"Aku bukan anak kecil lagi!"
Haechan berteriak kesal. Sementara itu kedua orang didepannya justru terlihat santai. Ayahnya tak henti memeriksa laporan para pegawai, sedangkan ibunya tenang menyesap teh.
Melihat sang suami yang seperti tak ambil pusing, Ten akhirnya buka suara. "We know, honey."
"Lalu kenapa aku selalu melihatnya berkeliaran disekitarku?"
Haechan jengkel. Jemarinya menunjuk satu orang yang masih setia berdiri tak jauh dibelakangnya.
Pemuda itu—Mark, berpakaian luar biasa kasual. Dengan kaos putih dan jaket kulit hitam yang terlalu mencolok dibanding para pekerja lain di perusahaan ini.
Kalau bukan karena gelang perak berukir rumit yang dikenakannya, Haechan pasti mengira jika Mark hanya pemuda tampan biasa.
But he's not...
Sang ayah—Johnny, mengerling ke arah Mark sesaat. "He won't bother you."
"That's not the point, dad!"
"Then what is it?" Ten menatap Haechan, satu alis terangkat.
"Aku risih melihatnya dimana-mana."
Hanya alasan. Dan ibunya jelas tahu hal ini.
"He's such a candy eye." Ten heran melihat kelakuan anaknya. "Bagaimana bisa kau terganggu diperhatikan oleh makhluk setampan dia?"
Well, tidak salah sih. Tapi justru disitu masalahnya!
"Dia terlalu tampan, mom!"
Oops.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sunshine
RomansWhat should I do then, sunshine? [SHORTFIC COLLECTION] Start 11/01/2020 End 20/06/2020 #7 Markchan