"WOI BALIKIN SEPATU GUE" Teriak Key.Keynata Garta Alarick namanya, perempuan blasteran Indonesia Prancis dengan paras cantik yang mampu menghipnotis siapapun yang di lengkapi dengan otaknya yang cemerlang namun selalu berbanding terbalik dengan sifatnya yang susah di atur dan urakan.
"BODO AMAT AMBIL AJA SENDIRI" balas Arash dengan teriakannya sambil mengaitkan sepatu Key ke tiang bendera.
"Bangsuyyy tuh bocah" Key berjalan tanpa sepatu ke tengah lapangan menuju tiang bendera diiringi gelak tawa murid-murid lainnya.
Bukan Arash Lucas Dwi Tahta namanya kalo enggak cari sensasi, tukang buli, geng motor tukang tawuran udah enggak ada bedanya sama DILANda musibah kalo ketemu sama dia. Dengan tampang yang membuat wanita mampu terpesona olehnya.
"HIDUPLAH INDONESIA RAYA" Arash bernyanyi sambil hormat di depan Key yang masih mengerek tali yang berada di tiang bendera untuk menurunkan sepatunya.
Key hanya menghela nafas sambil mengenakan sepatunya."Dasar geblek, huhhh" Key mengibaskan rambutnya tepat di muka Arash sambil melengos pergi. "Itu orang kapan warasnya sih heran, tiap hari bikin ulah mulu. Nggak ada kerjaan apa mending tuh nyervis otak gitu biar be..."
CUP
Seseorang tiba-tiba menciup pipinya sembarangan. "Nggak usah ngedumel mulu ntar keriting tuh mulut" ucap seorang pria yang kini berada di depannya."Apaan sih Dri, lu kira pipi gue bunga di pinggir jalan apa maen sosor aja" ucap Key sambil mengelap pipinya kasar.
"Jangan gitu dong yang. Eh jalan yuk" tawar Drian.
"Ogah" tolak Key mentah-mentah.
Drian Santoni, seseorang yang tergila-gila pada Key sejak pertama kali masuk sekolah. Teman satu geng Arash yang bar-bar dan selalu melakukan sesuatu tanpa berpikir dulu. Contohnya tadi saat dia mencium Key padahal ia bukan siapa-siapa.
Sudah di tolak mentah-mentah keras kepala pula. Drian terus menghalangi jalan Key sambil memohon-mohon.
"Awas ihh gue mau balik tau nggak" ucap Key kesal.
"Balik? palingan maen ke klub" ucap Drian sambil tersenyum meledek.
"Bukan uruan lu"Brakk.. Drian tersungkur karena dorongan yang cukup kuat dari Key.
Blammm... Key membanting pintu mobilnya keras dan langsung menancap gas meninggalkan sekolah.
****
Pukul 23.50
Bangunan berwarna abu-abu putih itu berdiri kokoh di depan Key. Ia menatapnya dengan tatapan yang sangat sulit di artikan, seharusnya tempat ini adalah surga untuknya tapi justru terasa seperti tempat yang akan membunuhnya secara perlahan. Ia memarkirkan mobilnya di perantaran rumah karena biasanya supir yang akan memasukan dan mengeluarkan mobilnya saat akan berangkat sekolah. Ia berjalan mendekati pintu berbahan kayu jati dengan ukiran yang khas lalu segera membukanya. Tatapannya tertuju pada dua orang laki-laki yang sedang membicarakan sesuatu hal tentang apapun itu Ia benar-benar tidak peduli.Ia berjalan melewati dua orang itu menunju ke kamarnya.
"Anak perempuan nggak boleh pulang malem-malem, kalo Mom masih hidup pasti dia bakal marahin kamu" ucap salah dari seorang yang sedang duduk dengan suara tegasnya."Cih, biarin aja Pah, paling jadi anak rusak" ucap satu orang lagi, kali ini dengan nada yang penuh dengan cacian.
"Bukan urusan Papah sama Ka Rex" ucap Key langsung meninggalkan Papah dan Kakaknya.
Asraf Alarick, ayah dari Key dan Rex. Seorang duda kaya raya dengan tampang yang masih terlihat tampan walau sudah berumur. Sifatnya yang tegas dan sangat menyayangi anaknya runtuh seketika saat istri tercintanya meninggal dunia saat melahirkan Key. Kejadian itu membuatnya sangat terpukul dan menjadi seorang yang gila kerja untuk menghilangkan kesedihannya. Ia menjadi sangat cuek terhadap anaknya terutama pada Key, karena saat melihatnya ia selalu teringat mendiang istrinya dan membuatnya kembali terpukul apalagi wajah Key yang sangat mirip dengan istrinya.
Rex Sundra Alarick, kakak laki-laki Key dan anak pertama Asraf. Dulu awalnya dia sangat antusias karena akan memiliki seorang adik, setiap saat ia selalu berada di dekat ibunya yang sedang mengandung Key. Tapi ketika ibunya meninggal saat melahirkan Key ia menjadi sangat membenci Key karena menganggap adiknya itu adalah penyebab kematian ibunya. Ia juga menganggap bahwa Key anak pembawa sial dan masih banyak lagi. Rex sangat menyayangi ibunya bahkan ia selalu membantu pekerjaan rumah saat ia libur sekolah dan Ibunya juga sangat memanjakannya.
***
Key menangis di balik pintu kamarnya menahan sesak di dadanya. Ia memegang selembar kertas di tangannya dengan gemetar. Air matanya mengalir dengan deras. belum cukup dengan Ayah dan Kakaknya, Tuhan pun menambah rasa sakitnya.
Ia berdiri dari tempatnya lalu berjalan ke depan meja riasnya, menatap pantulan wajahnya yang di penuhi air mata. Ia membuka laci yang ada di meja riasnya lalu menyimpan selembar kertas itu di dalamnya. Kemudian ia beranjak untuk membersihkan dirinya dan beristirahat.
Drrttt... Drttt..
Tiba-tiba ponsel Key bergetar menampilkan sebuah nama di layarnya."Maura?" ia lantas menggeser ikon hijau yang berada di layar HP nya.
"Halo Ra?"
"Key, lu nggak papa kan Key? tadi lu pas di klub kayaknya stress banget. Gue khawatir nih, terus tadi katanya lu balik dari sekolah ke rumah sakit dulu, ngapain Key? lu sakit hah? apa siapa yang sakit? kok lu nggk cerita si sama gue. gue itu temen lu ya.." ucap seseorang yang berada di seberang sana.
"Udah ceramahnya?"
"Hehe.. Abis gue khawatir Key sama lu, soalnya lu kan besti gue"
"Haha, Santuy elah.. lagian gue kerumah sakit buat beli obatnya mbok Utik"
"Oh gitu, ya udah deh syukur kalo gitu gue mau tidur dulu. bye baby muahh"
"Bye"
Key meletakkan HP nya di tempat semula lalu berbaring di tempat tidur, ia mulai memejamkan matanya dan mulai terhanyut dalam dunia mimpi.