Prolog

8 3 0
                                    

Sore itu langit terlihat mendung. Dedaunan kering menyapu halaman depan suatu rumah yang terlihat sangat minimalis. Semilir angin menambah daya dedaunan untuk mempercepat langkahnya menyapu tanah. Rintik-rintik hujan perlahan turun dan membasahi tanah yang kering itu.

Pintu terbuka. Tampak seorang wanita cantik yang memakai dress berwarna cream keluar dari dalam rumah. Ia melihat langit yang gelap dengan tatapan menggertak, "Ahh, hujan lagi". Ia melihat pergelangan jam tangannya. "Gimana nih, aku hampir terlambat" keluh Ryn.

Seorang pria muncul dibelakangnya, "Kau mau kemana? Pergi ke acara kelulusan". Ryn melihat pria itu, "Kakak mengagetkanku saja" jawab Ryn melihat kakaknya.

"Ya, aku akan pergi kesana" ucap Ryn melihat kakaknya.

"Hari akan hujan. Jika kau memaksa pergi, kau akan kerujanan dijalan" jawab kakak sambil memasukkan tangannya didalam saku celana.

"Aku hampir terlambat kak. Pesta kelulusan akan dimulai 30 menit lagi. Kenapa harus datang hujan disaat seperti ini" keluh Ryn.

"Kalau begitu pakailah payungmu. Hmmm, tidak. Aku saja mengantarmu" ujar Gino yang memakai jaket hitam. Ia mencapai payung yang ada disudut pintu masuk.

Ryn memegang tangan kakaknya, "Tidak kak, aku akan pergi sendiri saja. Lagi pula itu tidak terlalu jauh. Kakak tidak perlu mengantarku".

"Kenapa kau mengatakan seperti itu. Terlalu bahaya jika pergi sendiri. Jalanan akan licin dan liat sepatu yang kau kenakan itu. Itu terlalu tinggi dan berbahaya. Kau bisa terjatuh jika tidak berhati-hati" ujar Gino sembari melihat Ryn dengan tajam.

"Kakak, kumohon. Berhentilah bertingkah seperti ini. Ini acara pesta kelulusanku. Aku mau pergi sendiri saja" ujar Ryn dengan kesal.

Vino melihat Ryn dan membuka payungnya dan melihat Ryn, "Aku lebih mengkhawtirkanmu ketimbang diriku sendiri. Aku tidak ingin sesuatu terjadi padamu. Aku yang bertanggung jawab padamu setelah ayah tidak ada" ujar Gino melihat Ryn.

Ryn tediam dan melihat Gino.

I'm YoursWhere stories live. Discover now