01. Keputusan Sepihak

0 0 0
                                    

Lapar. Aku lapar Tuhan. Aku lapar dengan jawaban dari setiap pertanyaan yang ada dibenakku. Kenapa mereka kejam sekali kepadaku. Aku selalu bertanya kepada-Mu tapi kau tak mau menjawab seperti mereka yang hanya diam saja.

Kesalahan dimasalaluku atau memang aku ditakdirkan dengan terlahir hina layaknya sampah.

Bunda aku ingin bertemu denganmu bersamamu, mereka semua jahat. Ayah sudah tak menginginkanku lagi. Bawa aku Bunda.

***

Terdengar suara terisak pilu diantara pilar – pilar ruang istirahat sebelah kebun bagian belakang rumah. Gadis itu masih menangis dari sepuluh menit yang lalu. Matanya memerah diantar dua bongkah bibir yang bergetar selalu terucap Bunda.

“Kak Ilka... Kak Ilka... dicari Mami. Kakak dimana?” teriak seorang gadis menggema diruang sebelah dia berada. 

Ilka mendengar suara yang sudah tidak asing sejak kejadian ‘itu’ terjadi. Seumur hidupnya tidak akan melupakan kejadian yang merubah seluruh hidupnya

Dengan tergesa Ilka melangkah sembari mengusap bekas air matanya. Tujuan pertamanya adalah kamar mandi mencuci muka dan berdandan tipis.

Setelahnya Ilka keluar, dan menemukan orang yang masih dianggap asing bagi Ilka. Seseorang itu menyengir “Ih kakak, Anna cari ternyata sembunyi disini. Dicari mami tuh. Acaranya sudah mulai”. Ilka hanya tersenyum tipis kemudian berlalu meninggalkan gadis yang saat ini menatap kepergiannya dengan sendu. “Sampai kapan kakak kayak gini, aku adek kakak”. Usia mereka terpaut 1 tahun. Tapi mereka berada dikelas yang sama.

Sedang diruang tamu suasana berbeda dari hari biasanya. Dekorasi warna nude mendominasi bahkan tiap sudut sengaja tertata cantik untuk meriahkan pesta yang sudah bergelar satu jam lalu.

Ilka berjalan beriringan dengan Anna. Malam ini Ilka memakai gaun berokat berwarna maroon bertali satu dibelah kanan. Rambut panjangnya disanggul tapi tetap menambah kesan elegan. Siletto berwarna gold makin mempercantik penampilannya. Sedangkan, Anna di sebelahnya memakai gaun berwana biru laut tanpa lengan. Rambutnya sepinggang yang biasanya tetap tergerai diujungnya diberikan aksen gelombang serta berponi. Siletto berwarna biru muda membuat dirinya makin menarik dimata pria yang ada disana. Anna memang sangat cantik memakai apapun tetap terasa pas.

Mereka berhenti di depan wanita paruh baya yang masih terlihat cantik diusianya. “Ilka, kamu kemana aja, Nak. Acara sudah dimulai tinggal menunggu kamu”. Wanita itu berbicara dengan lembutnya didepan para tamunya. “jangan malu-maluin saya, cepat senyum”bisik wanita itu. Mendengar itu Ilka lantas tersenyum kepada tamu.

“Tes...tes. Selamat malam semuanya?” sapa seorang pria yang berdiri diatas panggung.

“Malam” teriak semua tamu.

“Malam ini adalah pesta pertunangan anak kami yang pertama Ailkana Sachiana Bramantio dengan Kenneth Aditya Hendrick. Kepada kedua nama diharapkan naik keatas panggung untuk prosesi tukar cincin”. Sambut pria paruh baya dengan senyum merekah diwajahnya.

Kedua nama naik keatas panggung dengan ekspresi yang berbeda. Disatu sisi  berwajah berseri tampak kebahagiaan dan satu dengan wajah setengah paksa.

“Silahkan nak Kenneth segera memakaikan cincin dijari Ilka” ucap mengingatkan paruh baya itu sembari menatap dua pasang yang ada didepannya dengan gembira. Anaknya menemukan jodoh, Ayah manapun pasti bahagia. Belum lagi jodohnya adalah orang baik – baik, anak dari sahabatnya dari SD sampai kini. 

Ilka menghela nafas. Ia memalingkan wajah, sebisa mungkin tidak memandang ke arah lelaki dihadapannya ini. Lelaki yang telah sukses mengambil bagian penting dalam hidupnya. Lelaki yang tiga tahun lalu pergi dan sempat memberi ruang lega. Tapi dihari ini bertemu lagi dengannya dengan acara yang tidak pernah Ilka duga, pertunangan.

Ilka memejamkan mata, mengingat apa saja yang telah sulung Hendrick lakukan untuknya. Mereka memang tumbuh bersama dari lahir. Layaknya peribahasa, dimana ada Kenneth maka disitu ada Ilka. Perbedaan usia empat tahun tidak pernah menjauhkan mereka. Ya setidaknya sebelum kejadian beberapa tahun yang lalu ketika Kenneth pergi tanpa pamit meninggalkan Ilka berumur 16 tahun yang masih kelas dua SMA. Ilka sempat membenci, karena baginya Kenneth adalah separuh jiwanya yang pergi tanpa pamit meninggalkannya tanpa penyangga apapun dan disaat Ilka menemukan penggantinya Ilka dipaksa untuk berstatus dengannya. Setelah mati-matian melupakannya tetapi dengan mudah dia kembali lagi dikehidupan Ilka seperti tanpa beban. Benci? mungkin sampai hari ini.

“Ilka...Ilka” suara Ayahnya membangunkan Ilka dari lamunan pahit. Pria itu memberi kode gilirannya untuk memasukkan cincin.

“Long time no see, Ailka” bisik Kenneth setelah mengecup kening Ilka sembari tersenyum penuh arti. Sedang yang ditatap hanya memalingkan muka enggan untuk membalas ucapanya.

Kenneth menghela berat, tak berniat meladeni, ia memasang muka tak mau tau. Baginya itu hal sepele yang tidak perlu diperdebatkan. Dan paling penting juga, dia tidak mengenal kata menyerah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 28, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My DragaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang