22. Melindungi

2.8K 375 12
                                    

Rumah Kyungsoo mendadak ramai di tengah malam. Beberapa saat yang lalu, pintu apartemen mereka diketuk. Kyungsoo satu-satunya orang yang belum terlelap mengintip terlebih dahulu. Ia langsung membuka pintu apartemennya saat melihat Sehun datang dengan tertatih dan wajah babak belur.

"Kau yakin ini tidak perlu sampai di bawa ke rumah sakit?" tanya Jihwan yang terbangun karena Kyungsoo jadi ramai sendiri beberapa saat yang tadi.

"Aku baik-baik saja hyung. Hanya saja kalau aku pulang dalam keadaan begini ibuku bisa sangat khawatir," jelas Sehun yang duduk di sofa dengan Kyungsoo yang sibuk mengobati lukanya.

"Kasihan sekali Sehun hyung, harusnya hyung langsung lari saja tadi bukan melawan mereka." Jisung ikut berkomentar.

"Sudah-sudah, Jisung tidur di kamar hyung dulu ya, biar Sehun tidur di kamar Kyungsoo," ucap Jihwan dan Jisung mengangguk setuju.

"Tidak perlu hyung, aku tidur di sini saja." Sehun buru-buru menjawab.

"Iya, Sehun biar tidur di sini, kalian kembalilah tidur. Biar aku yang mengurus Sehun." Kyungsoo bicara tanpa mengalihkan perhatiannya pada luka Sehun.

Sadar kehadirannya mengganggu, Jihwan dan Jisung akhirnya kembali ke kamar masing-masing. Selanjutnya Kyungsoo meneruskan kegiatannya mengobati luka di wajah Sehun yang babak belur.

"Besok lagi jangan ikuti aku." Kyungsoo sebenarnya merasa bersalah melihat keadaan Sehun.

"Tidak bisa, justru setelah ini aku tidak boleh membiarkanmu sendirian. Jika sampai kau yang dibuat babak belur aku sendiri yang akan menghabisi tua bangka itu!" Sehun berapi-api.

"Iya-iya. Apa ada bagian lain yang sakit?" tanya Kyungsoo saat ia selesai dengan wajah Sehun.

"Tidak ada," jawab Sehun cepat.

"Kemarikan tanganmu." Kyungsoo sempat melihat luka di tangan Sehun dan kini ia mengobatinya dengan pelan.

Sehun hanya diam saat Kyungsoo sesekali meniup pelan lukanya saat memberikan obat. Sebenarnya luka ini tidak sesakit itu bagi Sehun, tetapi ia jadi suka mendapat perhatian seperti ini dari Kyungsoo.

"Tunggu sebentar di sini ya," ucap Kyungsoo setelah selesai mengobati luka di tangan Sehun.

Kyungsoo kembali membawa bantal dan selimut. Ia menata bantal di sofa itu lalu meletakkan selimut di ujung sofa yang lain. Kemudian pria mungil itu menghilang lagi di balik pintu kamar. Sesaat kemudian ia kembali muncul dengan bantal dan selimut yang lain. Kali ini Kyungsoo menggelar selimut tebal miliknya di dekat sofa dan menyusun bantal di sana.

"Kau mau tidur di sini?" tanya Sehun.

"Hmm, sudah tidurlah, besok kita masih harus kuliah." Kyungsoo membereskan peralatan obatnya.

Sehun tersenyum tipis melihat Kyungsoo memilih tidur bersamanya di sini. Padahal Sehun tak memintanya, ternyata Kyungsoo memang punya caranya sendiri untuk menunjukkan perhatian. Sehun melepas jaketnya lalu berbaring di sofa. Ia lupa jika tubuhnya tadi sempat di tendang beberapa kali sehingga memar di tubuhnya terasaa sakit dan membuatnya mengaduh tanpa sadar.

"Punggungmu juga luka?" tanya Kyungsoo mendekat.

"Tidak, ini hanya sakit sedikit."

"Buka bajumu."

"Di sini? Aku malu Kyungsoo," ucap Sehun tersipu.

"Aku mau melihat lukamu Oh Sehun, jangan berpikiran macam-macam!"

Sehun melepaskan kaos polos yang dipakainya. Sekarang barulah terlihat beberapa memar di punggung perut bagian sampingnya. Melihat memar ini, jelas sekali jika Sehun benar-benar dihajar. Kyungsoo diam tanpa melakukan apapun dan hanya memandangi punggung lebar Sehun.

Mom! I'm In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang