"Mereka yang pasti dengan khawatirnya mengguncang batinku," gumam Dimas dalam. Ia kini tidak terlihat seperti biasanya, hal yang membuat semua orang terluka juga mempengaruhi dirinya.
"Tetapi, Lidya selama ini benar," kekeh Dimas langsung mengubah ekspresinya.
"Apa yang kau katakan?" tanya Restu sedikit lebih dingin. Restu berbeda dari Dimas, ia orang yang dingin, singkat, dan patuh. Hal yang dipaksakannya saat ini adalah berpura-pura untuk menjadi lelaki yang tegar.
"Tentang cinta yang sering mereka maksud," kekeh Dimas sembari memberikan isyarat agar Restu mengerti akan dirinya. Isyarat sangatlah mudah bagi Restu untuk dicerna pada otaknya.
"Kau tau Oxy, adikmu itu perencana yang hebat. Entah dengan alasan apa dia berusaha mendekatkanmu dengan Laila, kami mendukungnya. Semua rencana yang adikmu susun sangatlah jitu," tutur Restu tanpa diminta.
"Hampir semua, termasuk penyelamatan kalian. Sayang, aku selalu mendengar Lulu mengumpati pimpinanku," ujar Restu menambahkan.
Laila mengangguk pelan disertai anggukan Dimas dan berakhir dengan Arman. "Telingaku sedikit panas akan hal itu, andaikan jika aku tidak mengingat jika dia adalah istri Gio pasti aku akan menyumpalkan sesuatu pada mulutnya."
"Kau tau itu?" tanya Oxy yang tersenyum canggung.
"Tentu saja tau. Aku masih heran mengapa cinta dapat dikalahkan oleh ego? Padahal kita sangat mengetahui jika cinta dapat menguah kepribadian seseorang. Kau tidak menyadarinya?" kekeh Dimas yang menahan tawanya. Rasanya teramat sakit jika ekspresinya tidak mensikronkan terhadap suasana hatinya.
Oxy memutar bola matanya. Arman menghela kasar dan membuat para matapun menoleh dengan cepat.
"Sebenarnya aku tidak menyangka jika hari ini adalah hari terakhirku bertarung bersama dengan Lidya. Kala aku bertemu dengannya, ia masih sangat segar dirangkul oleh Zhiro. Dia menjabat tanganku lalu membisikkan sesuatu yang mungkin tidak aku duga. 'Bantu aku disaat terakhirku,' ucapannya yang masih ku ingat. Aku menanggapinya dengan tawa renyah karena hanya menganggap itu lelucon belaka," sela Arman dengan segala ekspresinya.
Restu mengambil beberapa senjata yang telah ia letakkan. Malam telah bersepakat untuk menggelapkan langit, kerlipan bintang yang masih menjadi tanda kehidupan di bumi.
"Untuk saat ini kita telah aman, tidak ada yang akan mengancam keselamatan kalian. Andaikan Zhiro masih hidup mungkin saja rencana mereka akan berjalan dengan sangat mulus," ujar Dimas sembari menyeka air matanya.
"Apa yang adikku sebenarnya rencanakan?" desak Oxy. Ia sangat memahami jika seseorang berada di dalam fase ini, ia akan menjadi sangat lemah sampai tidak berani membantah.
"Kau akan mengetahuinya dengan segera, aku tidak akan memberitahumu," jawab Restu sembari menatap ke arah belakang punggungnya. Matanya tetaplah tajam.
"Mau ke mana kalian?"
"Mencari Lidya dan Zhiro lagi," gumam Restu sembari menopang sebuah samurai dengan bahunya.
"Jaga diri kalian dengan baik, jika matahari telah bangkit kalian harus segera pulang. Kami akan mencari apapun yang dapat kami temukan," jawab Dimas sembari melangkah diikuti oleh beberapa orang. Sebagian besar dari pasukan mereka telah mereka minta untuk pulang dan menyisakan beberapa orang.
"Sebaiknya kau segera beristirahat," gumam Arman ketika matanya tidak sengaja berpapasan dengan mata Laila.
"Kau benar," gumam Oxy turut mengiyakan.
"Bisakah aku tidur di pundakmu saja?" tanya Laila dengan sedikit ragu, ia terkadang memang tipekal orang yang hanya meminta dengan permintaan aneh.
Oxy mengerenyitkan dahinya diikuti oleh kekehan yang keluar dari mulut Arman. Ia tertawa dan terkekeh geli sembari menyeka air matanya.
"Hatiku kini sedikit merasa tidak tenang," gusar Laila sembari menunduk malu dan menatap Arman dengan sinis. Memang kini bukanlah saat yang tepat bagi Laila untuk memintanya, tetapi hatinya sangat tidak tenang jika harus berdamai dengan sunyi.
Oxy tersenyum. "Silahkan, kapanpun yang kau mau."
Laila langsung menyandarkan kepala di pundak Oxy dan menghilang dalam gelapnya alam mimpi. Oxy merangkul wanita itu agar tidak jatuh.
"Jujur saja, aku seperti melihat Lidya dan Zhiro saat ini," ungkap Arman lalu memandangi langit malam yang kini kehilangan keindahannya.
***
"Bagaimana dengan Lidya dan Zhiro, apakah mereka ditemukan?" tanya Gio seperti mendesak Restu dan Dimas ketika mereka sampai di dalam rumah Lathfierg.
The~D berlarian masuk ke dalam rumah dan Farhan dengan cepatnya melangkah lalu memegang kerah baju Restu. "Katakan dengan jelas jika Lidya baik-baik saja."
Cakra hanya menatap kedatangan temannya yang lain. Ia masih sibuk mengobati luka Laila.
"Jika aku bisa mengendalikan semuanya maka akulah yang lebih baik mati," jawab Restu terdengar lebih tegas.
Farhan menghempaskan Restu dengan cepat. Carla langsung menenangkannya.
"Kak Lidya! Kak Louiz!" teriak seorang anak perempuan yang berumur lima tahun.
"Arsy?" heran Restu yang langsung menyambut kedatangan bidadari kecil tersebut dengan gendongan.
Di belakang anak itu telah datang banyak orang, berpuluh-puluh bahkan beratus-ratus jiwa. Seseorang perempuan yang lebih tua masuk dan menatap Restu dengan mata yang berkaca-kaca.
"Jangan katakan jika Lidya dan Zhiro telah pergi," lirih wanita tersebut.
"Kak Restu... Kak Lidya sama Kak Louiz belum pergi ke surga kan kak?"
***
"Ini adalah Bu Rahmi, wanita yang dipercaya mengurus panti asuhan milik Lidya dan Zhiro. Inilah rencana yang mereka sembunyikan, mereka berdua bukanlah orang yang haus akan harta. Pendapatan mereka, mereka berikan kepada panti asuhan atau sebagai dana pembangunan rumah sakit, biaya sekolah, biaya hidup mereka. Rencana yang mungkin tidak terbesit di pikiran kalian, namun mereka memiliki kebaikan hati yang lebih. Hal yang sederhana, namun kenyataan akan musuh keluarga kalian menghitamkan tujuan suci mereka. Mereka harus tetap menyembunyikannya atau semakin banyak orang yang terbunuh. Karena itulah mereka memperkuat kekuasaan yang mereka miliki selain itu semakin banyak orang yang menjadi tanggungan mereka menambah tekad untuk meningkatkan kekayaannya. Mereka menanggung beban hidup orang yang hampir tidak dipedulikan seperti preman, anak jalanan dan pengangguran," tutur Restu.
"Kau dengar itu! Kakakku bukanlah orang yang sejahat kau kira!" sergah Aluna yang diam-diam mendengar semuanya dari tangga.
"Aluna maafkan aku dan tenanglah," sesal Lulu atas tindakannya.
"Apa yang kau bilang? Tenang? Semudah itu kau mengatakannya! Tidak Lu, kau bukan kakakku, kau tidak berhak meminta apapun dariku, apapun itu." Aluna kembali berlari ke kamarnya.
"Dan siapa anak ini?" tanya Oxy menatap perlik mata pada anak yang Restu sebut bernama Arsy.
"Dia Arsy, anak panti yang paling dekat dengan Zhiro," jawab Rahmi dengan lekas.
"Kak Restu jawab pertanyaan Arsy, kak Louiz belum pergi ke surga, 'kan?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Leave The World with Yourlove [Lathfierg Series] [End]
RomanceBook 3 of Lathfierg Series Tuntutan ekonomi yang menjadi penyebab masuknya Laila Nurfajah ke dalam kehidupan Oxyvier Lathfierg. Ditambah lagi dengan pekerjaan Oxy yang semakin memadat membuatnya harus mencari pengganti Lidya dengan segera. Mereka be...