Chapter 5 – Yuusha
"Sudah 100 tahun lamanya sejak kerajaan Mazoku berdiri"
Kata seseorang dengan pakaian bernuansa emas dan duduk di atas singasana, di mahkotai batu rubi merah.
"Sudah banyak manusia yang menjadi korban keganasan para Mazoku", lanjutnya dengan berwibawa.
Ruangan terang benderang itu disi dengan orang-orang yang mayoritasnya memakai baju zirah dan dilengkapi dengan pedang. Di tengah ruangan di hadapan singasana, berlutut dengan patuh 5 orang muda mudi dengan wajah yang serius.
"Setelah menunggu 100 tahun lamanya, akhirnya terlahir penyelamat umat manusia. Yuusha dan rekannya, aku perintahkan kalian untuk menghancurkan para Mazoku, bunuh Maou dan selamatkan umat manusia dari kekejamannya"
"Siap!! Perintah baginda raja akan kami laksanakan. Kami akan mengerahkan seluruh kekuatan kami untuk menyelamatkan Saasara"
Kata salah satu pemuda yang berlutut dengan lantang. Pemuda itu memakai zirah berwarna silver dengan pedang panjang hitam tersemat anggun dipinggangnya. Bersama dengan ke empat rekannya orang yang dipanggil Yuusha itu berjalan dengan tegap keluar dari istana dan disambut meriah oleh masyarakat yang tinggal di luar istana.
Kelompok pahlawan yang beranggotakan 5 orang itu berangkat dalam diam dengan wajah yang serius, hingga mereka tiba diperbatasan istana yang tidak ada siapapun disana.
"Haaaah.....", Pemuda berzirah silver menghela nafas sambil tertunduk.
"Yuusha, kau baik-baik saja?", tanya pemuda berkacamata dengan jubah berwarna biru tua.
"Armein.... perutku sakit...", jawabnya sambil hampir menangis.
"Yuusha, perlu kurapalkan mantra penyembuh?", tanya seorang gadis dengan baju putih dan kerudung putih membawa tongkat putih berhiaskan bunga lily.
"Miina, sayang sekali yang dialaminya sekarang bukan sakit dari tubuhnya, tapi dari pikirannya", kata Armein.
Miina terdiam dengan wajah khawatir.
"Yuusha, kau benar-benar tidak berubah ya, setiap berhadapan dengan banyak orang kau pasti selalu begini", kata pemuda dengan baju pendek dan rompi berwarna coklat, dengan senapan laras panjang yang dia sandingkan di bahunya.
"Lucas... karena di desaku hanya ada sedikit orang, aku tidak terbiasa... ugh...", jawab Yuusha masih dengan wajahnya yang pucat sambil menutup mulutnya.
"Kalau begitu yang tadi hanya sandiwara?", kata gadis lain dengan penampilan yang hampir sama dengan Lucas, dan busur panah menghiasi punggungnya.
"Yang tadi?", tanya Armein
"Tadi Yuusha berjalan dengan tegap dan menjawab baginda raja dengan suara lantang"
"Ah... itu kah... sebenarnya begini Lucia, Yuusha mau bagaimanapun tetaplah Yuusha, kemarin aku bilang padanya untuk jaga penampilan agar dapat diakui oleh seluruh kerajaan Engavamille. Agar dia tidak gugup dan bergumam tidak jelas saat menjawab raja, aku menyuruhnya untuk menjawab dengan berteriak. Lalu agar dia bisa berjalan tegap..."
Armein merogoh sesuatu dari dalam zirah dipunggung Yuusha dan mengeluarkan sesuatu dari sana.
"Pa... papan.... karena itu sedari tadi walau Yuusha tidak enak badan dia tetap berdiri tegap"
Setelah papannya diambil pada akhirnya Yuusha bisa sedikit menyamankan posturnya.
"Yuusha, biar kau jadi lebih baikan, lihatlah ke kejauhan, lihat pohon-pohon yang disana", kata Lucas sambil menepuk-nepuk bahu Yuusha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Isekai For my brother I'll become a demon lord
AventuraMalaikat maut yang sedang training salah mencabut nyawa?! Pilihan Kanato hanya dua, dikirim ke surga atau dilahikan kembali Tapi harapan Kanato hanya satu, bertemu kembali dengan adiknya, yang ternyata....... Cerita pertamaku, jika berkenan tolong b...