"Mas, kamu ngomong sama siapa?"
Biru menyembulkan wajahnya di pintu kamar Arian yang terbuka, setengah bertanya-tanya kenapa kakaknya masih terjaga. Arian menoleh sebentar, memilih untuk tidak menjawab.
Belakangan ini kakaknya aneh. Setiap Arian pulang ke rumah, Biru selalu mendapatinya senyum-senyum sendirian di dalam kamar sambil memandang layar handphone-nya. Pemandangan barusan pun demikian; namun menurutnya kali ini lebih ekstrem. Arian sedang melakukan siaran langsung di instagram pukul satu dini hari.
"Nge-test doang, tadi sempet error soalnya. Kamu sendiri?" ujar Arian yang membuat Biru bergidik. Sejak kapan kakaknya menyebut aku-kamu dengan cara semanis itu?
"Lah, kok pergi?" Arian mengerutkan kening. Tak lama kemudian ia meletakkan ponselnya di samping bantal.
"Mas Ian," desak Biru karena tak satupun perkataannya dihiraukan.
"Apaan?"
"Mas Ian lagi caper ke cewek, ya? Cewek yang waktu itu ketemu di hypermart. Mba Aluna, bener kan?"
Tidak perlu menunggu jawaban Arian, Biru sudah dapat mengetahuinya dari reaksi Arian yang salah tingkah dan seolah-olah ingin menghindari pertanyaan tersebut. Biru tidak berkata-kata lagi, ia mengamati ekspresi Arian dengan seksama. Sebentar lagi pasti dia akan cerita. Sebentar lagi. Pasti.
"Kok bisa tau, Bir?" Arian akhirnya berbicara setelah dua menit menimang-nimang keputusannya.
"Emang gimana ceritanya sampe bisa live IG gitu?" balas Biru.
"Hari ini dia pergi ke konser sama temennya, anak kantorku juga. Hampir tiap jam si Aluna ini bikin story macem yang hepi banget."
"Temen cowonya juga naksir Mba Aluna?" potong Biru.
"Diem kek, Bir. Mas belum selese ngomong." Arian mengomeli Biru ketus. Dia sendiri tidak yakin apakah karena Biru menyelanya saat sedang bicara, atau karena dia tidak setuju dengan ucapan Biru barusan.
"Iya iya, maap." Biru nyengir.
Arian menyipitkan mata, namun dia melanjutkan. "Barusan dia bikin story lagi, di McD, caption-nya seakan-akan dia lagi bosen dan dongkol. Terus, yaudah, aku iseng nge-live buat mancing dia. Tapi bentar doang, mati kali handphone-nya."
"Gebetannya dateng kali, mas. Makanya dimatiin," ucap Biru lagi.
"Bir." Arian mendelik. Sebuah jurus jitu untuk menutup mulut Biru kalau dia sudah bicara yang tidak-tidak.
Sementara Biru hanya mengulum senyum karena dia tidak bisa tertawa kencang malam-malam. Dia tidak tahu kalau kakaknya punya sisi seperti ini.
Arian meraup wajahnya. Pukul satu dini hari dan Aluna masih berada di luar bersama Tristan. Rasa khawatir tiba-tiba merayapinya. Bagaimana kalau Aluna kedinginan lalu sakit? Bagaimana kalau Aluna dan Tristan semakin dekat dan akhirnya pacaran?
"Hubungan Mas Ian sama Mba Aluna udah sejauh apa?"
Arian menoleh ke arah Biru yang sudah berbaring di atas kasurnya dengan mata setengah terpejam.
"Sejauh dia cerita soal mantannya, mampir ke flat, ngobrol santai, ya gitu-gitu doang sih sebenernya. Nggak ngerti juga kenapa dari dulu begitu terus."
Malam sudah semakin larut, baik Arian maupun Biru sudah sama-sama mengantuk. Tapi Biru senang jika kakaknya bercerita banyak soal kehidupan pribadinya. Setelah Arian menetap di Jakarta dan hanya pulang sesekali, rasanya dia semakin menutup diri mengenai kehidupan pribadinya. Arian tidak pernah membahas perempuan, masalah hidupnya, bahkan hal sepele seperti kabar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alluring Aluna
General FictionTentang Aluna, tingkahnya, hari-harinya, dan caranya melupakan masa lalu, juga tentang Arian yang dibuat terpesona olehnya. Starring Kim Minkyung and Jeon Wonwoo