a hug with a million butterflies tickling in between

131 28 5
                                    

Tidak banyak orang yang datang ke tempat keberangkatan itu. Seulgi mengamati dengan saksama orang-orang yang berada di sana, memastikan bahwa yang membawa kamera secara mencurigakan tidak ada. Sepertinya memang tidak ada undangan untuk pers, dan tanggal keberangkatan Jongin memang dirahasiakan. Setelah meyakinkan diri, Seulgi akhirnya turun.

Meski tidak ada pers atau penggemar, ia masih berpikir bahwa keluarga para calon prajurit juga pasti ada yang mengenalinya. Ia memakai masker, rambutnya dimasukkan ke topi seluruhnya, dan pet topinya ditekan dalam-dalam. Tadinya Juhyun menawarkan diri untuk menemaninya, tetapi ia menolak. Ia tidak ingin menarik banyak perhatian.

Tidak susah menemukan Jongin di antara kumpulan-kumpulan yang tenang itu. Ia menghampiri dari belakang, menyapa Ibu Kim terlebih dahulu karena Jongin sibuk berbicara dengan seseorang di telepon.

"Tante."

Ibu Kim mengernyit, berusaha mengenali.

"Ini Seulgi."

"Oh! Nak, ya ampun, maaf, aku tidak mengenalimu!" Dia sempat memeluk Seulgi. "Terima kasih sudah datang."

Jongin berbalik. Seulgi mendengar sekilas pembicaraan yang sudah hampir berakhir itu. Kedengarannya formal. Seulgi menebak, itu adalah pengacaranya. Sejurus kemudian, dia langsung menutupnya. "Hai."

"Hei." Rasa hangat yang familiar itu membuat Seulgi tenang. "Sori telat. GPS bikin nyasar."

Jongin dan ibunya tertawa ringan. "Masih sempat," ucap Ibu Kim santai. "Teman-teman Jongin yang lain juga belum datang. Kenapa kau tidak menyuruh dia datang ke rumah kita dan berangkat sama-sama saja, sih, Jongin-ah?"

"Tidak apa-apa, Tante."

"Sebentar ... Ibu, boleh aku bicara dengan Seulgi dulu?"

"Silakan, silakan." Ibu Kim mundur, membuat Seulgi merasa tidak enak. Jongin langsung mengajaknya menjauh sedikit ke tepian.

"Yang barusan menelepon, bagian hukum dari agensi. Mereka belum bisa melacak sumber berita, tapi mereka masih berusaha. Ada sedikit titik terang, mereka sudah tahu siapa wartawan yang pertama kali menulis berita itu ... tapi orang itu menghilang. Mereka tidak ingin aku berharap dulu, karena hal ini cukup rumit. Si wartawan sebenarnya sudah tidak bekerja lagi di kantor berita itu ... tetapi entah bagaimana berita itu bisa lolos. Mungkin seseorang sudah memakai identitas digitalnya."

"Agensi juga melaporkan ini kepada polisi?"

"Ya, tapi tanpa ekspos ke media. Itu permintaanku secara khusus."

"Kenapa, Jongin-ah? Padahal jika kau mengatakan itu kepada pers dan menyangkal semuanya ... lalu melaporkan balik, kau akan kembali mendapatkan nama baikmu!"

Jongin menggeleng. "Itu cuma akan mengacaukan suasana. Seperti yang kubilang ... hal yang benar akan tampak pada akhirnya. Lebih baik diam-diam menang daripada menambah keributan yang tidak perlu. Aku ingin berangkat dengan tenang, Seulgi-ah."

"Kau terlalu baik."

Jongin malah menyeringai walaupun tipis. "Sudah cukup seorang Kim Jongin bikin huru-hara di media."

Seulgi berdecak. Kemudian, perhatiannya teralih. "Jongin-ah. Mereka datang."

Jongin menoleh. Dari arah area parkir, Junmyeon datang bersama Minseok dan Kyungsoo. Dari mobil yang berbeda, Sehun pun muncul.

"Aku pergi, ya. Ini waktumu bersama mereka."

Jongin kembali pada Seulgi, kepanikan terlihat dari wajahnya. "Jangan—"

"Aku tidak ingin mengganggu waktu kalian. Kau tidak bertemu mereka sejak kasus ini, kan?"

"Tapi—"

icarus fallsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang