Pagi ini Miya berangkat sekolah dengan perasaan yang begitu riang. Ia tidak jadi menginap di dalam hutan. Ada seorang penyelamat yang tiba – tiba datang untuk menyelamatkannya. Tak disangka kalau dia adalah teman satu kelasnya di Master Grade.
Miya berjalan menyusuri lorong Heroes Academy Land of Down. Ia terlihat segar dengan kuncir kuda dan poni yang dimiringkan ke kiri.
Di persimpangan koridor, Miya melihat Granger yang baru berpisah dengan teman yang tadi bersamanya. Granger berjalan menuju kelasnya.
“Granger.!” Miya memanggil Granger dan berlari menghampirinya. Granger membalikan badan.
Granger melihat Miya menghampirinya sehingga ia diam sejenak sampai Miya sejajar dengannya. Setelah Miya berjalan sejajar dengannya, Granger melanjutkan perjalanannya menuju kelas. Granger memang memiliki pembawaan dingin. Ia tidak mudah untuk berbicara dengan orang lain selain kehendaknya. Sekalipun orang yang mengajaknya bicara itu cerewet, ia tidak akan menjawab kalau ia tak ingin menjawab.
“Gimana tadi malem? Ketemu iblis lagi pas perjalanan pulang?” Tanya Miya seraya mengikuti irama langkah kaki Granger.
“Enggak. Gue pulang gak lewat hutan.” Jawabnya singkat.
“Terus lewat mana?” Tanya Miya kepo.
“Sekalipun gue jelaskan, lo gak bakal tahu.” Jawab Granger masih dingin.
“Setidaknya gue bisa tahu jalur lain selain ke hutan.” Balas Miya ikutan dingin.
“Setidaknya, lo bisa lihat gue baik-baik aja pagi ini.” Kata Granger.Langkah Miya terhenti dan ia gregetan sendiri. “Kenapa sih lo sedingin salju?” Tanya Miya spontan. “Gue cuma mau mastiin kalo lo baik – baik aja setelah kejadian semalem. Kalo lo sampe kenapa-kenapa di perjalanan pulang, gue juga ikut bersalah karena lo habis nganterin gue.” Kata Miya panjang Lebar.
Granger ikut menghentikan langkahnya lalu menengok ke belakang. Didapatinya Miya ada beberapa langkah di belakangnya. Miya memasang muka masam. Kedinginan Granger pagi ini menghancurkan mood Miya seketika.
“Gue baik-baik aja. Lo gak usah merasa bersalah karena gue nganterin lo atas keinginan gue sendiri.” Kata Granger lebih panjang dari kalimat sebelumnya.“Soal tempat tinggal gue, nanti gue ajak lo kapan-kapan.” Tambahnya sambil berbalik arah dan lanjut berjalan.
Merasa masih dicuekan oleh Granger, Miya mengejarnya setengah berlari. “Ih tunggu dong. Gue belum selesai ngomong.” Kata Miya berusaha menyejajarkan langkah kakinya. “Gue mau kita temenan. Bukan Cuma sekedar teman satu kelas.” Ujar Miya.
“Maksudnya?” Tanya Granger.
“Gue mau belajar banyak hal dari lo.” Kata Miya membuat dahi Granger mengkerut. “Lo jago berburu. Gue bisa belajar berburu sama lo.” Kata Miya.
“Tapi target kita beda, Miya.” Jawab Granger.
“Bagi gue, berburu apa aja itu sama. Ada satu atau lebih target yang jadi sasaran kita, kan?” Tanya Miya.
Tak ada kalimat balasan dari Granger setelah beberapa saat. Miya mulai gerah.
“Lo kok diem aja sih?” Tanya Miya.
Granger masih tidak mau bicara sampai mereka tiba di pintu kelas. Miya kesal, menghentakkan sebelah kakinya dan berjalan mendahului Granger menuju bangkunya. Disana sudah ada Claude yang juga baru datang dan meletakan barang-barangnya.
Dahi Claude mengkerut melihat Miya memasang wajah kecut. “Miya cantik kenapa?” Tanya Claude. “Ada yang gangguin lo?” Lanjutnya.
Miya enggan menjawab.
Tak lama kemudian Granger berjalan melewati mereka menuju bangkunya yang kebetulan ada di belakang mereka. Claude mendadak memperhatikan Granger. Claude tersadar kalau sebelumnya, Miya jalan bareng Granger.
“Ngomong sama gue, Miya. Lo diapain sama dia?” Tanya Claude sok-sokan panik.
Miya masih enggan menjawab.
“Ngomong aja, Miya. Kalo apa yang lo mau gak bisa lo dapetin dari dia, lo bisa dapetinnya dari gue.” Kata Claude dengan percaya diri tingginya sambil mengangkat kedua alisnya. Claude berusaha menghibur Miya.
“Gue mau diajarin berburu.! Cuma orang yang gue minta ajarin, diem aja kayak yang gak punya bibir.!” Seru Miya Ketus.Granger langsung mendelik dari bangkunya. Namun Granger berusaha tidak peduli.
“Lo mau gak Claude ngajarin gue berburu?” Tanya Miya disambut batuk palsu Claude.
KAMU SEDANG MEMBACA
Challenges to be A Hero
FanficMiya memaksa untuk pindah dari kelas Mage ke kelas Marksman, meskipun harus ia harus 'downgrade' ke Master Grade untuk mempelajari teknik dasar seorang hero dan memilih Role yang diinginkan. Alasan pertama, ia tidak memiliki sedikitpun magical skill...