.


"Ce, kok baru pulang?" tanya Jae sembari menyeruput mie nya.

"Abis nonton," kata Rosie pendek.


Rosie segera memasuki kamarnya, kemudian terduduk di tepi tempat tidurnya.


Pikirannya berkecamuk. Ia merasa sangat menyedihkan dan konyol sekali.


Pandangannya beralih kepada wanita berambut panjang yang selalu menunduk di sudut kamarnya.

Apa Wonpil bakal berubah kayak gitu juga?

Mengingat Wonpil saja sudah membuat matanya berkaca-kaca lagi.


Tiba-tiba, pintu kamarnya diketuk.


"Gue boleh masuk?" terdengar suara Jae dari luar.

"Iya masuk aja," sahut Rosie sembari bangkit dari duduknya.


Jae masuk dengan wajah canggung, bersama secangkir cokelat panas di genggamannya.


"Ini buat lo," kata Jae, menyerahkan cokelat panasnya.

Rosie buru-buru menerimanya, kemudian meletakkan cangkir itu di nakasnya.

"Makasih, bang," Rosie tersenyum kecil.

Jae mengangguk, tapi ia masih berdiri di tempatnya, menatap Rosie lamat-lamat.


"Ce?"

Rosie menoleh.


"Lo kenapa?"

Rosie menggeleng sembari tersenyum.

"Gue cuma mau lo tau, gue selalu ada di sini setiap lo butuh gue. Bagaimana pun juga, lo keluarga gue satu-satunya, Ce," kata Jae.


Rosie menggigit bibirnya. "Iya," jawabnya lirih.


Tanpa sadar, air mata sudah mengalir lagi di pipinya dan dirinya sudah menghambur ke pelukan Jae, dan menangis sejadi-jadinya.



○○○



Terakhir kali Rosie berbincang hangat dengan abangnya seperti ini adalah tiga tahun yang lalu, sebelum akhirnya ibu Jae meninggal dunia.

Setelah saat itu, Jae cenderung menutup diri, dan menyibukkan diri dengan urusan di luar rumah juga kuliahnya.


"Jadi sekarang adek gue indigo?" Jae tertawa kecil setelah Rosie menceritakan tentang kemampuan barunya itu.

Rosie mengangguk, melipat kakinya sembari bersandar di sofa dan meneguk cokelat hangat buatan Jae.

Ghost of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang