DELAPAN BELAS

5.3K 399 9
                                    

"Telen dulu, nanti Kamu malah mual loh Sel." tegur Jeana yang sedang menyuapkan ikan bakar kepada Gisel agar anak itu juga makan nasi. Tapi dasarnya anak-anak, Gisel masih menyuapkan sosis bakar kedalam mulutnya yang masih penuh.

Meski dengan wajah cemberut, Gisel menuruti kata Jeana. Gadis kecil itu sudah terlalu sering kena batunya setelah ngeyel dengan apa yang Jeana bilang. Kali ini, Dia kapok.

"Banyakin ikanya, Tan." pinta Gisel. Tangan kirinya sibuk menggoyangkan setusuk sate kali ini.

Dari jarak tiga kursi, Hesti menatap dengan mata berkaca-kaca. Melihat betapa Jeana dengan telaten dan sabar menyuapi Gisel, tanpa sungkan menggunakan tanganya tanpa sendok. Hal yang tak pernah dilakukan oleh ibu kandung Gisel. Sepasang matanya beralih pada Andra yang membawakan sepiring aneka daging yang sudah matang.

"Aku mau dong."

"Ih Papi kan bisa makan sendiri. Jangan ganggu Gisel makan dong." gerutu Gisel saat Andra mencuri suapan dari Jeana.

Jeana tertawa melihat tingkah Ayah-Anak itu. Andra dengan usilnya masih menggoda Gisel dengan menyerobot suapan dari Jeana, atau memakan sate dalam genggaman Gisel.

"Mas Andra pasti bahagia, Ma." Dinda memeluk Ibunya erat.

Hesti menoleh dan mengangguk. "Mama lega, akhirnya Mas mu bisa menemukan kebahagiaanya lagi."

Hesti merasa bersalah atas perceraian Andra dengan Hana-istri pertamanya. Dia yang menjodohkan mereka meski Andra sempat menolak. Melihat putranya yang kewalahan mengurus Gisel saat bayi. Ia sering kali mendapati wajah frustrasi Andra dengan Gisel yang rewel digendonganya.

"Maaf ya, Mama sempat mengabaikan kamu."

Dinda mencium pipi Ibunya. "Dinda paham kok, Ma. Jadi sekarang Dinda mau puasin ah bermanja-manja sama Mama."

¤¤¤

"Kamu juga makan, sayang." Andra mendekatkan sate udang dan cumi kepada Jeana. Wanita itu terlalu fokus memperhatikan Gisel yang berlarian bersama Haikal usai mengatakan kenyang.

"Aku suapin deh, Aaakk?"

"Enak." puji Jeana menerima suapan Andra.

"Ini Aku loh yang bakar, khusus buat Kamu." Andra menyodorkan setusuk sate udang.

Jeana tertawa mendengar gombalan Andra. Kali ini Jeana menunjuk cumi-cumi agar Andra menyuapinya lagi. "Enakan udang, yang."

"Kamu panggil apa?" Andra menghentikan suapanya pada Jeana.

"Yang, sayang lah. Kenapa?" Jeana memajukan kepala dan menggigit sepotong udang.

"Gitu aja terus. Jangan cuma di depan orang tua Aku dong."

Jeana terkekeh, lalu pura-pura berfikir. "Ada syaratnya tapi."

"Apa?"

"Anterin Aku sama Gisel hari minggu ya? Lagi akk.. udangnya."

Andra mendekatkan sate udangnya. Mengusap saus yang belepotan di sudut bibir Jeana. "Kemana?"

"Beli perlengkapan sekolah Gisel. Minggu depan Dia sudah masuk SD loh." Jeana meraih satu tusuk sate sapi. Menyuapkan pada Andra yang masih mendengarkanya.

"Ah iya, maaf ya Aku lupa. Janji hari minggu Kita keluar."

"Duh Kamu ini, masih muda kok udah pikun aja." goda Jeana.

I Take YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang