[13] An Advice

233 25 3
                                    

Zhavia mengetik pesan lain setelah kata I miss you untuk Rama.

Yes. I miss you, it was past. I don't need you anymore. Please, stay away from me.

Tidak sampai lima menit, pesan balasan masuk ke ponsel Zhavia. Rama Andika.

My Zhavia, what's wrong with you?

Zhavia tidak membalas lagi. Pesan lain masuk. Zhavia tidak berniat membalasnya.

Ting.

Ting.

Ting.

Empat pesan. Rama menyerangnya. Zhavia berniat menghapus pesan itu. Namun matanya melotot melihat siapa yang mengirim pesan.

Xavier Yusuf Zaynuddin.

Zhavia, buku catatanmu tinggal di perpustakaan. Sudah aku amankan. Akan aku kembalikan saat kita bertemu.

Zhavia, aku tidak bermaksud menyalahkanmu. Aku juga tidak membencimu. Aku bercanda. Jangan diambil serius.

Zhavia, aku tidak tahu caranya bercanda. Hidupku terlalu serius. Tolong maafkan aku.

Zhavia, apa kamu semarah itu?

Zhavia tercengang. Sebegini kaku kah Zayn?

"Rama ngechat lagi?" Tanya Izzy sambil fokus menyetir.

"Iya. Dia sepertinya tidak serius dengan calon istrinya," Zhavia melempar pandangan ke luar.

Izzy tertawa kecil, "Zha, Zha. Lo tuh pintar. Cerdas. Semua lo bisa lakuin dan taklukin. Kenapa urusan cinta lo nggak bisa tegas, sih?! Lo belajar dari pengalaman gue, Zha."

Zhavia tidak menggubris. Pikirannya sibuk mengolah segala hal tentang Rama dan Zayn. Keduanya mengacaukan otak dan hatinya. Dia tidak bisa menggunakan akalnya untuk mengontrol hati.

"Lo tahu kan gimana hubungan gue sama Amjad? Gue tuh percaya banget sama dia. Caranya juga sama kayak Rama ke lo. Dia nggak pernah membuat gue kecewa. Diam-diam, Zha. Tiba-tiba saja dia menghilang dan membuat gue kecewa. Gue tuh dibohongin sama dia," Izzy mengulang cerita yang pernah diceritakan sebelumnya.

Zhavia menarik nafas dan menguatkan diri untuk berkata, "Lo tuh memang gue akui apes banget dalam pernikahan. Apa yang lo alami memang tragis, tapi lo nggak bisa menilai apa yang gue alami sama dengan yang sudah lo alami."

Izzy terdiam.

Benar kata Zhavia. Mungkin setiap orang melewati jalan yang sama sulit. Namun jenis kerikil dan mereka temui berbeda.

❤️❤️❤️

"Hai, Safir." Zhavia menyapa Safir yang baru keluar dari auditorium.

Zayn menoleh ke arah suara. Senyumnya melebar, "Hai, tumben di sini."

"Acara beginian, kan, memang aku selalu ikut, Safir. Aku yang harus tanya, kamu ada acara apa di sini?"

"Cari informasi untuk mulai bisnis kayak kamu," Safir tertawa. Merasa lucu dengan kata-katanya.

Keduanya tertawa. Merasa aneh dengan minat sendiri. Tanpa diduga mereka mengobrol. Berawal dari basa basi. Saling bertanya kabar, kemudian merambah urusan pribadi.

"Eh, selamat, ya. Sudah rujuk dengan Kiara? Alhamdulillah, kapan rencana akan walimahan?" Tanya Izzy. Ia ingat kejadian beberapa hari lalu di kampus. Kiara tanpa memikirkan posisi mereka langsung melabrak Zhavia.

Zayn ZhaviaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang