DCKD 50

330 17 0
                                    

Allah seolah kasih jalan melalui hal yang bener-bener aku nggak suka, sampai pada akhirnya aku ngerasa bener-bener jatuh cinta.
_____
🌺

"Saya nggak nyangka tangan kamu akan seperti ini lagi." Dua bola mata hitam pekat milik laki-laki berahang tegas itu menatap iba pergelangan tangan perempuan yang duduk di sampingnya.

Alih-alih mengabaikan beberapa orang yang berlalu lalang, bau obat menguar seolah menjadi parfum harian.

Entahlah, yang diajak bicara justru hanya menatap lemas pergelangan tangannya. Kini kembali terbalut perban. Ia kembali belum bisa melakukan aktivitas berat. Tenaga tangan kirinya belum begitu kuat untuk mengangkat beban. Dan pintu ruang dokter yang berdiri kokoh di sampingnya ia duduk perlahan terbuka, mempersilahkan keduanya untuk masuk. Mereka duduk persis di depan seorang dokter.

"Ada hal serius yang dengan berat hati harus saya sampaikan," ujar wanita paruh baya berstelan jas putih. Tatapan wanita berkaca mata tersebut mengujar keseriusan, namun sulit terbaca makna di balik arti tatapan seriusnya. Irfan dan Fifah dibuat bertanya-tanya.

"Kandungan Nona Nisa ... belum bisa kami selamatkan."

Deg! Sesuatu terasa menghantam dada Fifah. Ia mengernyit, sekilas menoleh kepada Irfan yang duduk lebih jenjang darinya. Kemudian ia kembali memalingkan wajahnya ke arah dokter tersebut. Namun jiwanya masih dipenuhi tanda tanya besar soal Nisa.

Ya, tidakkah ia salah dengar? Atau yang didengarnya barusan memang kenyataan?

"K-kandungannya, dok?" tanya Fifah, ragu.

"Iya, kandungannya. Usia janin yang kami perkirakan baru menginjak waktu 2 bulan 3 minggu ini memang sering kali kurang disadari oleh wanita yang baru pertama kali hamil karena calon ibu yang sehat memang pada awalnya tidak menunjukan tanda-tanda apapun. Hasil observasi laboratorium, hal ini terjadi akibat benturan yang sangat keras oleh tubuh calon ibu. Apakah sebelumnya Nona Nisa pernah terjatuh?"

Terjatuh?

Satu kata itu melayang di telinga Fifah. Kepalanya pening, entah kenapa rasa sedih tiba-tiba menjalar lubuk hatinya. Bola mata Fifah kian memanas dan genangan di bola mata sekuat tenaga sedang ia tahan agar tidak tumpah.

"I-iya dok," suaranya kini terdengar parau. Irfan yang menyadari akan hal itu mengusap pelan punggung istrinya, mencoba menguatkan.

"Hasil pemeriksaan kami mengharuskan Nona Nisa untuk dikuret. Karena jika tidak akan berbahaya pada kehamilan selanjutnya," ujar Dokter.

Fifah kembali mencari kontak mata Irfan. Karena pasalnya ia juga kurang memahami bagaimana tindakan baik selanjutnya.

"Apakah pihak keluarga menyetujuinya?" Dokter kembali bersuara.

"S-sebentar, Dok. Biar kami konsultasikan dulu dengan pihak keluarga lainnya."

"Baik. Kami tunggu laporan secepatnya."

"Terima kasih, Dok."

***

Naas sekali. Ternyata terjatuhnya Nisa yang mengenai sudut meja menyebabkan kandungannya tidak terselamatkan. Toh siapa yang tahu kalau gadis itu ternyata sedang mengandung.

Mengandung Anak siapa? Entahlah. Fifah mencoba melupakan hal buruk di masa lalu. Termasuk entah siapa ayah dari kandungan dalam perut sahabatnya itu.

Kini harapan Fifah justru menggebu. Ada niatan ingin kembali mengajak Nisa menjadi seperti dulu, yakni tertutup rapat dengan hijabnya, siang tadi ia mengunjungi salah satu butik bersama Maelda yang baru dikenalnya beberapa jam lalu.

Dengan Cinta-Nya Kucintai DirimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang