016

6.6K 393 68
                                    

Iqbaal membuka matanya saat ia merasakan bergerakan di sampingnya. Ia mengumpulkan sebagian nyawanya yang masih tertinggal di alam mimpi, ia memicing kala seorang gadis dengan rambut pirang gelap sedang duduk melipat lutut dan bersender di kepala ranjang, Iqbaal juga duduk bersemder dikepala ranjang dan memeluk gadis itu dari samping.

"Awsss" Ringis gadis itu kala lengan kekar Iqbaal menyentuh lukanya yang masih dibaluti perban, (Namakamu) menatap Iqbaal lirih.

"Pergilah" Ujar (Namakamu), Iqbaal tertawa.

"Pergi, huh? Apa kau tidak mengenali kamar ini?. Ini kamarku, bukan kamarmu" (Namakamu) mendengus gusar, bersiap turun dari ranjang, namun pria yang ada disampingnya kembali menariknya kedalam dekapan hangat sang pria.

"Menyingkirlah Iqbaal, ada sesuatu yang ingin kutanyakan pada Helena".

"Apa? Tentang kehamilanmu? Kau tahu ia hanya bidan, bukan tabib, kan?" (Namakamu) memicing tajam.

"Jangan sok tau!" Desis (Namakamu), ia kembali menekuk wajahnya, membuat Iqbaal tertawa gemas.

"Jadi apa, kau tidak mau memberitahuku?" (Namakamu) mendongak ke arah Iqbaal, sungguh ia merasa benar benar menjadi ketombe jika bersanding dengan pria menyebalkan ini yang tingginya kurang lebih mencapai 198 cm.

"Aku ingin bertanya" Ujar (Namakamu) serius, membuat Iqbaal juga serius menatap sang gadis.

"Silahkan"

"Berapa lama Helena berkerja disini?" Iqbaal mengernyitkan dahinya, mengapa tiba tiba (Namakamu) bertanya tentang Helena, apa (Namakamu) mulai meragukan Helena?.

"Tumben kau meragukannya, biasanya kau sangat--"

"Jawab" Desis (Namakamu) memotong pembicaraan Iqbaal.

"Mungkin dari aku kecil, mungkin sudah 32 tahun dia berkerja disini, ia mulai menjadi budak sejak umurnya 16 tahun" (Namakamu) terbungkam.

"Jadi, apa dia mengenal jelas silsilah keluargamu?" Iqbaal terdiam sejenak, lalu ia mengangguk.

"Ya, dia pelayan setia ibuku, sampai akhir hayat ibuku" Ujar Iqbaal membuat (Namakamu) meragukan hal hal buruk tentang mimpinya yang berkaitan dengan Helena.

"Bolehkah aku bertanya lagi?" Iqbaal mengangguk.

"Tapi janji, kau tidak boleh marah padaku, pertanyaan ini sangat sensitif" Iqbaal terdiam, tetap disisi lain ia juga penasaran tentang apa maksud (Namakamu) yang berani bertanya langsung tentang silsilah keluarganya.

"Apa?" Kata Iqbaal, (Namakamu) menarik nafasnya dalam dalam.

"Mengapa ayahmu bisa lumpuh?" Tanya (Namakamu) membuat wajah Iqbaal memerah.

"Lancang sekali kau bertanya tentang ayahku" Desis Iqbaal tajam, ia mencengkram dagu (Namakamu).

"Bukan begitu Iqbaal, tapi--"

"CUKUP!" Iqbaal mengepalkan tangannya.

"Kau semakin lama semakin tak tahu diri" (Namakamu) terdiam.

"Apa salahku? Aku hanya bertanya"

"Itu urusanku, bukan urusanmu"

Lalu terdengar suara ketukan pintu yang sangat keras, Iqbaal dan (Namakamu) terlonjat, dengan segera Iqbaal membuka pintu dan menampilkan Jack dengan raut cemasnya.

"Pangeran, yang mulia--"

"KENAPA AYAHKU?!" Sentak Iqbaal membuat seluruh pengawal terkejut, (Namakamu) menyusul Iqbaal yang berdiri di belakang pintu.

"Raja Peter mengejang" (Namakamu) dapat merasakan tubuh Iqbaal seketika bergetar, ia dengan segera berlari ke tiga kamar dari kamarnya, (Namakamu) mengikutinya tanpa memikirkan tata krama saat memasuki kamar raja, ia masuk begitu saja tanpa menunduk atau apapun.

Prince Obsession || IDR✔ 18++Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang