"Gue mau cerai, Zayn," kalimat pertama yang diucapkan Xing begitu melihat Zayn. Zayn terpaku lama. Menatap Xing dari ujung rambut hingga ujung sepatu.
Penampilan Xing berbeda dari biasanya. Kali ini berantakan. Sangat berantakan.
"Xing," panggil Zayn yang disambut dengan tatapan luka Xing. Jelas di hatinya masih menyimpan luka dan cinta.
"Gue sudah putuskan untuk menerima gugatan dia," Xing memberi penjelasan tanpa menunggu pertanyaan Zayn.
"Dia akan bawa Freya, gue nggak punya pilihan. Mungkin ini juga jalan terbaik. Gue bisa secepatnya memulai hidup baru."
Dalam hati Zayn tertawa. Lelaki sama saja. Mau dia terpelejar atau tidak. Urusan mencari pengganti memang lebih baik dari apapun.
"Xing, apa kamu tidak pernah berpikir hidup tanpa pengganti?" Tanya Zayn.
Xing tertegun lalu balas bertanya, "Aku yang ingin bertanya. Apa kamu tidak pernah berpikir untuk mengakhiri masa lajangmu?"
"Kenapa harus bersama kalau sendiri lebih nyaman?"
"Nyaman?"
Zayn mengangguk. Xing menyambut anggukan Zayn dengan tawa sinis.
"Gue rasa lo lebih paham poin agama daripada gue. Kalau gue... Jangankan paham, jauh dari hal beginian. Lo tahu sendiri alasan gue ke Aceh. Bukan cuma soal pekerjaan. Gue mau mendekatkan diri sama Tuhan gue, Zayn. Lo tahu kan?! Gue... Dulunya sedikit apatis dengan agama. Nggak heran kalau ada yang menyebut gue atheis."
Zayn tertawa kecil mengingat awal mula kata atheis itu. Dialah yang menyebut Xing atheis.
Xing yang dikenal Zayn dulu bukanlah Zayn yang agamis. Gaya hidupnya bebas. Xing cenderung berpikir hidup singkat dan harus dinikmati sebelum mati. Sementara Zayn tak henti mengingatkan.
Sampai satu hari ketika Xing pulang dalam keadaan mabuk, dia berkata tidak percaya Tuhan. Di saat dia membutuhkan Tuhan, Tuhan tidak pernah ada.
"Kau manusia atheis!" Ujar Zayn dingin. Dulu, ketika dia melihat Xing dalam keadaan seperti itu.
Ternyata kata 'atheis' cukup memukul mental Xing. Lama Xing berpikir ada apa dengan dirinya. Masalah dengan istrinya membawa Xing ke Aceh. Dia berkomitmen untuk mencari Tuhan yang sebenarnya.
❤️❤️❤️
"Ada toko khusus nggak, sih?" Pertanyaan Zhavia meluncur ketika melihat deretan toko perabot saat mobil Izzy mencari parkiran. "Kita nggak nyari underwear di toko perabot kan?"
"Nggak, lah, Zha. Tokonya ada tiga ruko dan tiga lantai. Di samping toko perabot," Izzy menjelaskan.
Zhavia melihat toko yang dimaksud oleh Izzy. Ada toko dengan dinding kaca dengan pajangan manekin memakai pakaian dalam dengan merek mahal. Dinding temboknya yang sedikit saja terlihat dilapisi dengan wallpaper berwarna merah jambu dan ungu pastel. Cantik.
Pintunya tertutup rapat, dijaga oleh satpam wanita bertubuh tambun. Melihat penjaga ini, Zhavia tersenyum geli. Bagaimana perempuan ini bisa mengejar pencuri dengan bobotnya saja sudah menghambat gerak.
Zhavia dan Izzy masuk ke dalam ruangan dengan aroma lemon segar. Segar. Dinding-dindingnya dipenuhi oleh berbagai macam warna, ukuran, motif, dan merek kutang. Di sisi lain, ada rak dengan setengah tinggi dinding. Di atas rak tersebut ada manekin bagian perut ke leher. Si manikin memakai kutang yang super seksi. Bertumpuk-tumpuk merek celana dalam ada di sana dengan berbagai varian warna dan harga.
Izzy mencolek Zhavia dan menunjuk ke atas, "Ada baju gaya anak ibu kota di atas. Kalau kamu perlu baju, silahkan ke atas."
Zhavia menggeleng, "Komitmen gue buat belanja di mall orang Aceh. Apa sih?! Pasaraya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Zayn Zhavia
RomanceZayn tidak percaya perasaannya bisa berubah saat bertemu Zhavia. Baginya, janji terucap 5 tahun lalu cukup kuat sebagai pondasinya. Ia tidak akan menikah sebelum Kiara menikah. Namun, saat ia merasakan masa depan dari Zhavia, haruskah ia melanggar j...