"Kakek! Nenek! Indah rindu kalian."
Aku Indah, saat ini aku duduk di bangku sekolah menengah pertama. Kali ini, aku akan menceritakan tentang pengalamanku saat aku masih kecil, kira-kira berumur enam tahun. Pengalaman ini tidak bisa aku lupakan hingga saat ini. Pengalaman mengerikan yang tidak terduga di rumah kakekku. Kejadian itu bisa saja merenggut nyawaku. Syukurnya, saat itu ada kakek yang menyelamatkan diriku tepat waktu. Kejadian itu bermula saat aku sedang berlibur ke rumah kakek bersama orang tuaku.
Setelah perjalanan panjang yang kami lewati, akhirnya kami sampai di rumah kakek. Rumah kakek ini terbilang masih berada di daerah pedesaan. Tetangga di sekitar sini sangat ramah. Di daerah ini, masih banyak sawah yang terbentang luas. Dengan pengairan yang lancar, tanaman-tanaman di sini tumbuh dengan subur. Selain sawahnya yang masih luas, ada juga hutan di daerah ini. Hutan dengan berbagai jenis tumbuhan dan pohon-pohon besar.
"Kakek! Aku ikut ke sawah, ya?" tanyaku pada kakekku. Kakekku adalah seorang petani, beliau juga pemilik dari beberapa petak sawah tersebut. Aku saat itu memang mempunyai keingin tahuan yang besar. Aku ingin tahu bagaimana orang menanam padi, memanen padi, dan lain-lain.
Kakek menyetujuinya. Aku boleh ikut kakek ke sawah. Kami berangkat dengan jalan kaki. Jarak dari rumah ke sawah tidak jauh, anak sekecil aku saja masih kuat berjalan ke sana. Kakek menggandeng tanganku di sepanjang jalan. Sesampainya di sawah, kakek menyuruhku duduk diam di gubuk dekat petak sawah yang beliau ingin bajak. Aku memperhatikan keadaan sekeliling sawah ini. Petani-petani sedang sibuk dengan pekerjaannya. Mencangkul tanah. Menanam padi. Mengairi sawahnya.
Pandanganku terus berputar. Berpindah dari sisi yang satu ke sisi yang lain. Tak jauh dari pandanganku, aku melihat hutan bambu yang lumayan lebat. Yang membuatku tertarik dari hutan itu bukanlah bambunya, melainkan, sebuah sumur yang berada ditengah-tengah hutan itu. Sebagai anak kecil, pastilah aku ingin tahu tentang sumur itu. Aku turun dari gubuk dengan hati-hati, dan berjalan menuju sumur itu dengan hati-hati juga.
Aku sampai di sumur itu. Wow! Aku kagum. Sumur ini sudah ditumbuhi oleh lumut, sepertinya usianya sudah tua. Sepersekian saat setelah rasa kagumku, aku terkejut. Sosok wanita muncul di hadapanku. Rambutnya panjang menjuntai di depan, menutupi seluruh wajahnya. Aku ingin kabur dari sini! Aku tidak bisa kabur ternyata. Sosok itu memegang tanganku. Seakan-akan ia ingin mengajakku masuk ke dalam sumur.
"Kakek!" teriakku. Aku terus berteriak sekencang-kencangnya.
"Kek! Kek! Cucumu, kek!" salah seorang teman petani kakek memberitahu kakek. Kakek beserta petani-petani yang lain menghampiriku.
Saat itu, aku hanya bisa menangis sekencang-kencangnya sambil memanggil kakek terus-menerus. Untung saja kakek segera datang kepadaku. Kakek segera membaca mantra agar sosok wanita itu lenyap dari hadapan kami. Sosok itupun melepaskan aku dari genggamannya. Namun, ia mengalihkan pandangannya pada kakek.
Mulut kakek terus bergerak untuk membacakan mantra. Sepersekian detik setelahnya, sesosok makhluk berbadan besar dengan tanduk kerbau di kepalanya hadir di hadapan kami. Sepertinya, sosok itu adalah suruhan kakek. Sosok yang merupakan suruhan kakek itu menghajar sosok wanita di depannya. "Wah, perkelahian antar hantu," pikirku. Aku hanya bisa melongo melihatnya.
Sosok suruhan kakek menghajar sosok wanita itu. Ia menyerangnya dengan tanduk kerbau miliknya, sepertinya tanduk itu super kuat. Sosok wanita itu menyerang balik sosok suruhan kakek. Ia menggerakkan rambutnya untuk menahan beberapa serangan dari sosok suruhan kakek. Rambutnya memanjang, melilit, dan bergerak ke sana kemari.
Perkelahian selesai, sosok wanita itu melemah. Sosok yang merupakan suruhan kakek menyuruhnya kembali masuk ke dalam sumur dan tidak boleh keluar dari sana lagi. Setelah sosok suruhan kakek itu lenyap dari hadapan kami, kakek kembali membacakan suatu mantra, mantra yang terakhir. Mantra itu adalah untuk mengurung sosok wanita yang sudah melemah tadi.
Kakek segera mengajakku pulang. Sesampainya di rumah, aku menangis dan menceritakan hal tersebut pada nenek dan orang tuaku. Kejadian tersebut tak bisa aku lupakan hingga saat ini. Tentang bagaimana sosok itu memegang tanganku dan mengajakku masuk ke dalam sumur, dan tentang perkelahian antar hantu yang terlihat seru bagi anak seusiaku waktu itu. Kejadian itu akan aku jadikan sebuah pelajaran, bahwa, aku tidak boleh masuk ke kawasan terlarang tanpa izin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sumur Petaka
Short Story[COMPLETED SHORT STORY] Sumur di tengah pohon-pohon yang lebat, menyimpan sebuah misteri. Ada sosok yang menghuni sumur itu. #Thx for always support me :'v #Enjoy every my stories :'v #Jan lupa vote juge ye gais :'v luph yuw <3