"Kamu marah sama saya?" Tanya Pak Arden untuk kesekian kalinya malam ini.
Aku hanya menggeleng pelan. Kini sembari membantu Evyna membereskan tumpukan puzzle yang pada akhirnya kami berdua tidak bisa selesaikan, Pak Arden sedang berkutat dengan ponselnya.
Sekarang aku mengerti maksud dari lelaki buaya. Bisa-bisanya dia berakting peduli dan memberi perhatian kepadaku, ketika di belakang ia juga memperlakukan perempuan lain di belakang. Dasar kamu kampret yang durhaka! Mulai hari ini, saya, Adine Issabella Lim, bersumpah tidak akan baper walau diperlakukan manis sekalipun!
Sumpah ini saya tetapkan sebagai sumpah yang sungguh-sungguh一
"Kamu udah bisa jalan, kan?" Tanya Pak Arden yang kemudian ikut membantu aku dan Evyna membereskan puzzle.
Iya udah, kok! Bapak besok-besok mau fokus sama cewek Bapak yang lain, kan? Sok atuh, teu peduli saya. Untung aja saya belum baper sepenuhnya, bisa-bisa saya cekik Bapak ditempat.
"Ya." Jawabku singkat, mempertegas betapa kesalnya aku padanya.
Pak Arden menghela napas pasrah. Beliau yang tadinya jongkok kini duduk bersila di sebelahku kemudian meminta Evyna untuk keluar dan menunggunya di sofa. Evyna yang terlihat sangat mengantuk menggeleng, mengucek matanya kemudian merebahkan diri di atas pangkuan sang Papa.
"Vina? Jangan tidur sekarang, dong." Meski begitu Pak Arden tetap menidurkan Evyna dengan lembut di atas pangkuannya. Ia mengelus lembut pucuk kepala balita empat tahun itu penuh perhatian. Tak perlu waktu lama untuk balita manis itu terlelap setelah sore yang melelahkan.
"Kebiasaan. Selalu tidur dimana aja dan kapan aja..." Gumam Pak Arden sembari menatap Evyna penuh perhatian.
Ya ampun! Saat ini jantungku rasanya ingin meledak. Kapan lagi coba bisa melihat pemandangan hot daddy secara live begini? Sumpah, tahun ini adalah tahun penuh keberkahan.
Aku tidak tahu bagaimana wajahku kini. Apakah merah? Biru? Hijau? Di langit yang biru? Entahlah. Tapi yang jelas aku bisa merasakan wajahku memanas.
Demi Tuhan! Aku sirik dengan tokoh utama novel yang jantung serta ketahanan batinnya sekuat baja. Yang betul-betul tidak peka dengan perhatian laki-laki tampan disekitar mereka. Aku juga ingin ketahanan batin yang seperti itu...
"Oh, ya, mumpung masih jam segini mau keluar?" Tanya Pak Arden yang entah sejak kapan pandagannya tertuju padaku.
Reflek begitu saja aku menjawab "Iya" tanpa pikir panjang.
Rasanya segala kejadian tadi sore sudah tenggelam dan lenyap begitu saja. Termaafkan oleh pemandangan indah barusan... meski, sesak didadaku masih ada.
一一一
"Kamu marah sama saya?" Tanya Pak Arden.
Aku menggeleng, "Enggak kok Pak."
Pak Arden menghela naps panjang. Ia menatap ke arah langit dengan penuh perhatian. Baru kali ini aku sadar, meski tubuhnya tampak begitu proposional namun lehernya panjang dan jakunnya tercetak begitu jelas.
"Kamu gak capek?" Tanya Pak Arden yang membuyarkan pertahananku. Hanya untuk sesaat. Betul-betul sesaat!
"Capek kenapa?" Tanyaku sedikit tidak niat menjawab pertanyaannya.
Karena, kalau boleh jujur aku sungguh capek. Aku ini bukan manusia munafik yang tidak peka seperti batu malin kundang. Perhatian yang selama beberapa waktu ini Pak Arden berikan justru menembus ke dalam hatiku lebih dalam dari yang aku kira. Sesaat, aku pikir, beliau mungkin ada rasa padaku, namun...
KAMU SEDANG MEMBACA
Ninetynine of Hundred
Novela JuvenilKalau Adine adalah orang yang hidup didunianya sendiri, maka Arden adalah orang yang terobsesi dengan dunia itu. ▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬ Tuntutan pernikahan dari keluarga besar dengan pemikiran primitif, membuat Adine Issabella Lim semakin pusing p...