Sepulangnya ia dari menjaga Nenek Karisma, Delia menghabiskan malam minggunya dengan berbaring santai sambil asik menonton drama korea lewat layanan streaming ponselnya. Namun, keasikannya itu kemudian terganggu dengan sebuah pesan yang baru saja masuk ke dalam notifikasi. Sedangkan malam sudah sangat larut, begitu pun dengan waktu yang sudah menunjukkan pukul dua belas malam.
"Ngapain Mr. David chat malam-malam begini?" gumam Delia, seraya jari-jarinya bergerak membuka pesan yang dikirimkan David.
Maaf mengganggu kamu malam-malam, Delia. Saya hanya mau tanya, apa kamu punya waktu luang besok? Bella dari kemarin uring-uringan dan demam, katanya mau ketemu sama kamu. Apa bisa?
Begitu selesai membaca pesan yang baru saja dikirimkan David, Delia tampak berpikir sesaat. Besok seharusnya ia menjaga Nenek Karisma. Karena Ardan yang beberapa saat lalu memberitahunya bahwa pria itu besok harus ke kantor sebentar, jadi kemungkinan dirinya akan terlambat datang ke rumah sakit. Dan paling tidak, Delia harus ke sana lebih dulu, agar Nenek Karisma tidak merasa kesepian.
Namun, di lain sisi ia jadi teringat Bella. Rasanya sangat kasihan jika membayangkan anak se-aktif dan se-pintar Bella sakit hanya karena ingin bertemu dirinya. Hingga akhirnya, setelah mengambil waktu beberapa menit untuk berpikir, Delia mengetikkan pesan balasan untuk David.
Bisa, Mr. David. Tapi, sepertinya saya tidak bisa lama. Kalau begitu kita bertemu dimana, ya?
Tidak apa-apa. Kita bertemu di taman kota, jam sembilan pagi, ya. Terima kasih banyak, Delia.
Delia pun memutuskan akan bertemu dengan Bella untuk meringankan rindu gadis kecil itu. Jika dipikir-pikir sudah sekian lama mereka belum bertemu lagi sejak pertemuan pertama mereka dulu. Delia juga sangat merindukan anak cantik itu. Mungkin, besok ia akan meminta izin pada Ardan untuk datang terlambat ke rumah sakit. Ya, sekarang ia hanya berharap Ardan bisa memberinya izin. Kasihan Bella.
...
Setelah mengirimkan pesan berisi waktu dan tempat mereka akan bertemu, David kemudian meletakkan ponselnya di atas meja kerjanya. Di tengah kegelapan yang meliputi kamarnya karena lampu yang ia matikan, menyisakan lampu belajar yang menyala, David merogoh sesuatu dari dalam laci meja kerjanya. Sebuah pigura foto dimana terdapat seorang wanita dan pria yang tersenyum bahagia ke arah kamera. Itu adalah dirinya dan Ardelia.
Seulas senyum terbentuk di atas bibir David, tatkala bayang-bayang kenangannya bersama Ardelia muncul begitu saja di dalam kepalanya.
"Anak-anak, mulai sekarang, dia akan jadi anggota keluarga kita yang baru," ucap Tuan Brawijaya seraya merangkul seorang gadis kecil yang tampak malu-malu itu. Senyum menghiasi wajah tegasnya, tatkala ia meminta gadis itu untuk menyapa dua anaknya yang lain, Meira dan David.
KAMU SEDANG MEMBACA
Between the Difference [ C O M P L E T E ]
Teen FictionKami berbeda. Aku dan Dia, jauh berbeda. Hanya keyakinan yang dapat menyatukan perbedaan kami. Tapi, aku tidak yakin apakah aku bisa bertahan dengan adanya perbedaan ini atau tidak. Semuanya terasa begitu mustahil, bahkan jika itu hanya dalam peng...