Chapter 2

25 3 1
                                    

Merdu kicau burung, suara angin berhembus, dedaunan yang bergesek. 

Selama perjalanan yang telah ditempuh untuk waktu yang lama, hanya melodi alam saja yang mengisi kekosongan dalam hening selain suara kereta dan hentakan kaki kuda, tidak banyak yang ingin berbincang dalam perjalanan karena harus tetap waspada.

Namun perjalanan itu tetap menyenangkan.

Penglihatan Remiel termanjakan oleh segarnya warna hijau, meski rumput dan daun yang lebih sering dilihatnya, tempat yang terbentuk dengan sendirinya tanpa campur tangan manusia menjadi sebuah seni abstrak tanpa ada kata membosankan.

Ketika pepohonan sudah tidak selebat sebelumnya, Remiel bisa melihat Kastil tengah berdiri kokoh di atas sebuah tebing, membelakangi gunung dan menghadap ke kota yang berada tepat dibawahnya.

Langit yang cerah seolah menjadi tirai indah untuk menyambut kedatangan mereka, dengan warna jingga dan sorot sinar dari satu sisi, seakan Ibu Leluhur Dari Semua Kehidupan menyambut kedatangan mereka.

Mentari yang menyorot Remiel menyingkir seiring perjalanan, perlahan menunjukkan sungai dan lautan jauh di depan sana padanya. 

Remiel tersenyum dan segera memacu kudanya sedikit lebih cepat, dia yang tertinggal di belakang kini ingin menyusul Kereta yang ada di depan sana.

Tidak butuh waktu lama dan usaha keras, Remiel sudah berada di samping Gerbong Kereta Kuda. 

Tangannya yang berlapis sarung tangan besi ringan mengetuk pintu kayu dengan pelan, tapi cukup membuat suara untuk menginformasikan kepada yang ada di dalam.

"Duke, kita sebentar lagi akan sampai."

Sambil terus memperhatikan kedepan, sesekali mata Remiel melirik kesamping, menanti jendela yang tertutup menunjukkan sosok di dalamnya. 

Jendela terbuka, Remiel senang penantiannya tidak mengecewakan.

"Kita tiba lebih cepat dari yang seharusnya."

Remiel mengerjap, bingung dengan apa yang dimaksud lebih cepat. "Duke, kita telah terlambat lebih dari sehari."

"Iya, tapi aku pikir kita akan tiba dalam dua atau tiga hari lagi. Mengingat kita berputar cukup jauh."

Berputar karena tidak ada jalan adalah pilihan yang harus rombongan mereka terima dua hari yang lalu.

Curah hujan sedikit tinggi, perjalanan mereka sedikit terhambat oleh bencana yang tidak mereka prediksi, dan mungkin tidak bisa. Longsor menutupi jalan mereka di tengah hutan, padahal sudah banyak pohon yang menjadi tempat resapan air.

"Tapi kita beruntung kemarin tidak ada hujan seperti selumbari. Perjalanan kita menjadi lebih cepat dan yang lain mungkin akan bisa beristirahat setelah ini."

Sejak kemarin, setelah hujan dua hari yang lalu, cuaca menjadi cerah terus-terus menerus.

Remiel tidak tahu apakah ini adalah hal bagus atau tidak, tapi dia bersyukur perjalanan mereka tidak lagi terganggu dan sampai di Dukedom dengan selamat. 

Meski terlewat dari jadwal yang seharusnya. 

Apa yang lebih disyukuri oleh Remiel adalah saat ini Duke tidak memiliki kegiatan penting yang sudah terjadwal, jadi meskipun sedikit melenceng dari jadwal, perjalanan kali ini tidak menganggu kegiatan yang lain. 

Bila sampai itu terjadi, mereka harus memacu kuda sampai bokong dan punggungnya sakit.

Memikirkannya membuat Remiel ingin cepat sampai ke tujuan, meski belum dapat istirahat sepenuhnya, paling tidak punggungnya akan selamat.

Lion's HeartWhere stories live. Discover now