Kakak beradik.

309 18 10
                                    

Happy Reading...



Kali ini Leo tidak mengerti kenapa Marcel mengajaknya disini, di tempat yang dia sering datangi dan disini juga ada dua orang yang dia kenal. Dan parahnya dia juga berada di ruangan yang tak asing buatnya. Ruangan dimana dia suka menunggu lalu mengobrol berdua dengan orang yang di sayang.

''Nah Bang, kenalin dia Leona.''

Leo yang sedang berdiri di depan jendela lantas terkesiap. Tanpa menoleh ke belakang ia tau siapa yang datang. Yakni Marcel yang sedang berbicara bersama seorang yang dia panggil Bang, lelaki itu adalah Randi. Lelaki yang sudah mengisi hati dan fikiran Leo. Leo memejamkan mata rapat rapat, meremas telapak tanganya yang mulai lembab karena keringat.

Leo terjengit saat pundaknya ditepuk pelan. Mata yang tadi terpejam lantas terbuka. Jujur ia belum siap bertatap muka dengan Randi. Dimana dia datang ke sini bersama Marcel. Dan Leo juga baru tau kalau Marcel dan Randi kakak beradik.

''Hey?'' panggil Marcel

Leo lantas menoleh dan bertatap muka dengan Randi. Bahkan nampak jelas wajah terkejut Randi yang malah lebih terkejut dari dugaannya.

Randi membulatkan mata sempurna. Raut wajah sumringahnya seketika berubah menjadi ekspresi penuh tanya. Semuanya nampak jelas. Namun Leo mencoba setenang mungkin. Ia nanti akan menjelaskan kepada Randi apa yang terjadi. Semoga lelaki itu mau mendengarnya. Leo berharap begitu. Dan harus begitu.

''Lee, kenalin ini Abangku. Bang kenalin ini Leona. Yang sering gue ceritain ke lo.'' ucap Marcel semangat dan bangga.

Marcel memperkenalkan mereka. Apa apaan ini? Kening Leo mengerut dengan tangan kanan menjulur terlebih dahulu. Jadi Marcel suka bercerita tentang dirinya ke Randi. Dan Randi? Astaga Leo telah masuk dalam kehidupan dua orang yang saling memiliki ikatan. Lingkaran di mana Leo ada di dalamnya.

Leo benci mengakui jika dia tidak suka di abaikan, namun kali ini dia memaklumi jika Randi hanya menatap lurus tangan Leo yang mengulur. Nampak jelas tatapan Randi yang sedikit linglung. Seolah dia butuh penjelasan sekarang juga.

''Bang!''

Marcel membuyarkan lamunan Randi karena menyikut lengannya. Randi perlahan menoleh ke arah Marcel bingung.

''Cepet balas salamnya,'' sahut Marcel mengerti dengan tatapan penuh tanya Randi. Bukan itu yang Randi maksud. Namun Marcel mengartikan lain.

Perlahan Randipun mengulurkan tangannya dan membalas uluran tangan Leo yang beberapa saat tadi menggantung di udara. Meremas tangan Randi, Leo sangat tau jika nampak gemetar belum lagi hawa dingin dari tangan lelaki itu. Hawa yang sama dengan Leo. Keduanya sama kagetnya.

''Udah dong salamannya. Lama banget!''

Baik Leo dan Randi bersamaan menoleh ke arah Marcel yang tiba tiba melerai paksa jabat tangan mereka.

''Si-silahkan duduk,''

Dan akhirnya Randi membuka suara walau terbata sejak pertama kali dia masuk. Mendengarnya saja Leo tau jika Randi agak sedikit gugup. Leo diam tanpa ekspresi dan terlebih dahulu berjalan dan duduk di atas sofa yang sudah di tunjuk Randi tadi.

''Cantik kan?'' bisik Marcel pelan di telinga Randi dan mulai duduk di dekat Leo.

Seketika Randi di serang rasa lesu. Kepalanya terasa berat. Ia tidak siap melihat ini. Randi mengusap tengkuknya lalu duduk berhadapan Leo.

''Bang--'' ponsel Marcel berdering. ''Bentar ya, Lee. Mama menelpon. Bang, Mama nelpon. Bentar ya,'' pamit Marcel melangka keluar dan hilang di balik pintu.

''Apa ini Lee?'' seru Randi tiba tiba setelah Marcel pergi. Dia sedari tadi ingin bertanya.

''Bisa aku jelaskan. Dengerin dulu. Kamu jangan salah paham.''

''Dengerin apa hem!?'' Randi mengusap wajahnya kasar.

''Aku dan Marcel--''

''Pacaran? Itu maksutnya?'' potong Randi tanpa membiarkan gadis itu melanjutkan kata-katanya.

Leo mengerutkan kening atas tuduhan itu. Ternyata Randi berfikir sejauh itu. Leo menggelengkan kepala cepat tanda menolak tuduhannya.

''Gue? Ama Marcel? Pacaran? Ya gak lah!?''

''Jadi?''

''Kamu gila jika menganggap seperti itu!'' tegas Leo.

''Tapi...''

''Aku akan cerita padanya, kalau kita adalah sepasang kekasih dan sud--''

''Jangan!'' kata Randi tegas.

Seketika Leo tersentak. Mengapa Randi melarangnya.

''Tapi kita kan mema--''

''Maaf lama...''

Leo menelan ucapanya kembali setelah terdengar Marcel datang dan bersuara. Ia lalu menoleh ke Marcel. Randi berdehem, Leo beralih menatapnya namun Randi menggeleng samar dengan tatapan memohon. Memohon jangan bilang.

***

Leo sangat kesal kali ini. Bukan karena lelaki yang sedang mengemudi disampingnya tapi dia sangat kesal terhadap Randi. Karna Randi memaksa agar Leo bersedia di antarkan sampai rumah.

''Sudah sampai.''

Tanpa membalas, Leo lalu keluar begitu saja. Membuka gerbang lalu menutupnya dan mengabaikan Marcel di dalam mobilnya. Sadis lo Lee.

****

Randi🌏

|Nanti malem bisa ketemu?

16.51

Tanpa membalas Leo lalu mematikan ponselnya. Membuang asal di atas ranjang.




TbC...

Aku si pecandu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang