Part 28

353 25 0
                                    

Sudah lima bulan setelah silvia menikah, walaupun diacara Resepsi yang membuat Alesha mendapatkan kembali kenangan buruk yang membuat hatinya lagi-lagi dilukai, namun dis tidak ingin berlarut pada masa pahit itu, sekarang Alesha mendapatkan jadwal flight yang sangat padat, ditambah lagi dia akan membuka Cabang Caffe di Daerah Bandung dan harus menguras banyak tenaga.

"Rangga persiapkan rapat dengan Caffe Azsha sebaik mungkin, Saya percaya Kamu pasti bisa, jangan menyia-nyiakan kepercayaan saya," ucap Alesha tegas pada Rangga, akhir-akhir ini banyak Caffe yang mengajaknya bekerjasama, tapi Aleshs juga melihat bagaimana perkembangan Caffe tersubut, dan Caffe Azsha adalah salah satu clien yang mengajak kerjasama dengan Caffe Amerilsha

"Baik Miss," balas Rangga denan sedikit menundukan kepalanya.

Setelah mengecek Caffe, Alesha langsung menuju pualang ke Rumah, memang setelah flight tidak pulang dulu melainkan mampir ke Caffe untuk mengecek bagaimana keadaan Caffe tersebut.

"Asalamu'allaikum," salam Alesha pada semua anggota rumah yang sedang bersantai.

"Wa'allaikum sallam, duduklah dulu ada yang ingin Papah bicarakan," perintah Papah pada Alesha yang baru saja hendak melangkahkan kakinya menaiki anak tangga.

"Ada apa Pah?, maaf jika Alesha tidak sopan langsung saja keintinya, karena aku sangat lelah dan besok harus ke Bandung," keluh Alesha pada Papah, Papah hanya bisa tersenyum mendengar keluhan anak pertamanya yang sangat sibuk sekali.

"Papah akan menjodohkanmu dengan seorang Arsitek, dia adalah Anak guru Papah," ucap Papah tanpa berbasa-basi.

Jger..., bagaikan sambaran petir, mata Alesha yang tadinya sayu karena ingin tidur, langsung membulatkan matanya dan menegakan badanya.

"Apa!!," teriak Alesha terkejut, "Pah Aku sedang sibuk, apa bisa nanti saja kita membahas soal perjodohan, Aku takut tidak bisa membagi waktu untuk calon suamiku," jelas Alesha mencoba bernegosiasi dengan Papahnya.

"Tidak, kamu sudah dua puluh empat tahun sudah saatnya kamu menikah," elak Papah yang bersikeras menyuruh Alesha untuk menerima perjodohan ini, "Jika kamu tidak ingin dijodohkan, jangan harap nama kamu masih tercantum di Keluarga ini," ancam Papah dan langsung meninggalkan Ruang tamu. Setelah peninggalan Papah, Alesha hanya bisa terdiam dan kalut dengan pemikirannya, Mamah yang melihat anak pertamanya merasakan kesedihan yang Alesha rasakan langsung menghampirinya.

"Ka, kamu tahu bagaimana sifat Papah?," tanya Mamah dan di jawab dengan anggukan, "Papah sudah tua, Mamahpun sama, membantah perintah Orang tua itu dosa jika kamu mencari lelaki lainpun, pasti kamu tidak direstui oleh Papah, memangnya kamu mau hubungan kamu tidak direstui oleh Papah?," tanya Mamah, dan Alesha hanya menggelang sambil menunduk.

"Aku akan menjawab besok pagi, jangan panggil Aku untuk makan malam Aku akan tidur seharian ini, untuk persiapan ke Bandung," setelah berbicara pada Mamah, Alesha amit untuk ke Kamar dengan perasaan yang tidak karuan.

Pagi-pagi sekali Alesha sudah duduk di Meja makan sedang memakan roti yang dia bikin untuk anggota keluarga, satu persatu anggota keluarga memenuhi meja makan.

"Pah Aku sudah ada jawabannya, Aku bersedia dijodohkan dengan syarat jika kami tidak cocok ataupun ada kendala lain jangan paksa Aku untuk meneruskan semuanya," jelas Alesha pada Papah dengan tangan yang masih memegang roti.

"Baiklah Papah setuju, berapa hari kamu di Bandung?," tanya Papah, karena hari ini Alesha akan berangkat ke Bandung.

"Satu minggu, setelah itu Aku akan mendapatkan jadwal ke Korea selama dua minggu tiga hari," jawab Alesha pada Papah, begitulah Alesha jika sudah bekerja tidak kenal waktu, bahkan dia merasakan bahwa pekerjaanya yang dia jalaninya seperti liburan dan juga kesenangan.

"Setelah Kamu flight, Papah akan mengundang keluarga Akbar untuk makan malam," jelas Papah pada Alesha dengan jelas.

"Baiklah, Aku akan berangkat dulu, do'a kan Aku semoga selamat dalam perjalanan dan sukses dalam pekerjaan," ucap Alesha sambil bersalaman dengan Papah dan Mamahnya.

"Mamah dan Papah selalu mendo'a kan Kamu Ka," jawab Mamah dengan mengusap punggung Alesha dengan lembut.

Dengan memakan waktu setengah hari Alesha sampai di Bandung, sebenarnya Alesha bukan membangun Caffenya tepat di Bandung kota karena lahan disana sudah sangat penuh, jadi dia memilih di Bandung paling ujung dekat dengan perbatasan Jawa barat dan Jawa tengah yaitu di Daerah Pangandaran.

"Perkenalkan nama Saya Muhammad Akbar, Saya Arsitek yang mengurus pembangunan Caffe anda," jelas Lelaki yang sedang berada di hadapan Alesha.

Seketika Alesha jadi teringat perjodohan kemarin, 'Setelah kamu flight, Papah akan mengundang keluarga Akbar untuk makan malam,' masih terngiang jelas kalimat demi kalimat yang Papah lontarkan tentang perjodohan, tiba-tiba lamunan Alesha buyar ketika ada tangan kekar menepuk bahunya.

"Apa anda baik-baik saja?," tanya Akbar yang melihat Alesha sepertinya sedang memikirkan sesuatu.

'Apa benar dia Akbar yang akan dijodohkan denganku?', tanya batin Alesha.

"Hey....," ucap Akbar dengan tangan yang melambai tepat diwajah Alesha dan membuat Alesha langsung tersadar.

"Eh, maaf tadi Aku sedang memikirkan masalah interior Caffe ini, nama Saya Alesha Farahah panggil saja Saya Alesha," jelasnya dan seketika Akbar membulatkan mata.

'Apa benar dia Alesha yang akan dijodohkan denganku?,' tanya batin Akbar.

Setelah berbincang banyak dengan Akbar dan memilih intetior dengan judul putih abu-ab dengan nuansa seperti di Bali, Alesha pamit pada Akbar untuk ke Villa yang sudah Alesha sewa.

Sore hari Alesha sudah berada di Pinggir Pantai Pangandaran, kalian tau bagaimana pemandangannya?, kaya Bali cuy, di Pantai itu kita bisa belajar surfing dan ombaknya pas banget buat belajar surfing untuk pemula.

"Pak, papan surfingnya satu berapa?," tanyaku pada seorang Bapak-Bapak yang menyewakan Papan untuk surfing.

"Dua puluh ribu neng," jawab Bapak tersebut dengan tangan yang memegang salah satu Papan surfing.

Setelah mendapatkan Papan surfing, Aku langsung ke Pinggir Pantai tangan kananku memegang papan, dan tangan kiriku memegang kamera.

Ckrek..., Alesha mengambil foto dirinya dengan tangan yang memegang Papan Surfing dengan pemandangan Pangandaran yang begitu indah.

Setelah Alesha mengambil gambar dirinya sendiri, dia langsung ketengah untuk belajar surfing sudah berpuluh kali dan mencoba tapi hasilnya nihil, Alesha selalu terjatuh dan akhirnya dia pasrah dan mulai merebahkan badannya di Tepi Pantai dan langsung mengambil handphone yang Alesha titipkan di penitipan barang dan mengembalikan papan surfing.

"Posting ig kayanya cakep," guman Alesha di Pinggir Pantai, tangannya dengan lihai langsung mengedit fotonya agar lebih berwarna setelah itu dia langsung memposting Fotonya di Instagram miliknya, baru saja dirinya memposting halaman komentar sudah dipenuhi oleh para Abang sepupunya dan juga Teman-temannya, Alesha yang melihat banyak komentar hanya bisa terkikik geli ditambah lagi komentar terbanyak dari Adiknya dan Adik iparnya Rizki.

---

Kadang kita kurang menyadari hal yang sederhana membuat kita bahagia.

Duo PenerbangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang