🎼 ㅡ Tertulis hanya selembar

167 53 8
                                    

Let this ending become a new beginning

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Let this ending become a new beginning. Setbacks will help us become stronger.

🌻
Happy Reading
🌻

Mark yang ingin menyusul Edelweiss menyebrangi Jalan, terkejut bukan main. Sebuah mobil melaju kencang dari sisi kanan, menghantam tubuh Edelweiss hingga terlempar ke pinggir jalan.

Mark sangat ketakutan. Ia berlari menghampiri Edelweiss yang terhalang mobil itu di pinggir jalan. Menatap Edelweiss yang kepalanya kini bersimbah darah.

"Edelweiss!" Mark berusaha mengangkat Edelweiss, namun darah dari kepalanya semakin deras bercucuran. Mark berteriak meminta tolong kepada warga sekitar.

"Telpon ambulans! Tolong telpon ambulans sekarang!" pinta Mark pada warga sekitar. Mark mengenggam tangan Edelweiss yang kini sudah tidak sadarkan diri. Ia ketakutan sekali.

"Edelweiss ... ayo bangun ... Edelweiss ... tolong bertahan ...." Air mata Mark mengalir. Orang-orang yang melihatnya tampak merasa iba, menyaksikan Mark memeluk Edelweiss yang tubuhnya teruka dan penuh darah.

Tak lama kemudian, ambulans datang bersama dengan para polisi. Pengendara mobil yang menabrak Edelweiss pun menjelaskan bahwa dia memang tidak melihat ada seseorang yang akan menyebrangi jalan saat itu.

...🌱...

Edelweiss dibawa menuju ruang IGD. Mark terduduk lemas di depan pintu ruangan. Ia takut terjadi sesuatu yang lebih buruk pada Edelweiss. Dia takut Edelweiss meninggalkannya.

Mark menelpon Lucas. Satu-satunya orang yang harus ia kabari saat ini. Untungnya Handphone Lucas aktif dan Mark langsung memintanya bergegas ke rumah sakit sekarang juga.

"Mark!" Seseorang membuyarkan lamunan Mark yang masih terduduk di lantai rumah sakit.

"Duduk di sini. Tenangin diri lo dulu," ucap Jaemin. Dia datang bersama Jeno, Renjun, Chenle dan Jisung.

"Ini semua gara-gara gue ...." isak Mark.

"Edelweiss pasti baik baik aja ... lo harus tetap tenang. Ini bukan salah lo," ujar Jeno.

Tak lama kemudian, Lucas datang bersama dengan teman temannya yang menginap di rumah. Wajahnya terlihat sangat cemas.

"Kenapa bisa gini?! Lo! Kenapa lo nggak jagain adek gue hah?!" Emosi Lucas tidak terkontrol. Dia berteriak keras memecah keheningan lorong rumah sakit.

"Heh, tenang, Cas! Jangan main nyalahin orang gini. Bukan salah Mark. Dia nggak punya kewajiban buat jagain Edelweiss. Ini kecelakaan nggak disebgaja. Kita berdoa yang terbaik buat Edelweiss," ucap Taeyong menahan Lucas yang tersulut emosi dan hampir menampar Mark.

Sementara Mark masih tertunduk. Yang ada di kepalanya hanyalah Edelweiss. Ia terus berdoa, berharap gadis itu baik-baik saja.

...🌱...

Seorang dokter keluar dari ruang IGD. Lucas dan yang lain langsung menghampiri dan menanyakan keadaan Edelweiss.

"Atas nama keluarga korban? Stephina Edelweiss?" tanya dokter itu.

"Iya, Dok. Saya kakak kandungnya," jawab Lucas tak sabar.

"Cukup banyak luka-luka di tubuhnya. Kepala korban terbentur sangat keras saat mobil menghantam tubuhnya hingga terlempar cukup jauh. Korban sudah kami tangani dengan baik. Hanya saja saat ini, Korban masih koma. Kami belum bisa memastikan kapan korban bisa sadar. Korban akan kami pindahkan ke ruang ICU dan bisa dijenguk dengan jumlah orang secara terbatas," jelas dokter dengan Nametag Ardanta Seok Jin itu.

"Terima kasih banyak, Dokter ... terima kasih ...." ujar Lucas. Dokter itu membungkuk dan berlalu. Pintu IGD kembali terbuka dan terlihat para perawat mendorong bangsal yang ditempati Edelweiss. Wajahnya sangat pucat. Ada lilitan perban di kepalanya dan plaster luka tubuhnya.

Lucas dan teman-temannya segera mengikuti para perawat memindahkan Edelweiss ke ruang ICU. Sementara Mark masih terduduk diam di kursi tunggu.

"Lo nggak mau jenguk Edelweiss?" tanya Jaemin yang sebenarnya ingin ikut bersama Lucas, namun menahan diri saat melihat Mark masih diam di tempat yang sama.

"Mungkin, nanti. Gue belum berani ngeliat dia sekarang."

"Oke gue ngerti, bro ... Mau gue pesenin Gojek?"

"Nggak usah. Thanks, Jaem. Oh iya, sampein maaf gue ke kak Lucas. Dia pasti marah banget sama gue," ucap Mark dan berlalu. Ia keluar dari rumah sakit dan berjalan menuju sebuah tempat.

...🌱...

Mark berhenti di dua buah makam yang berdampingan. Terukir indah nama dua orang yang sangat berarti untuknya itu.

Jonghyun Distiantoro

Sulli Ercessia Andini

Nama yang terukir di batu nisan itu. Mereka adalah orang tua Edelweiss. Orang yang sangat berarti bagi Mark. Orang tua Edelweiss, sudah seperti orang tua kandungnya sendiri. Mereka memperlakukan Mark layaknya anggota keluarga mereka sendiri.

"Assalamualaikum, om, tante. Ini Mark ...." Mark mengusap makam kedua orang tua Edelweiss itu.

"Om sama tante gimana kabarnya di sana?"

"Mark minta maaf, Mark nggak bisa jadi yang terbaik buat Edelweiss. Mark belum bisa jagain Edelweiss. Mark bikin Edelweiss sakit."

"Tapi Mark bakal berusaha ada buat Edelweiss terus, meski Mark nggak bisa bahagiain Edelweiss lebih lama lagi .... "

"Mark pulang dulu ya, om, tante. Sekali lagi Mark minta maaf .... "

"Assalamualaikum ...."

Mark berlalu dari pemakaman, berjalan menuju sekolahnya. Lingkungan sekolah sudah cukup sepi. Hanya beberapa siswa yang menyelesaikan jam Ekskul berlalu lalang. Mark mengambil tasnya di dalam kelas lalu bergegas pulang ke rumahnya.

Di perjalanan menuju rumah, darah tiba-tiba keluar dari hidung Mark. Ia segera membersihkan darah itu dengan Tissue. Melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Ia terisak, merasa dirinya yang bersalah atas kecelakaan Edelweiss. Mobilnya terhenti di sebuah jalanan sepi.

"Lo brengsek Mark! Lo brengsek!" teriaknya keras sembari memukul setir mobilnya. Air matanya mengalir deras.





Jangan lupa Vote 🌱
See di next chapter





Publish : 29 Februari 2020
Revisi : 21 Juli 2020

Pulau Jingga ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang