Bagian 1

223 29 4
                                    


Orang bilang berurusan dengan mantan itu hal yang menjengkelkan, tapi bagi Jimin sebaliknya. Ya bagaimana tidak, salahkan saja mantannya yang terlalu luar biasa.


;








Park Jimin.

Jika kau bertanya pada mahasiswa di kampus siapa Park Jimin, sebagian besar akan menjawab bahwa dia seorang fuck boy. Alpha tukang gombal yang kabarnya sudah meniduri sebagian besar gadis most wanted di kampus nya.

Wajahnya yang tampan dan proporsi tubuhnya yang sempurna membuat setiap wanita rela berada di bawah kuasa Park Jimin untuk sekedar menjadi pemuas nafsunya. Katakan saja Park Jimin bejat. Tapi kabar yang beredar memang seperti itu adanya.

Tapi menjadi populer, tidak sepenuhnya menyenangkan bagi Jimin. Lokernya bahkan di penuhi surat dan hadiah setiap hari. Apalagi saat valentine, lokernya bak sarang semut sebab di penuhi coklat dengan berbagai jenis. Jimin bahkan tidak suka makanan manis, ya Tuhan.

Untungnya Jungkook bersedia menampung seluruh coklat yang dia dapatkan selama valentine, sekalipun Jungkook sendiri juga mendapatkan banyak coklat. Jimin yakin, sesuka apapun Jungkook pada coklat, anak itu tidak akan bisa menghabiskan coklat sebanyak itu. Tapi anehnya, dalam waktu 2 hari, coklat Jungkook sudah tidak ada sama sekali. Jimin sendiri tidak tahu kemana perginya semua coklat itu, tidak begitu perduli juga. Mau Jungkook buang pun, Jimin tidak akan ambil pusing.

Pagi ini, dia kembali mendapati hal serupa di dalam lokernya hingga mengundang helaan nafasnya yang panjang. Sebuah kotak biru dengan pita putih. Tentu saja Jimin tidak akan membukanya. Paling juga hal-hal tidak berguna seperti biasanya. Jadi Jimin hanya mengambil buku mata kuliahnya hari ini lantas berlalu menuju kelas.

Seperti biasa juga, perjalanannya menuju kelas tidak pernah lancar. Ada saja yang menyapanya sepanjang perjalanan menuju kelas. Entah itu basa-basi sekedar formalitas bertemu kenalan, atau beberapa gadis yang mencoba menarik perhatian sang Alpha, ada lagi yang modus bertanya tentang tugas dan sebagainya.

Jimin yang notabennya merupakan orang yang ramah, memilih untuk menanggapi semuanya dengan sepantasnya.

Tapi sering kali, keramahannya disalah artikan menjadi hal-hal negative seperti dirinya yang seorang Alpha tukang gombal atau sebagainya. Merepotkan memang. Tapi terkadang jika sedang jahil, Jimin dengan senang hati akan menggoda gadis-gadis sampai mereka semua meleleh.

Seperti saat ini, ketika dia terjebak di lobby fakultas bersama 3 orang gadis yang mengaku sebagai juniornya di SMA.

"Ya, Park Jimin!"

Dan ini dia, tentu saja Jeon Jungkook. Selalu datang di saat Jimin ingin segera mengakhiri basa-basinya yang membosankan.

"Maaf ya, nona-nona. Park Jimin harus masuk kelas sekarang juga sebelum terlambat, sampai jumpa." Jungkook tersenyum pada ketiga gadis tersebut sebelum menyeret Jimin untuk segera pergi, dengan mengapit lehernya menggunakan lengan.

;






"Kau yakin akan baik-baik saja?"

Taehyung menghela nafas jengah untuk kesekian kalinya mendengar pertanyaan kakaknya yang tidak berubah sejak kemarin. Memasukkan potongan baju terakhir ke dalam koper sebelum menutupnya, lantas menatap jengah sang kakak yang tengah duduk di sisi ranjangnya. Menatap Taehyung dengan mimik wajah yang menurutnya sedikit berlebihan.

"Jangan menatapku seperti itu, hyung. Aku bukan lagi anak kecil, jangan khawatir."

"Katakan itu pada pemuda 18 tahun yang menangis di telfon dan merengek ingin pergi dari Korea secepatnya."

Taehyung mengerucutkan bibirnya seketika, menatap sengit sang kakak yang menatapnya pongah. Taehyung memilih membuang muka, berdiri lantas membawa kopernya ke pinggir meja. Mengambil tas ransel miliknya untuk memasukkan beberapa benda kecil yang tidak masuk ke dalam koper.

"Itu sudah 3 tahun yang lalu, hyung. Astaga. Berhenti bersikap berlebihan. Aku sudah 23 tahun sekarang."

Seokjin menghela nafas panjang setelahnya. Masih betah memperhatikan Taehyung yang sibuk memilah beberapa barang yang akan masuk ke dalam tas ranselnya.

"Sampai sekarang aku masih penasaran, Taehyung."

"Apa?" Taehyung mendongak sejenak menatap Seokjin sebelum kembali melanjutkan kegiatannya. Nampak kebingungan harus membawa buku agenda yang hitam atau merah.

"Apa yang terjadi padamu tiga tahun lalu, Tae. Sampai sekarang kau tidak menceritakan apapun padaku."

Taehyung menghentikan gerakannya seketika. Menatap kosong pada buku agenda hitam yang berniat ia tinggalkan di Jepang. Kepala Taehyung terangkat, menunjukkin cengiran kotaknya pada Seokjin. "Bukan apa-apa, hyung. Hanya pertengkaran anak remaja pada umumnya. Tapi karna mentalku yang terlalu lemah, aku menangis. Hehe."

Seokjin tidak lagi menanggapi, hanya diam menatap Taehyung yang kembali sibuk dengan barang-barangnya. Seokjin tahu betul, jawaban Taehyung bukanlah jawaban yang sepenuhnya jujur. Adiknya berusaha menutupi sesuatu darinya.

;







--Angkasa's

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 02, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

WONDERFUL EX • MinVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang