1

24 3 3
                                    

Namaku Tiara Putri Kusuma, panggil saja Ara. Aku sedang duduk termenung menatap senja di bangku taman sekolah sambil sesekali mengagumi indahnya makhluk ciptaan Tuhan yang sedang bermain bola di lapangan sekolah.

Lelaki jangkung yang dengan lihai menggiring bola hingga memasuki gawang itu namanya Alderio Langit Wijaya. Salah satu most wanted di sekolah ini. Ganteng sih, tapi sepertinya dia hanya menganggapku sebagai sahabatnya, tidak lebih.

Aku menghela napas panjang. Menatap sendu foto yang terpampang jelas di Locksreen handphone Alde. Foto masa kecil kami yang sedang memakan kue ulang tahun bersama. Polos, tanpa ada rasa cinta yang tumbuh di hati ini.

"Ra, pulang yuk." aku terkejut dan menatap Alde sambil mengangguk.

"Kamu kenapa?" tanya Alde sambil merapikan tas nya.

"Aku?" tanyaku heran.

"Dari tadi murung terus, kalau ada apa-apa tuh cerita sayang." Alde mengusap lembut rambutku kemudian menggenggam erat tanganku.

"Iya iya, tapi aku beneran gapapa kok." ucapku.

"Yaudah, yuk pulang!" ajak Alde dengan senyum menawannya.

Oh Tuhan! Senyuman itu selalu membuat hatiku berdetak cepat. Demi apapun aku benar-benar jatuh hati pada sosok lelaki di hadapanku ini.

"Kenapa diem? Gak mau pulang bareng?" tanya Alde kebingungan melihatku yang sedari tadi hanya diam menatapnya

"Eh, engga, yuk pulang!" jawabku sambil menarik tangan Alde untuk berjalan.

Di sepanjang perjalanan pulang, di atas motor berdua, di temani semilir angin yang menyejukan, aku dan Alde bercanda tawa tentang keseharian yang telah kami lalui tadi. Mulai dari mengejek Pak Ucok si satpam sekolah yang botak sebelah, Bu Asri si ibu kantin yang latahan, Pak Dandi yang tidak sengaja menabrak Kepala Sekolah, bahkan Rudi yang tas nya nyangkut di atas pohon kelapa.

Aku merasa hari-hariku akan lebih berwarna jika bersama Alde. Si cowok tampan yang berhasil memikat hati para wanita, termasuk aku. Entah sudah berapa lama aku memiliki perasaan ini, aku selalu berusaha untuk menutupinya. Aku hanya tidak mau persahabatan kami hancur begitu saja, hanya karena masalah aku mencintai dia lebih dari seorang sahabat. Aku tidak mau kehilangan Alde. Alde adalah segalanya bagiku.

"Jangan lupa ngerjain pr Fisika ya Ra, semangat!" aku tersenyum menanggapi Alde.

"Jangan lupa ngerjain pr Fisika juga ya Al, semangat!" Alde terkekeh sambil mengelus pelan pipiku.

"Dah sana masuk, aku tungguin." aku mengangguk dan kemudian masuk ke dalam rumah.

Sesampainya di dalam rumah, aku tidak melihat siapapun kecuali Bi Inem yang sedang menyapu ruang tamu.

"Bi, yang lain pada kemana?" tanyaku heran.

"Anu non, Bapak sama Ibu lagi keluar sebentar katanya. Kalau non Ana lagi nangis kenceng di kamar, kayaknya habis putus deh non." jelas Bi Inem padaku.

"Hah? Putus? Ya udah, makasih ya Bi." aku segera berlari menuju kamar Kak Ana.

Kubuka pintu kamar Kak Ana secara perlahan, kulihat dia sedang menyisir rambutnya yang terlihat kusut seperti habis di acak-acak.

"Kak, aku masuk ya?" tanyaku hati-hati.

"Masuk aja Ra." aku pun masuk ke dalam kamar, menutup pintu dan duduk di kasurnya.

"Mau cerita?" tawarku.

"Dion selingkuhin aku Ra." kulihat air matanya perlahan mulai menetes. Aku diam menunggu lanjutan dari nya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 24, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ALDERIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang