Kenapa komen kalian ngegas sekali di dua chapter sebelumnya? Huaaaa aku terharu!! Aku suka setiap paragrafnya kalian komenin. Iya, author sangat suka ketika kalian berpendapat, ngasih saran, atau tanpa ragu ngasih kritikan. Dan aku gatau kalo vote dan komen ternyata seberpengaruh itu, jujur ini menyenangkan untuk dibaca dan buat author semakin bersemangat untuk kembali nulis. Hehe gumawo readers-nim!! 🙏
21+
Siapain tempat, kopi, snack, coklat, buah-buahan, guling, bantal, and enjoy! 😂
***
Seokjin tersenyum, senyuman bersama udara sejuk nan syahdu. Ketika di ujung jalan ini ia mendapati presensi sosok yang tak kalah indah, atmosfer mendadak berubah total. Syahdu menjadi candu, ada satu getaran hangat bahkan ketika kepingan memori yang sempat terlewat itu merambat. Pada bentangan rindu yang menjalar pada hamparan pasir putih nan beku, Joohyun bergegas untuk kemudian menelusupkan wajah pada dada bidang yang hampir tak terjamah sepersekian minggu.
Kim Seokjin.
Satu minggu kepulangannya yang membuat semua negeri berteriak----tepatnya enam bulan lalu. Dan sekarang,
"Aku kembali."
Benar-benar kembali, dekapannya teramat erat sementara kepulangannya tak terlambat. Bukankah ini hal indah yang teramat? "Ayo pulang, aku tak mau wajahku terpajang bersamamu lagi di mesin pencarian."
Bug!
Sakit sih, namun tak lama setelahnya Kim Seokjin bergegas menarik lengan mungil itu untuk dibawa pada tempat berlindung keduanya.
Pada tempat bernomor 1204, keduanya merajut kasih. Menggebu pada satu waktu tertentu, tak terkontrol ketika dua nyawa saling berpangut mencari kenikmatan dan saling mendamba yang teramat usai pelepasan.
Begitu kisahnya enam bulan silam.
Dan kini, Kim Seokjin, sudah kembali hebat. Luar biasa seolah lupa jika dunia ini ada pencipta-Nya juga. Pada detik-detik krusialnya, Seokjin kembali memangut titik kegemaran, membelit seolah hanya itu candu biologisnya. Menuntut dan melenguh ketika satu persatu kancing dilepasnya perlahan.
"Mmmpphh k-kau it-t nas-na---"
Siapa yang peduli jika sudah begitu, bahkan pada lengan yang masih berpadu dengan dinginnya marmer ruang tamu, bersamaan dengan itu pula tubuh ringan itu dijunjung tinggi yang mendadak. Menyatukan kedua kening sementara tungkai putihnya----Joohyun lilitkan pada tubuh kokoh prianya yang tengah berdiri menjulang. Tatapan penuh puja yang Joohyun lihat, juga hebatnya getaran ketika bibir tebal lelakinya berujar seduktif.
"Do you miss me?"
Tak sempat menjawab pula sebab Seokjin tengah menuntut kenikmatan itu kembali. Menjadikannya tanpa sekat pada dua tubuh yang menyatu tepat pada malam tepat pukul delapan. Pada udara dinding kamar yang menusuk kulit, Kim Seokjin menertawakan, pun pada canggihnya teknologi bernama AC, atmosfer di sana tak terkalahkan. Tetap panas dan secanggih apapun itu jelas sama sekali tak membantu.
Racauan juga lenguhan yang beradu dengan angin serta bunyi kecipak pertemuan antar kulit menambah memori hebat malam itu, "K-ku----" Joohyun tak mampu untuk sekedar memuja ketika sebelah dadanya dihisap kuat-kuat. Bibirnya dimainkan dengan lihai di sana dan ia kewalahan. Juga dengan rekatnya penyatuan mereka di bawah sana.
Kim Seokjin dan Bae Joohyun sepakat, untuk saling mencintai sampai akhir.
"Kim.." bisiknya dan Joohyun hanya diam sebab dia bukan itu. Terkekeh prianya di belakang telinga, sesekali mengecup tipis pada kulit yang tak ada cacatnya sama sekali. "Kim Joohyun."
Ck, Joohyun itu tak pernah protes akan tingkah prianya. Tapi, ini berlebihan. "Aku bukan Kim."
Pelukannya terlepas dan Joohyun berbalik arah untuk menjaga jarak. Namun tetap mencoba memberikan atensi yang menuntut pada ujung penglihatannya. Sedang yang ditatap hanya diam, wajah usilnya tak pernah sekalipun Joohyun rindukan.
Mendengus lalu berujar, "Aku pergi."
Brug.
Pada empuknya ranjang tempat pergumulan, Seokjin kembali berterima kasih. Pada tubuh ramping yang pas dalam dekapannya, Seokjin bersyukur. Terkekeh kesekian kali ketika wanitanya bergerak gelisah. Pun pada selimut yang sedikit tersibak menampilkan tubuh polos kegemarannya, Seokjin hanya menatap penuh afeksi. "Seokjin lepas! Aku ingin mandi."
Yak! Lantangnya suara dari bibir wanitanya mendadak tenggelam bersamaan dengan cumbuan lembut yang tercipta. "K-kau harus---mmmphh-mem kau harus segera membaca naskahmu Seokjin!"
Sret.
Untaian cumbu itu terurai digantikan dengan deruan nafas tak teratur. Sekali lagi, "Sejin oppa menitipkan naskahmu padaku."
Hah, sepertinya tak akan ada babak kedua.
"Apa naskah drama sebanyak ini, Bae?" ujarnya ketika ujung jemari kokoh itu meraih satu tumpukan kertas berisi tulisan-tulisan acak yang sepertinya sangat melelahkan untuk sekedar dibaca.
"Iya, sebanyak itu kau mendapat tawaran." ujar Joohyun seraya mendengus lalu beranjak.
Sejujurnya Seokjin tak sama sekali keberatan, sebab ini salah satu mimpinya. Hanya saja ini terlalu membingungkan untuk dipilih.
Salahkan saja Seokjin yang seminggu cuti kenegaraan, lalu mendadak muncul pada salah satu drama yang menampilkan aktor Kim Namgil di dalamnya.
Hanya lima belas detik, namun sangat kuat kehadirannya, hingga mampu membuat seluruh negeri berteriak dan menjadi top pencarian selama satu bulan penuh.
Ya, thats Kim Seokjin effect!
Dan ia hanya bangga yang haru, bertahun-tahun menahan diri untuk diam, bergeming terhadap istilah yang diberi nama akting dan dunia impiannya, seni peran. Seokjin tak mampu lagi menahan diri, tidak akan lagi sanggup untuk menolak semua tawaran gila yang mendebarkan.
Juga dengan jajaran pemeran hebat lawan mainnya, Kim Seokjin tak lagi untuk melewatkan kesempatan.
"Asal kau tak terbawa perasaan saat bermain, aku, kekasihmu seribu persen hanya mendukung."
Sementara kekehan yang Seokjin tahan sudah tak mampu lagi ia bendung. Keluar begitu saja bersamaan dengan lengan yang membungkus tubuh kekasihnya gemas. "Aku tahu haha sejak kapan kau menjadi menggemaskan begini, sih?"
Bug!
Selain berubah menjadi sedikit kasar dalam ucapan, Joohyunnya juga semakin tak terjamah----galak dan sarkas. "Aku serius, jangan jatuh hati pada lawan mainmu!" Bonusnya, kini Seokjin lebih sering merona sebab Joohyun yang tak pernah ragu untuk menunjukkan cintanya.
Masih dalam dekapan penuh sesak, seorang wanita tengah berusaha mencapai wajah pria yang bersembunyi pada ceruk leher jenjangnya, mengambil dan menatap intens dengan kedua inderanya. "Aku serius, sayang." ujar Joohyun sedikit lebih lembut.
"Aku tak pernah tak serius jika itu tentang kau." dilepasnya kedua tangan yang membungkus kedua pipi, lalu dikecupnya wajah merona itu sekilas.
"Aku hanya memenuhi mimpi-mimpiku saja. Kekasihku tetap kau, apalagi hatiku----semuanya akan tetap sama."
Kembali lagi bibir dan raga itu menyatu tanpa sekat.
Dan setelah ini, sepertinya Bae Joohyun harus membersihkan tubuh sekali lagi. []
KAMU SEDANG MEMBACA
Practice Makes Perfect ✔
RomanceSeokjin tak pernah mengira jika jatuh cinta akan semenyenangkan ini. Ia stagnan kala manik mereka saling menatap untuk sepersekian detik. Jantungnya berdesir ketika kulit mereka saling bersentuhan tanpa disengaja. Rungunya tak kalah hebat, ia mendad...