1

6 2 0
                                    

Dean menghembuskan napasnya frustasi. Alea, wanita yang telah menemaninya selama tiga tahun belakangan mendadak memutuskan meninggalkannya. Kesalahan apa sebenarnya yang sudah ia buat hingga istrinya itu tiba-tiba layaknya orang asing yang begitu membencinya. Bahkan jika pernikahan mereka hanyalah hasil dari sebuah perjodohan rasanya selama tiga tahun ini hubungan mereka benar-benar baik. Dean mencintai Alea dan ia yakin pasti Alea juga merasakan hal yang sama.

Namun apa yang terjadi sebenarnya. Tepatnya sejak tiga bulan lalu, saat tanpa sengaja Dean memergoki Alea tengah berduaan dengan pria lain di sebuah rumah makan. Sejak hari itu sikap Alea berubah kepadanya. Alea mulai sering mengabaikannya.
Dean memang marah padanya hari itu. Namun bagaimanapun juga jika Alea mau menjelaskan padanya, Dean juga tidak akan bertindak demikian. Sayangnya Alea memilih bersikap tak acuh dan malah balik marah pada Dean. "Apaan sih, Mas. Dia cuma temen aku. Jadi cuma segini kepercayaan, Mas, sama aku," ucap Alea saat itu dengan intonasi yang sedikit keras.

Sejak saat itu sikapnya berubah dingin. Dean hampir tidak mengenali wanita itu kalau Alea tidak pernah merawatnya dan begitu perhatian saat ia sedang sakit.

Hari itu saat ia pulang setelah dinas dari luar kota, tubuhnya terasa remuk akibat banyaknya aktivitas yang dilakukannya. Belum lagi pada hari terakhir dinasnya, tanpa sengaja ia memakan udang hingga menyebabkan alerginya kambuh.

Ketika sampai di rumah, Dean segera memasuki kamarnya. Alea yang sedang duduk di tempat tidur, membaca majalah tanpa meliriknya sama sekali.

Dean menghembuskan napasnya lelah. Ia melepaskan kemejanya dan meletakkan di keranjang pakaian. Dean memasuki kamar mandi dan segera mengguyur tubuhnya dengan air. Mendinginkan tubuhnya yang terasa mendidih.

Keluar dari kamar, Dean telah mendapati sepasang pakaian gantinya. Ia segera memakainya, tak sabar untuk segera tidur. Kepalanya sudah sangat pusing. Sebelum Dean sempat menutup tubuhnya dengan selimut, Alea masuk ke kamar membawa nampan berisi makanan.

"Makan dulu," ucap Alea masih sedingin itu, meskipun sedang melayaninya. Dean menerima nampan dari Alea. Meminum susu coklatnya dan meletakkan nampan itu ke meja. Napsu makan Dean hilang, sedikitpun perutnya tidak merasa lapar. Ia hanya ingin segera tidur dan beristirahat.

"Makan, minum obatnya, baru tidur," ingat Alea, matanya masih fokus membaca majalah di tangannya. Dean mengabaikannya. Sebal juga diperlakukan seperti itu.
Dean memejamkan matanya berusaha untuk tidur. Rasanya baru sekejap ia kehilangan kesadarannya. Namun benda dingin yang menyentuh keningnya, membuatnya tersadar kembali. "Makan dulu, Mas. Demam kamu bakal lebih sulit turun kalo kamu nggak mau makan," bisik Alea di telinga Dean.

Dean menahan tangan Alea di keningnya dengan tangan kanannya. Rasanya nyaman sekali saat tangan dingin itu menyentuh permukaan kulitnya yang hangat. "Demam nya akan turun sendiri kalau kamu tetap seperti ini,"

"Aku suapi. Mas Dean harus makan," Dean masih diam, mungkin juga sudah kembali terlelap dalam tidurnya. "Mas," panggil Alea lembut.

Dean membuka matanya perlahan. Menatap wajah khawatir Alea di matanya. Tatapan penuh perasaan yang sangat dirindukannya. Dean hanya tersenyum, lantas mengangguk lemah. Dean duduk menyandar tempat tidur, menunggu Alea yang sedang bersiap menyupinya.

Alea dengan telaten menyuapi Dean. Sesekali suapan itu masuk ke mulutnya. Ia tau Dean tidak akan makan terlalu banyak saat sedang sakit. Dengan cara ini Dean tidak akan sadar seberapa banyak makanan yang telah masuk ke dalam perutnya. Dia hanya menerima suapan Alea, hingga tanpa sadar piringnya telah kosong.

Alea menyuruh Dean tidur setelah memaksanya meminum obat. Dean memejamkan mata, berdoa agar saat ia membuka mata nanti masih dapat melihat Alea nya ini.

WishEsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang