Seorang gadis dengan rambut digurai memasuki toko buku di sebrang jalan dengan tergesa-gesa tanpa mempedulika panggilan seseorang dibelakangnya.
"Ra!" orang tersebut masih tetap mengejarnya, membuat Sara gadis itu mempercepat langkahnya.
"Ra dengerin dulu. Sa—" ucapan laki-laki itu tercekat ketika melihat Sara tengah mnggandeng tangan laki-laki yang mengenakan masker disebelahnya dengan mesra.
"Kamu dari tadi disini? Aku nyari kamu dari tadi tau." kata Sara, kepada laki-laki yang tengah digandengnya. Sedangkan laki-laki yang tengah digandengnya melirik Sara. Sara hanya tersenyum kikuk.
"Dia siapa Ra?" tanya Vino mantan kekasih Sara yang resmi putus satu bulan yang lalu.
"Pacar gue lah." kata Sara dan menatap Vino malas.
"Lo pacar dia?" tanya Vino kepada laki-laki itu dengan sinis tak lupa dengan tatapan tajamnya.
Laki-laki didepannya tersenyum mengejek dibalik masker yang dikenakannya.
"Kenapa?" tanya laki-laki itu sambil melepas maskernya membuat Sara mati kutu. Ia salah cari pelindung jika begini siapa yang tidak kenal dengan Sena laki-laki yang tadi ia gandeng. Bahkan Sara tau walaupun dirinya baru tamat dari bangku sekolah menengah pertama satu bulan yang lalu.
"Lo yakin 'Sena'? Kalu gitu kita lihat besok." kata Vino menatap Sena tajam dan berlalu pergi.
Sara mengusap wajahnya, semua orang tau jika Sena dan Vino itu rival kenapa Sara malah bikin runyam. Sara bahkan baru pertama kali ini bertemu langsung dengan Sena sebelumnya Sara hanya dengar dari anak-anak lain dan Aci temannya yang pernah menunjukkan foto Sena kala itu.
"Emh." Sara berpikir sejenak.
"Kak Sena 'kan?" tanya Sara, Sena tak bergeming dan melanjutkan aktivitasnya mencari buku. Sara jadi bingung mau berbuat apa. Tambah lagi Sena yang santai-santai saja, Vino tidak pernah bermain-main dengan ucapannya. Jika Sara jadi Sena udah uring-uringan di ancam begitu Sara bisa tidak tidur semalaman.
"Makasih kak." kata Sara lagi.
Sena menghentikan aktivitasnya dan beralih menatap Sara yang diam. Sara jadi nyesel yang selama ini bilang Sena itu nggak ganteng. Padahal ini cuma di liatin aja udah diam kayak patung.
"Terus?" tanya Sena, Sara harus jawab apa ini yang dilakukannya hanya nyengir kuda memasang muka tak berdosanya.
"Lo masih bocil nggak usah kebanyakan gaya." kata Sena lalu berlalu pergi. Sara hanya melongo, dia tidak jadi memuji Sena. Sombong ternyata orangnya.
"Sorry ya gue bukan bocil mulai besok gue udah jadi anak SMA!" geram Sara menghentakkan kakinya dan keluar toko.
Sara menunggu taxi yang lewat didepan toko, jika tadi dirinya tidak bertemu dengan Vino mungkin tidak akan begini jadinya. Sara menengok ke kanannya melihat Sena yang bediri disampingnya.
"Ditungguin nggak tau ditungguin lo?" tanya Sena.
"Kak Sena nungguin siapa?" tanya Sara memastikan jangan geer dulu.
"Nungguin lo yang mau beranak."
"Eh gila! Mana mungkin gue beranak!" Sara memukul Sena dengan kantong plastik yang ia bawa.
"Ck. Cepet nggak usah banyak gaya inget lo masih bocil." kata Sena lagi, Sara menatap Sena tajam.
"Ayo! Masuk atau gue ceburin lo ke got?!" kata Sena dan mendorong Sara agar masuk ke mobilnya.
"Ya udah nggak usah dorong-dorong juga dasar nyebelin! Ngeselin! Laknat!"
Blammm
Pintu mobil ditutup oleh Sera dengan keras. Sena kesal dengan gadis didepannya ini mobil-mobil siapa main serobot aja tambah ngatain lagi. Sena memasuki mobilnya.
"Lo nggak ada sopan santun ternyata ya sama yang lebih tua?" Sena mulai menjalankan mobilnya.
"Lo emang nggak patut di sopanin dan inget lo itu ngeselin."
"Yang lebih ngeselin di sini siapa sama yang tadi ngaku-ngaku pacar orang?"
Sara bungkam kalah talak di sini. Bukan kebanggaan bagi Sara karena biasa satu mobil dengan Sena seperti yang didamba-dambakan perempuan lain, tapi kesialan baginya. Katanya Sena itu irit ngomong lah ini bawelnya minta di tampol.
Sena melirik kantong plastik besar yang dipangku oleh Sara yang berisi seragam sekolah.
"Lo sekolah di SMA Bima?"
"Kenapa? Sirik?" tanya Sara sinis.
"Gue laporin juga lo lama-lama karena tidak menghormati orang yang lebih tua."
"Heh! Siapa lo berani laporin tau nama gue aja enggak." Sara memutar bola matanya malas.
"Kalu gue tau nama lo gimana?"
"Ngg—eh ini bukan jalan pulang ke rumah gue! Lo mau culik gue?!" teriak Sara histeris setelah menyadari ini bukan jalan menuju rumahnya.
"Emang gue peramal sampai gue tau alamat rumah lo? Makannya punya mulut itu digunain buat ngomong yang bermanfaat. Lagian gue ogah nyulik lo ngga ada untungnya."
"Puter balik! Jalan Nusa Indah No.4"
Sena hanya menutar bola matanya malas. Tidak dari tadi gadis disampingnya ini mengatakannya tapi kenapa juga sena tidak bertanya.
***
Pagi-pagi Sara sudah siap untuk berangkat sekolah. Aksara kakaknya sudah dari tadi ngomel karena Sara yang lelet. Sara satu sekolah dengan Aksara semalam saja Sara kena marah kakaknya ini karena pulang malam padahal izinnya cuma sampai sore.
Sesampainya di sekolah Sara turun dari motor yang di kendarai kakaknya.
"Kak gue minta izin ngikut MOS jadi jangan berat-berat nanti MOS-nya ya?" kata Sara sambil mengadahkan tangannya ke arah Aksara.
"Kok nego sih? Ya terserah gue lah. Terus kenapa nih tangan?"
"Ish. Gue minta izin sama lo." Sara langsung mencium tangan Aksara dan pergi.
"Kalo lagi ada maunya aja tuh bocah." kata Aksara dan menuju ke kantin.
Aksara duduk didepan laki-laki yang tengah memainkan hp dengan sesekali menyeruput minuman yang ada didepannya.
"Makasih udah nganterin adek gue semalem."
Sana mendongakkan kepalanya melihat Aksara lalu mengangguk sebagai jawabanya.
"Kata adek gue lo cerewet sekarang gue tanya dari mana Sena itu cerewet?"
Sena memasukkan hp yang ia mainkan ke sakunya. "Adek lo aja yang aneh."
"Dari mana lo tau kalo dia adek gue?"
"Lo pernah nunjukin foto ke anak-anak waktu ToD."
Aksara menganggukkan kepalannya tanda mengerti benar dirinya pernah menunjukkan foto Sara kepada anak-anak karena ToD waktu muncak kala itu. Itu Dare dari Gavin sahabatnya yang pengen tau muka Sara karena Aksara tidak pernah mau menunjukkan Sara kepada sahabat-sahabatnya. Aksara saja melarang sahabat-sahabatnya main kerumah dengan sebab Gavin yang ngebet pengen kenalan sama adiknya.
"Nama dia siapa?"
Lamunan Aksara buyar ketika mendengar pertannyan dari Sena. Namun setelah tau alasan Sena ingin tau nama Sara, Aksara menganggukan kepalanya.
"Anjasmara Dewi Bramas." ujar Aksara lalu mengajak Sena pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Partner Galak [Sara & Sena]
Teen FictionSara itu jadiin Sena pacar bohongan biar terhindar dari mantanya. Sena itu jadiin Sara pacar bohongan biar nggak dijodohin sama orang tuanya. Jadi, Sara dan Sena sepakat untuk bekerja sama. Sara yang marah-marah mulu dan Sena yang nggak mau ngal...