Bab 1

138 4 0
                                    

Noted, pict di atas adalah Qin Feiye, ketika masih berstatus pangeran & putra mahkota berusia 18 tahun.

         Qin Feiye, sang putra mahkota sedang berjalan di sekitar desa shunyuan yang tidak jauh dari wilayah istana kekaisaran Qinxi, dengan memakai pakaian bangsawan biasa, untuk melihat-lihat keadaan rakyat sekitar nya dan sekalian melihat opera cina yang sedang berlangsung di sebuah kedai teh, yang mengisahkan kisah perjuangan cinta antara pangeran tampan dengan putri yang berasal dari rakyat biasa, cerita yang sangat mengharukan untuk di ceritakan di malam yang indah seperti ini.
          Tidak jauh dari tempat duduk sang putra mahkota, ada seorang nona cantik memakai cadar putih  yang juga sedang mendengarkan cerita cinta yang sedang di kisahkan oleh opera cina tersebut, nona cantik memakai cadar putih ini adalah putri Liu Yi Fei. Nona cantik ini sedari tadi sedang memandangi seorang pria tampan yang duduk tidak jauh dari dirinya. Merasa sedang di perhatikan oleh seseorang, pria tampan itu akhirnya menoleh ke arah orang yang sedang memperhatikan nya dan pandangan mereka pun bertemu, namun tidak lama kemudian mereka memutuskan pandangan nya bertepatan dengan selesai nya opera cina tersebut. Nona cantik itu segera meletakkan beberapa koin perak untuk membayar minuman dan makanan yang di pesannya dan kemudian pergi untuk pulang kerumah nya dan meninggalkan sapu tangan nya yang bersulamkan bunga persik dan ujung nama yaitu fei.
          Pria tampan yang merupakan Pangeran putra mahkota itu bangun dari tempat duduk nya dan melihat ada sapu tangan yang ketinggalan di meja yang sebelumnya di tempati oleh seorang gadis cantik bercadar putih, Putra Mahkota itu pun mengambil sapu tangan tersebut dan berusaha mengejar gadis bercadar putih itu namun kehilangan jejak tidak lama kemudian.
           Karena kehilangan jejak sang gadis bercadar putih, Putra mahkota itu pun segera kembali ke istana untuk bertemu ibu nya, Permaisuri Jin Ru Yi, untuk bercerita tentang hal yang dia temukan selama berjalan di pasar desa shunyuan tadi. Sesampainya di kediaman Phoenix, kediaman khusus ibu suri, diri nya langsung menyapa sang ibu yang sedang duduk bercengkrama dengan ayahnya Kaisar Qin Xuan Yuan perihal masalah laporan para menteri  istana hari ini, karena melihat keberadaan sang ayah, Feiye pun menyapa ayah nya sekalian...
" Hormat untuk mu ayah & ibu, semoga di berkahi umur yang panjang dan sehat selalu " ucap Feiye.
" Hormat mu di terima anak ku, kebetulan sekali kamu kemari anak ku, ada yang ingin kami bicarakan dengan mu nak... " ucap Sang Ayah, Kaisar Qin.
" Ada hal apa yang ingin di bicarakan dengan ku ayah...?" tanya Feiye.
" Sewaktu kamu lahir, kami telah meminta tetua peramal istana, Tetua Han untuk meramalkan calon pasangan mu nak, dan tetua telah meramalkan bahwa pasangan mu yang nanti nya akan menggantikan posisi ibu sebagai permaisuri nak, memiliki tanda lahir burung phoenix bulan, yang arti nya memang di takdirkan untuk menjadi pasangan sang kaisar masa depan yang memiliki tanda lahir naga matahari, yaitu dirimu, nak, jadi apakah kamu akan menerima pasangan yang di takdirkan untuk mu itu anak ku...?" ucap Sang Ibu, Permaisuri Jin.
" Apakah benar begitu ibu....?" tanya Feiye.
" Benar nak, kami semua mendengar sendiri ramalan tetua Han, di Aula Istana, sehari setelah kelahiran mu nak..." ucap sang Ayah, Kaisar Qin.
" Lalu di manakah aku bisa menemukan pasangan ku itu Ayah dan Ibu....?" tanya Feiye.
" Kamu bisa menemui nya di kediaman guru besar Liu Xuan Fei, anak ku, pasangan mu adalah putri tunggal nya..." ucap sang ibu, Permaisuri Jin.
" Baiklah Ibu, besok aku akan pergi ke kediaman guru besar Liu, tetapi sebelum nya, apakah Ibu dan Ayah tahu dan mengenali sapu tangan ini milik siapa....?" tanya Feiye kepada orang tua nya, sambil menyerahkan sapu tangan itu kepada ibu nya.
" Sapu tangan ini, ibu tidak tahu siapa pemilik nya, memang nya kamu temukan di mana sapu tangan ini nak....?" tanya Sang Ibu.
" Aku menemukan nya di kedai teh, ketika aku berjalan di desa shunyuan, ibu, nona bercadar putih pemilik sapu tangan itu duduk tidak jauh dari ku dan ketika sedang menonton opera cina yang ada di kedai teh itu ibu..." ucap Feiye.
" Kamu bisa menanyakan nya lagi kepada pelayan yang ada di kedai teh itu nak, mungkin saja mereka tahu siapa pemilik sapu tangan ini nak..." ucap sang Ibu.
" Benar juga Ibu, kenapa tidak terpikirkan oleh ku ya, baik lah ibu, aku akan menanyakan kepada pemilik kedai teh nya besok sekalian aku pergi ke kediaman guru besar Liu, Ibu dan Ayah, aku mohon pamit untuk beristirahat, selamat malam Ayah dan Ibu..." ucap Feiye sekalian berpamitan pada orang tua nya.
" Istirahat lah anak ku, kamu pasti lelah setelah berjalan di luar istana setengah hari ini...." ucap Sang Ayah dan Ibu nya.
           Dengan hati gembira, pangeran putra mahkota ini pun kembali ke kediaman nya, Kediaman Matahari, untuk membersihkan diri dan beristirahat....

See you next chapter😊😊😊

The Emperor and The Main EmpressTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang