03. Jadian?

5.9K 591 45
                                    

03

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

03. Jadian?

"Gue udah jadian sama cewek yang udah dua Minggu lalu ini gue ikutin."

Uhuk!

Reyhan segera menyimpan kopi hangatnya di atas meja.

Apa yang sahabat kecilnya katakan barusan?

Jadian?

Apakah Azka serius dengan ucapannya yang 2 Minggu lalu? Apa Reyhan saja yang terlalu menganggap ucapan Azka itu hanya candaan saja? Dan Reyhan tidak terlalu serius menanggapinya.

Kenapa Reyhan bisa berpikir seperti itu? Jika ia saja tahu ucapan Azka tidak pernah main-main.

"Jadi, lo serius sama ucapan lo itu?"

"Selama ini lo mikir kalo gue bercanda?" Reyhan mengangguk.

"Gue nggak bercanda tentang perasaan."

Walaupun gue udah ingkar sama janji sendiri.

"Kapan lo jadian sama cewek yang lo maksud itu?"

"Empat hari lalu."

"Anak-anak Reagan's udah pada tau kalo lo nembak cewek?"

"Hubungan gue sama Sea nggak publik." Azka menggeleng dengan pelan.

"Maksud lo, hubungan lo rahasia gitu?" Reyhan menghela napasnya ketika mendapatkan anggukan kepala dari Azka.

"Bukannya itu bakal beresiko, Azka?"

"Kalo gue mempublikasikan hubungan gue sama Sea. Gadis gue yang bakal jadi bahan ancaman sama anak geng lain, musuh gue."

"Tapi, gimana pun, sedalam apa pun lo simpan rahasia. Kita nggak tau gimana kedepannya?" Nada bicara Reyhan terselip nada khawatir.

"Iya, gue tau." Azka menjeda. "Resikonya bakal lebih berat, kalo waktu itu udah tepat, gue bakal terima apa pun konsekuensinya."

"Tentang lo yang udah ketangkap basah ambil data pribadi cewek itu sama Guru, apa kedua orang tua lo dan abang lo tau? Kabar lo tentang ini sampai nggak ke Inggris dan Australia sana? Pastinya Guru kasih laporan ke kedua orang tua lo dan abang lo." Reyhan kembali mengambil segelas kopi hangatnya yang bahkan sudah terasa dingin.

"Kedua orang tua gue, maupun abang gue belum telpon gue sama sekali, dan gue yakin, pasti mereka udah tau tentang ini." Azka berucap santai, menyandarkan punggungnya pada sofa malas di ruang tamunya.

Bibir Azka mencetak senyuman. "Orang tua gue nggak bakal marah kalo tau gue lagi deket sama cewek gini ..."

".... Tapi abang gue, gue yakin, pasti kalo dia ada di sini, dia pasti langsung bogem gue tanpa pikir panjang."

Azka kembali mengangkat punggungnya. Teringat jika ia harus menjemput gadisnya di cafe.

Azka menatap Reyhan yang kini tengah memainkan handphone-nya. "Lo mau pulang atau nginap lagi di sini?"

"Gue mau pulang, tapi bentaran."

"Oke," sahut Azka, segera bangkit tempatnya.

"Lo mau kemana?"

"Gue mau jemput cewek gue."

"Kalo yang udah bucin mah, beda ya?" Ejek Reyhan, pergerakan Azka pun terhenti, Azka merapihkan jaket Reagan's yang ia pakai.

Azka memutar bola matanya. "Nanti juga lo ngerasain bucin sama cewek sendiri."

***

Azka memarkirkan motornya di depan cafe. Menempuh perjalanan dari rumah ke cafe tempat gadisnya bekerja tidak terlalu memakan banyak waktu. Keluar dari area rumahnya, dan tetap melaju beberapa meter, setelahnya terdapat cafe yang saat Sabtu sore ini saja sudah ramai pengunjung.

Azka memasuki cafe tempat gadisnya bekerja. Sore ini memang belum jamnya gadisnya pulang. Tapi Azka ingin meminum coffe khas buatan dari cafe ini, sembari menunggu gadisnya selesai.

Azka menyimpan kembali daftar menu di tangannya. Penglihatannya teralihkan ketika melihat gadisnya keluar dari dapur cafe. Wajahnya begitu penat.

Azka berdiri, kakinya pun bergerak melangkah mendekati gadisnya yang tampak tidak menyadari kehadirannya saat ini.

"Hei." Suara Azka masih berada di intonasi sedang, namun gadisnya merespon terkejut.

"Huh! Kamu!" Hembusan napas lelah terdengar, Azka masih menahan bawah nampan berisi pesanan yang gadisnya bawa yang hampir saja jatuh tadi.

"Maaf." Azka tersenyum, perlahan mulai mengambil alih nampan yang gadisnya bawa.

"Kamu dari kapan udah ada di sini? Ini 'kan belum waktunya jam pulang kerja aku." Sea mendongak, menunggu jawaban dari sosok cowok tinggi di sampingnya.

"Baru lima menit tadi." Azka menoleh, menatap gadisnya juga. Mereka berdua berjalan pelan melewati beberapa meja yang terisi oleh pengunjung.

"Lain kali, kalo mau jemput aku, pas jam pulang aja." Sea berucap pelan.

"Kenapa? Gue mau minum coffe dulu sambil nunggu lo selesai."

"Tapi aku masih lama."

"Kenapa emangnya? Gue nggak apa-apa ko nunggu lo."

Sea berjinjit, berusaha menyamakan tinggi tubuhnya dengan Azka. "Teman-teman kerja aku selalu nanyain kamu." Bisiknya pelan.

Tawa Azka yang ingin meledak ia tahan. Masih dengan posisi tangan membawa pesanan, Azka menatap gadisnya yang kini berona setelah mengatakan tadi. Gadisnya cemburu.

"Kenapa nggak bilang kalo kita berdua ini––"

"Aih, udah ah, pasti pelanggannya nungguin pesanannya!" Wajahnya berubah cemberut namun rona di pipinya semakin kentara.

Kedua tangan Azka pun terasa ringan. Nampan yang berada di tangannya di ambil kembali oleh Sea. Azka tetap berdiri, memperhatikan gadisnya yang tengah menyimpan pesanan ke meja pelanggan.

"Lucu banget, si, kalo lagi blushing kaya tadi."

To Be continued

FOLLOW IG:

@bluerira20
@rirajj_
@azkaseastory

AZKASEA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang